“Kau mempunyai hati berlian, Nuel. Kau tidak bisa dipecakahkan begitu saja, kau harus terus berjalan lurus sehingga peluru emas sekalipun tak akan bisa menembus tubuhmu.”
.
.
.
{Gween Dandeliona}------------------------o0o-----------------------
{Nuel's Pov}
------------------------o0o-----------------------Jam di dinding kini telah menunjukkan pukul dua dini hari lewat empat puluh lima menit. Seperti malam-malam sebelumnya, aku tak bisa terlelap, isi kepalaku terlalu berisik dan mendorongku untuk melakukan suatu hal yang cenderung negatif.
Sungguh, duka yang manis. Aku tahu kau akan menjadi kematianku!
Kemudian, aku meraih sebungkus rokok dari atas meja nakas, lalu mengambilnya sebatang dan membakarnya. Kemudian, kuhisap dalam-dalam rokok tersebut lalu menghembuskan asapnya secara perlahan keluar jendela.
Aku bukan tipikal perokok aktif, hanya saja setiap malam datang, aku tak bisa meninggalkan rutinitas menghirup hasil olahan tembakau tersebut.
Setiap malam, aku selalu berandai-andai jika hidupku bisa seperti bintang yang ada di atas langit itu. Aku selalu berharap agar dapat keluar dari masa lalu kelamku, dan menemukan setitik cahaya untuk menerangi kembali kehidupanku yang begitu kelabu.
Tapi, lupakan saja!
Oh ya, setiap malam menjelang aku selalu duduk diatas jendela kamarku, seraya memandangi langit malam yang dipenuhi oleh kemerlap bintang.
Ingin sedikit kuceritakan sebuh kisah?
Baiklah, dengarkan aku,,,,
Aku sedikit tidak paham dengan jalan cerita kehidupanku sendiri. Sejak aku masih kecil, aku telah menjadi seorang anak yatim. Dan saat beranjak memasuki usia remaja, ibuku justru pergi meninggalkan aku seorang diri di dunia ini.
Lalu, menjadikan aku sebagai anak yatim piatu.
Saat dulu, usiaku baru saja menginjak usia delapan tahun. Coba kalian bayangkan, bagaimana seorang anak berusia delapan tahun bisa bertahan hidup seorang diri tanpa di dampingi oleh keluarganya?
Inilah kesengsaraan yang tidak ada habisnya!
Ya, tak ada satupun orang yang mau merawatku. Bahkan pria yang ku panggil dengan sebutan ayah pun tak ingin mengakui ku sebagai anaknya.
"Dia bukan anakku!"
"Bu, kau menangis? Ada apa?"
"Ibu tak apa-apa, Nuel. Bisa tinggalkan ibu sendirian disini? Ibu ingin beristirahat sejenak."
Oh shitt!! ingatan itu kembali terputar di dalam kepalaku, yang setiap saat menghantui kehidupanku.
"Kau memang anak pembawa sial! Lihat, kau telah membunuh ibumu sendiri!"
"Arrgghh!!!"
Bughh...!!!
Aku berteriak frustasi seraya memukul dinding kamarku sendiri, sehingga menimbulkan sedikit memar berwarna keunguan pada punggung tanganku
Oh ayolah, aku hanya tak ingin mati sia-sia!
Aku segera mematikan rokok ku, dan membuangnya keluar jendela. Lalu, aku berjalan mendekat kearah nakas yang terletak di sudut kamarku.
Lantas, ku buka salah satu loker yang ada disana, dan mengambil sebuah jarum suntikkan yang berisi cairan berupa ekstasi, lalu menyuntikkannya pada lengan kekarku.
YOU ARE READING
Summertime Sadness { Just You And Me } ⚪Manu Rios⚪
RomancePLEASE DON'T COPY MY STORY!!! 18+ "Dia sering berdoa, namun dia merasa jika itu semua sudah tak berguna karena tak ada lagi yang bisa ia katakan. Dan hal yang paling dia inginkan hanyalah, jika keindahan bisa berpijar dari sebuah abu atau kehancuran...