2

1.2K 114 17
                                    

Karna ini story baru dan mungkin belum banyak yang tau aku kasih diskon vote 50% sampai chapter 5

Jadi sampai chapter 5 cukup 25 vote biar aku up lagi, tapi kalo udah masuk ke chapter 6 balik ke target awal 50 vote

~~~

"Yah, cariin kaos kaki Nanon dong," pinta pelajar SMA kelas satu itu pada seorang mahasiswa yang tengah mencuci piring bersama kekasihnya.

Tay kerap dipanggil Nanon dengan sebutan Ayah karena kemiripan di wajah mereka, membalikkan tubuhnya menatap pria manis itu.

Mereka bukan saudara kandung apalagi sedarah, hanya saja, Tay dan Nanon sudah seperti keluarga sendiri. Tay juga menganggap Nanon seperti anaknya. Pluem dan Gemini juga termasuk, karena lelaki itu sangat identik dengan wajah New ; kekasihnya.

"Kamu itu kebiasaan banget apa-apa ada yang hilang. Coba di cari betul-betul."

"Nanon udah cari betul-betul, Yah. Papah bantu Nanon dong carikan kaos kaki Nanon," pinta Nanon yang kini memeluk tubuh gembul New yang masih mencuci piring.

New membuang nafasnya. "Papah selesaikan cuci piring dulu, ya?"

"Biar aku aja, Hin. Kamu bantu Nanon cari kaos kakinya." Tay tersenyum manis meyakinkan New. Pria beruang putih itu pun mengangguk mengalah dan membantu Nanon yang ia anggap seperti anak sendiri mencari kaos kakinya.

"Keluarga yang hangat, kayak kentut gue," celetuk Singto yang baru datang mengenakan pakaian santai. Dia Mahasiswa semester akhir seperti Tay, Mew, Mile, Joss, Luke, Dew, Off dan Vegas.

"Iri bro?" ejek Tay menatap menantang sahabatnya yang dibalas dengusan sebal Singto.

"Gue, iri? Haha.. iya," jawabnya diakhir yang membuat Tay di sana tertawa terbahak.

Suara langkah kaki yang terdengar terburu-buru mengalihkan perhatian Tay dan Singto ke sumber suara tersebut.

Terlihat Chimon sudah mengenakan seragam sekolahnya sambil membawa sepatu tanpa ia kenakan, menatap Tay dan Singto dengan nafas terengah-engah.

"Napa, Chi?" tanya Singto pada pelajar SMA itu.

"Lihat Nanon, Fourth, Gemini, Ohm sama Perth gak?" tanya Chimon setelah mengatur nafasnya kembali normal.

"Kalau Nanon sama New lagi cari kaos kaki. Sisanya Kak Tay gak tau. Coba cek ke kamar mereka," jawab Tay yang langsung dibalas anggukan cepat Chimon.

"Makasih Kak Tay ganteng!" teriak Chimon yang sudah menjauh. Tay cuman bisa menggelengkan kepalanya, dan Singto tersenyum melihat kelucuan anak itu.

"Anak gue kenapa teriak-teriak kaya Megawati?" suara Off yang baru datang bersama Gun. Lelaki mungil yang diketahui kekasih dari Off itu sibuk mengoleskan kukunya dengan cat kuku.

"Biasa, cari teman bocilnya," balas Singto. Pria berkulit sawo matang tengah membuat teh tarik ala-ala Uncle Muthu. Dia penggemar nomor satu Upin Ipin.

"Emang Megawati teriak-teriak, Bang?" tanya Pete baru datang bersama Vegas. Lelaki keturunan bule itu sibuk memperbaiki jambul katulistiwanya sambil membawa kaca berwarna pink.

Off mengangguk. "Lo gak lihat dia teriak-teriak macam benteng. Seliweran di fyp tiktok. Baru aja gue tadi lihatnya." Pete mengangguk walau lelaki itu sedikit tidak mengerti masalah gituan.

"Astaga, cakep banget gue," puji Vegas kepada dirinya sendiri. Melihat wajahnya di cermin yang ia pegang.

Pete, Singto, Tay dan Off melihat itu, jengah rasanya. Vegas terbilang lelaki pecinta warna pink. Apa-apa harus berwarna pink, mulai dari sempak, pakaian dan juga behel yang di pakai berwarna pink.

"Gak berangkat kuliah lu semua?" suara Dew yang baru datang lalu meminum teh tarik Singto tanpa meminta ijin.

Singto melototkan matanya marah.

"Teh tarik gue anjing! Bikin sono!" jeritnya sedikit heboh.

"Males," cetus Dew tersenyum tanpa dosanya.

