-Aluna-
"Kak, mereka berantem lagi" suara seorang anak laki-laki di seberang sana.
Aluna yang sedang mengambil motornya di parkiran tempat Ia bekerja, seketika memejamkan matanya dan berdecak pelan setelah mendengar apa yang dikatakan adiknya di telefon.
"Kamu masuk kamar aja ya? Gak usah di dengerin" ucap Aluna.
"Kakak pulang jam berapa ?"
"Ini kakak mau pulang, sekarang lagi di parkiran" jawab Aluna "Yaudah, kakak jalan dulu. Kamu jangan keluar kamar, oke?"
Setelah mendapat jawaban dari seberang sana, panggilanpun terputus. Aluna menghembuskan nafasnya pelan, bahunya melemas tanda bahwa dia sudah lelah menghadapi orangtuanya yang bertengkar hampir setiap hari.
Sejak 3 bulan ini, kedua orangtua Aluna selalu bersitegang. Saling menyalahkan satu sama lain, saling menuduh salah satunya selingkuh. Padahal, setelah Aluna selidiki, keduanya sama-sama tidak setia. Keduanya sama-sama berhianat.
Tanpa memikirkan anak-anaknya yang sudah beranjak dewasa, dengan tingginya ego dan gengsi mereka mengagungkan kebenarannya.
Aluna muak..
Selama itu pula, Aluna harus menjadi lebih perhatian pada adiknya, Alian. Dia tidak mau Alian merasakan kebencian seperti yang Ia rasakan. Alian yang masih SMP tidak boleh mengetahui kebejatan kedua orangtuanya. Meskipun pada akhirnya , Aluna tidak sanggup lagi.
Setelah menempuh perjalanan 25 menit, Aluna kini sampai di depan rumahnya yang tidak begitu besar. Rumah yang sederhana, yang dulu menjadi tempat paling nyaman untuk Ia pulang.
Saat memarkirkan motornya di samping rumah, samar-samar Ia dengar suara pertengkaran itu. Rupanya belum usai.
Aluna mendengus kasar, menatap tajam pada pintu rumah. Ia harap Alian menurutinya untuk tetap berada di dalam kamar.
"Kamu pikir, selama ini aku bahagia hidup sama kamu mas ? enggak! Gak ada bahagianya aku hidup sama kamu mas"
"Dasar gak tau diri kamu. Pelacur! Wanita murahan!"
"Kamu sendiri apa namanya ? Laki-laki Mokondo!"
Plak
Tepat saat Aluna menginjakan kakinya di dalam Rumah, Ia menyaksikan Papanya menampar wajah Mamanya hingga tersungkur.
Aluna tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya menatap datar apa yang terjadi di depannya. Kemudian menatap pintu kamar Alian untuk memastikan pintu itu tertutup.
Papa dan Mama Aluna menyadari kedatangan Aluna, saat Ia berjalan dengan santainya menuju ke tempat Mamanya tersungkur.
"Mau sampe kapan kalian berantem gini?" Tanya Aluna dingin, Ia menatap wajah Papa dan Mamanya bergantian.
Mamanya yang menangis dibawah sana berusaha mengeluarkan suaranya "Dia mukul Mama, Aluna"
"Dia yang mulai, wanita tidak tau diri pantas mendapatkan itu" sahut Papa Aluna dengan sirat penuh amarah.
"Yang aku bilang bener kan ? Memangnya aku salah?"
"Tutup mulutmu Anita! Wanita jal-" Papa Aluna sudah bersiap untuk memberikan pukulan kedua untuk Mama nya di bawah sana. Namun terhenti karna teriakan Aluna.
"Diem anjing! Gue pusing tiap hari denger kalian berantem. Kalian gak mikirin Alian apa ?!" Sentak Aluna , Dia sudah cukup muak dengan semuanya.
"Kalian itu sama-sama salah. Sama-sama gak tau diri dan sama-sama jalang! Ngaca, brengsek!"
Setelah mengeluarkan umpatan yang sudah Ia tahan selama ini, Aluna pergi ke kamarnya. Ia mengunci pintu hingga tengah malam. Ia tidak menangis di dalam sana, tapi Ia cukup muak dan tidak tau harus melakukan apa.
Rasanya, Ia sudah tidak ingin ada di rumah ini lagi. Iya, Ia harus pergi dari rumah ini. Ia akan mencari kehidupan yang baru, jauh dari pertengakaran kedua orangtuanya. Mencari tempat yang nyaman, lalu membawa adiknya bersama dengannya.
Dengan segera Aluna mengemas pakaiannya , memasukan dalam tas besar. Kemudian menulis sebuah surat untuk Ia tinggalkan pada adiknya.
"Maafin kakak, Alian. Kakak janji, secepatnya kakak jemput kamu" ucap Aluna sambil mengusap surai coklat Alian. Air matanya menetes karna harus meninggalkan adik satu-satunya di tempat Neraka seperti ini.
-Aluna-
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna
General Fiction"Diem anjing! Gue pusing tiap hari denger kalian berantem." -Aluna, 20 tahun. "Merokok gak baik untuk kesehatan kamu, Aluna. Cerita sama Aku kalo Kamu ada masalah" -Abidzar, 24 tahun. Aluna pergi dari Rumah tanpa tau kemana Tujuannya. Saat sedang me...