Maaf jika ada persamaan dalam, karakter, tokoh, alur, dll. Karena cerita ini murni bikinan saya sendiri dan murni imajinasi saya.
Wajib follow author dulu sebelum membaca, ya! storyzaaa
Selamat membaca semua!!!
•
•
•
•
•Hari ini adalah hari di mana Bunda, Ayah, dan Abizar pulang ke Malang. Akira duduk di meja makan, memandangi piring sarapannya yang belum sepenuhnya habis.
"Bunda, beneran mau pulang ya?" tanya Akira, suaranya penuh harap setelah mereka selesai sarapan.
"Iya, nak. Masa disini saja? Ayah juga ada kerjaan yang harus diselesaikan," jawab Bunda Azizah dengan lembut, tetapi tegas.
"Betul, nanti kalau ada waktu, Ayah dan Bunda main ke sini ya," sambung Ayahnya dengan senyuman yang menenangkan.
Akira merasa hatinya berat mendengar jawaban mereka. Ia tahu mereka harus kembali, tetapi rasanya sulit untuk melepas. "Apalagi kakak ra, nanti kakak ajakin teman-teman kakak naik motor ke sini," Abizar menambahkan, mencoba mencairkan suasana.
Akira ingin sekali Bunda, Ayah, dan kakaknya tinggal bersamanya, berbagi tawa dan kebersamaan yang mereka miliki saat ini.
Namun, Akira ingat pesan Bunda untuk tidak egois. Ia harus memahami bahwa orang tua dan kakaknya juga punya tanggung jawab dan kehidupan yang harus dijalani.
Dengan napas dalam, Akira berkata, "Iya, Bunda. Aku ngerti. Tapi… Aku pasti kangen banget sama Bunda dan Ayah."
Bunda Azizah menunduk, lalu merangkul Akira. "Kami juga akan merindukan kamu, nak. Tapi kita bisa video call setiap hari, kan? Kita tetap bisa berbagi cerita."
Akira mengangguk, meski hatinya berat. Ia tahu bahwa cinta keluarga tidak akan pudar meski jarak memisahkan mereka.
*****
Setelah mereka siap, Abizar mengajak bunda dan ayahnya berangkat.
"Bunda, Ayah, ayo kita berangkat!" ajak Abizar, bersemangat sambil mengecek barang bawaan mereka.
"Ayo, nak. Sebentar lagi boarding, ya?" jawab Bunda Azizah sambil tersenyum, tetapi ada kesedihan yang tersimpan di matanya.
"Iya, Bunda," jawab Abizar, lalu mereka berpamitan dengan Akira dan Adnan.
"Akira, inget ya, jangan ngelawan suamimu, ya sayang. Oh ya, nanti kalau kamu main ke Malang atau Ayah dan Bunda yang kesini, semoga kamu udah punya momongan ya, sayang. Biar Ayah dan Bunda bisa gendong cucu dari kamu," pesan Ayah Akira, yang membuat Akira agak terkejut.
"I-ya, Ayah, in syaa Allah," jawab Akira, mencoba menahan rasa malunya.
"Betul, yah! Betul sekali!" sambung Abizar sambil melirik Adnan, yang hanya tersenyum, merasa sedikit canggung dengan pembicaraan itu.
"Bunda, pamit ya, sayang. Jangan lupa sholatnya ga boleh tinggal. Kamu jaga kesehatan di sini, jangan ngelawan suamimu, ya? Kamu juga harus sering main-main ke rumah mertua, jangan dirumah aja," kata Bunda Azizah sambil mengelus rambut Akira, memberikan pesan sekaligus peringatan.
"Iya, Bunda, itu pasti. Ih, Akira pasti nanti kangen Bunda, hiks," Akira tak dapat menahan air matanya lagi. Ia menangis dalam pelukan Bundanya.
Bunda Azizah menepuk punggung Akira dengan lembut, "Kita akan selalu dekat di hati, nak. Ingat, kita bisa selalu berbicara meski terpisah jarak."

KAMU SEDANG MEMBACA
My sweet heart [revisi]
De TodoAkira, seorang gadis pemberani dari geng motor, hidup dalam kebebasan dan gemerlap jalanan. Di balik sikap kerasnya, ia adalah anak bungsu yang sangat disayangi orangtuanya-meski kasih sayang itu justru membuatnya semakin larut dalam pergaulan yang...