Suasana pagi selalu ramai di jalan raya. Entah anak sekolah, orang dewasa yang hendak berangkat bekerja. Mereka memiliki kesibukan dan urusan mereka masing masing. Terik matahari masih terasa hangat karena jam menunjukkan pukul 06.45.
Sampai pada saat berhenti di lampu merah, Karang menghentikan mobilnya. Tersenyum kecil saat mengingat hari kemarin.
"Makasih,"
"Makasih doang?"
Sepulang dari mall tadi, Karang benar mengantar gadis itu sampai di pelantaran rumah. Keduanya masih di dalam mobil.
Lara yang baru saja melepas safety belt nya menyatukan alis. Mengeluarkan dompet kecil hendak merogoh uang.
"Gua ngga mau duit," sambar Karang mengetahui pergerakan Lara.
Lara berdecak kesal. "Terus? Mau lo apa? Ikhlas ngga sih?"
"Iya, tapi kan harus ada balesannya," goda Karang. Sengaja agar ia bisa menatap gadis itu lebih lama sebelum turun dari mobilnya.
"Kok cemberut lagi? Tadi udah senyum loh,"
Nih cowok kenapa sih?? Perlakuannya selalu tak terduga dan tak jelas. Semenjak kapan mereka sedekat itu sampai Karang berani menjahilinya?
Karang malah tersenyum girang saat melihat wajah Lara yang menahan kesal.
"Ngga penting," ujar Lara bersungut.
"Penting, senyum lo manis. Sayang kalo ngga dilihatin,"
"Ck, ngomong apasih gue," Karang baru menyadari perkataannya setelah beberapa jam berlalu. Tapi dirinya yakin dengan perkataanya saat itu berhasil membuat kedua pipi Lara memerah. Semakin yakin jika gadis itu juga merasakan gejolak sepertinya. Ah, senyum yang sangat ia rindukan itu, ia sangat bahagia karena bisa melihat lagi. Sungguh, ia harus membuat Lara lebih banyak tersenyum lagi.
Dirinya tanpa sadar tersenyum bodoh dalam mobil dengan tangannya bersandar memegangi ujung bibirnya. Lara sangat lucu sekali, entah kenapa dia melihat gadis itu berbeda?
Cara dia berbicara yang nampak selalu kesal, cara dia tersenyum merekah menampakkan deretan giginya. Lalu saat dia menciut anteng diam seperti anak kucing.
Karang tak pernah melihat dan merasakan hal ini sebelumnya. Pertemuan mereka saat kecil yang terkesan singkat tapi seakan gadis itu sudah benar menarik perhatian dirinya. Bahkan sampai beberapa tahun berlalu perempuan itu masih setia menjadi cinta pertamanya.
"Damania Kalara," ujar Karang menggumamkan nama panjang Lara yang terpatri di ingatannya. Terlalu senang karena akhirnya bisa mengetahui nama gadis hoodie kuning itu.
Masih menunggu lampu berganti hijau, Karang mengedarkan pandangannya. Lalu tepat saat matanya menoleh kearah kaca di sisi sebelahnya ia reflek melotot, menegakkan tubuhnya.
Melihat dari dekat wanita yang sedang ia pikirkan itu berada di sebelah mobilnya. Berboncengan dengan orang yang tentu sangat dia kenal.
Avisena.
Keduanya nampak akrab dengan bosan menunggu lampu merah. Gadis itu memakan pasta coklat ditangannya. Lalu pada saat pasta coklat itu susah dimakan karena habis setengah, ia dengan santai memberikan pada Avi.
Tapi lelaki itu malah memakannya juga yang seketika helm lelaki itu ditabok oleh Lara. Avi langsung menggigit bagian tengah kemasan merobeknya, menyerahkan kembali pada Lara agar gampang dimakan.
Lalu gadis berhoodie kuning itu juga nampak biasa saja kembali melahap pasta coklatnya.
Belum sampai situ Karang juga dikejutkan saat punggung Avi bersandar pada tubuh Lara. Sedangkan gadis itu tak merasa keberatan, malah mengayunkan kakinya santai. Tangan Avi juga bergerak menepuk nepuk paha gadis itu. Membuat Karang semakin panas di dalam mobil.
![](https://img.wattpad.com/cover/363310472-288-k374265.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sea For Blue Whales [END]
Подростковая литература⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu ditepi saat semua orang mengutarakan lukanya dengan laut. Kamu adalah penyembuh Lara. Kita akan selalu...