Singto mendengus sebal. Ingin memarahi pria tinggi itu tapi dia mengingat amukan Apo yang luar biasa, mengurungkan niatnya tak jadi. Nyawanya lebih penting dari apapun.

"Gue masuk siang sama Mew. Kalian berangkat aja duluan, sekalian antar adik-adik kita," jawab Tay menarik kursi meja makan lalu mendudukkan dirinya di sana.

Dew mengangguk. "BOCIL KELUAR LO SEMUA!! KITA BERANGKAT SEKOLAH SEKARANG!!" teriak Dew menggelegar di seluruh kos-kosan ini. Suaranya yang begitu kencang membuat sebagian penghuni kosan datang dengan suara kaki berlari.

"Gak usah teriak, bogel," hardik Gun menatap tajam Dew yang dibalas si empu tawa cengengesannya.

"Kebiasaan."

Gun membuang nafas kasar. Pria itu kembali melanjutkan menghiasi kukunya tanpa mempedulikan orang-orang di sekitar. Dia juga hari ini tidak bisa masuk sekolah karena kakinya yang keseleo. Gara-gara menjemur baju dan tak sengaja menginjak batu besar.

"Kaki Bebeb masih sakit?" tanya Off khawatir sambil mengusap lembut kaki Gun yang mulus.

Gun mengangguk tanpa menoleh. "Pulang kuliah belikan tas Gucci, ya? Biar sembuh kaki aku," pintanya santai.

Off memberikan gerakan hormatnya kepada Gun. "Siap, Bebeb!"

"Bulol," seloroh Pete melihat ke bucinan Off yang terbilang toxis itu.

"Biarin. Daripada Lo sama Vegas. HTS, HAHAHA!!" gelak tawa Off membalas ejekan Pete membuat pria cantik tersebut mengeram dan siap memukul kepala Off.

"Jangan di dengerin. Mending kita ke kampus." Vegas menarik Pete agar teman sekamarnya tidak melakukan hal menakutkan kepada Off.

Suara Off yang masih tertawa membuat Apo mendengarnya melemparkan bantal empuk itu tepat ke wajah Off.

"Berisik, njing! Kalian juga kenapa masih di sini?! Cepat ke kampus dan antar adik kita ke sekolahnya!" galak Apo.

Semua mengangguk menurut daripada membantah yang ada masalah akan bertambah jilid dua. Di ruang makan hanya menyisakan Tay sendirian sambil memainkan ponselnya.

Setelah semua manusia-manusia beban berangkat kuliah dan sekolah. Kos-kosan itu terasa damai dan sepi, hanya menyisakan Tay, Gun dan Mew yang baru datang dari kamarnya.

"Tay, Gulf udah berangkat sekolah?" tanya Mew yang kini duduk di kursi samping sahabatnya.

Tay mengedikkan baju tak tahu. "Lo gak ngantar dia?"

Mew menggeleng. "Dia masih marah sama gue masalah odol komodo," ujarnya.

"Elu, sih, ngerampok odol dia. Marah, kan?" Tay ikutan kesal jadinya.

"Seme bodoh," hina Gun tanpa memfilter ucapannya dan masih menghiasi kukunya dengan cat kuku.

"Diem lu anaknya Ivan Gunawan," balas Mew yang dibalas plototan cantik Gun.

"Sudah jangan ribut, baru aja geng-geng peribut bubar. Masa lu berdua mau nyusul ribut juga." Tay meleraikan membuat Mew dan Gun menghentikan pertengkaran mereka.

"Gue mau curhat," tutur Mew kepada Tay. Lelaki itu Mew anggap sahabat yang tepat. Karena apa? Tay bisa menjaga rahasia, penengah saat sahabat-sahabatnya ribut dan juga, penasihat yang baik. Maka dari itu, Mew lebih nyaman curhat masalah bebannya kepada Tay.

"Masalah Gulf?" tebak Tay tepat sasaran. Sudah dia duga, lelaki stunder ini menyukai kembaran singa, tapi Mew selalu mengelak itu semua.

Mew mengangguk. "Tau aja Lo," pungkasnya terkekeh pelan.

"Tau lah! Elu kan stunder di kosan ini. Apalagi selalu mengelak masalah hati."

"Jadi menurut Lo, Gulf itu suka gue gak?" tanya Mew bersama debaran jantung yang tak berhenti detak.

Tay diam sembari mengingat tingkah Gulf selama ini dia lihat.

Gun mendengar curhatan hati pria stunder terkekeh pelan. "Gulf suka Joss," jawab Gun menatap Mew dan Tay yang terkejut atas ucapannya. "Dia udah lama suka Joss."

~~~

Kasiaan amat si Mew baru 2 chapter udah patah hati dia

Kos-Kosan Cogil || MewGulf (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang