01.

71 9 2
                                    

Demon & Marvel— 0

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Demon & Marvel
— 0.12 See You Again Snotty Friend —





Marvel Galentio, atau sebut saja Marvel, adalah anak satu-satunya Marle dan Madena. Bocah tujuh belas tahun yang suka bermotor malam hari, memiliki komunitas tolol, dan gemar membuat onar dengan sang papa.
     
Malam ini, Marvel memutuskan untuk tidak mengikuti balap motor di arena Prycila, cewek berumur dua puluh tujuh tahun yang membangun arena balap khusus berbayar. Dengan lesuh dan malas, Marvel memasuki ruang tamu rumahnya yang amat luas, diikuti Bibi Mandu yang tersenyum hangat melihat anak majikan nya ini.
 
"

Dek Avel mau makan apa malam ini?" Tanya Bibi Mandu lembut, tangannya mengambil alih jaket Marvel. Marvel terkekeh geli, merasa lucu dengan panggilan 'dek' untuk cowok Segede dan setinggi dirinya. "Bibi masak apa?" Tanyanya balik, duduk di sofa paling besar dan bersandar lelah.

"Bibi masak tumis kangkung sama sup ayam ikan nila pedes, kesukaan Dek Avel," balas Bibi Mandu, beralih ke dapur. meninggalkan Marvel yang masih bersender dengan mata terpejam. Ketika matanya terbuka, Marvel menatap jam dinding di samping nya.

"Bi, Avel mau makan. Nasinya yang banyak yaa," seru Marvel, berlari menuju dapurnya. Bibi Mandu terlihat tersenyum dan mengambil piring kaca putih di rak, lalu mengambilkan nasi empat centong. Marvel itu makannya banyak, tidak tanggung-tanggung. Saat makan, piring cowok itu harus benar-benar penuh. Herannya, bukannya gendut seperti om-om, tubuh Marvel justru kekar, tinggi, dan gagah.

"Dek Avel kalo motoran hati-hati, banyak kecelakaan remaja loh sekarang,"

"Iya-iya, bibi bawel deh, jadi pengen cium pipinya biar merah." Sahut Marvel menggoda Bibi Mandu. Bibi Mandu tertawa geli, memberi tamparan pelan di bahu kekar Marvel. "Bibi tuh udah tua, gak cocok lagi merah merah kaya gitu," Bibi Mandu duduk, menyiapkan makan malam Marvel di meja yang luas, tetapi hanya dua orang itu yang menghuninya.

"Mana ada! Bibi nya Avel itu cantik, bugar, sehat!" Sahut Marvel galak, mulutnya mulai mengunyah nasi dengan lauknya.

Sesaat terasa sepi dan hampa, tetapi Marvel memilih untuk diam. Tidak banyak protes dan bertanya pada Marle dan Madena. Kedua orangtuanya sangat menyayangi nya dan Marvel tahu itu, hanya saja, waktu mereka tidak selalu cukup dan tidak selalu ada untuk Marvel. Hal itu membuat Marvel memilih mandiri.

"Marle sama mama dinas lagi, bi?" Marvel menatap Bibi Mandu, matanya penuh harap menggambarkan sesuatu. Dan Bibi Mandu tahu arti tatapan 'itu'.

Menghela nafas panjang, Bibi Mandu tersenyum lembut menatap Marvel. "Iya, ibu Madena ke Singapur, ada bisnis kerjasama sama perusahaan. Itu... Ah, gaun keluaran terbaru yang di buat Mama Dek Avel sebulan yang lalu." Jelas Bibi Mandu.

Madena memang seorang desainer ternama. Banyak yang mengenalinya, meski begitu, Madena selalu berusaha menjaga privasi keluarganya. Tidak ingin ada banyak hal yang koar-koar di luar mengenai urusan pribadi keluarganya.

SAHMURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang