BAB I

10 5 0
                                    

Di sebuah negara yang ramai dan tenang tepatnya di Imperium Britania terlihat gadis kecil sedang bermain di kebun dandelion milik kerajaan, ia sedang memetik serta mengumpulkannya dan tanpa gadis itu ketahui terlihat seseorang yang sedang menghampiri nya.

"Siapa kau, apa yang kau lakukan disini?" Seketika gadis itu terkejut dan menatap orang itu.

"Kau bertanya padaku?" Tanya sang gadis sambil menunjuk dirinya

"Iya, tentu saja aku bertanya padamu emangnya ada orang lain lagi selain dirimu?" Seketika sang gadis melihat  sekeliling mencoba mencari orang lain dan hanya dirinya lah seorang yang ada di kebun tersebut, sang gadis menatap orang itu lagi.

"Aku hanya memetik bunga ini, apakah tidak boleh?" Sang gadis menatap orang itu berharap dia diperbolehkan memetik bunga itu sesuka hati.

"Ini adalah kebun pribadi kerajaan dan kenapa kau bisa disini? Apakah kau anak pelayan? seharusnya kau berkerja bukanya bermain dan memetik bunga sesuka hatimu disini" pria tersebut menatap sang gadis dengan tegas berusaha membuat sang hawa merasa takut akan ucapannya.

"Nelayan? Apa itu nelayan?" Tanya gadis tersebut dengan heran karena dia baru pertama kali mendengar kata-kata itu.

"Bukan nelayan tapi pelayan, pelayan itu orang yang bisa kita suruh untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya orang dengan kasta tinggi tidak lakukan" ucapnya sebisa mungkin mencoba membuat gadis itu mengerti.

"Aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan,  tadi aku hanya memasuki portal yang kakek ku buat dari sebuah buku dan aku disuruh memasukinya, saat aku masuk tiba-tiba aku ada di sini" ucap sang gadis sambil memetik dandelion.

"Portal? Benda seperti apa itu?" Tanya pria penasaran.

"Aku juga tidak tahu, kakek hanya menyuruhku untuk masuk dan aku hanya mengikutinya"

"Jika tidak keberatan boleh ku tahu namamu nona dari dunia portal?" Ucap pria itu dan secara tiba-tiba jantungnya berdegup dengan kencang yang membuatnya memalingkan wajah.

Wanita yang melihat perilaku aneh sang pangeran tertawa dan mengatakan "ibuku pernah berkata 'jika ingin menanyakan nama seseorang kau harus melihat wajah orang tersebut' dan saat ini kau tidaklah sopan" ucap sang gadis menggeleng sambil tertawa.

"Ba.. baiklah boleh ku tahu siapa namamu sekarang?" Pria itu menatap ke depan dengan wajah yang sangat merah seakan membakar wajahnya yang menawan.

"Kau baik-baik saja? Wajahmu kebakaran, apakah kau kepanasan?" Tanya sang gadis bertubi-tubi.

"I...iya aku baik-baik saja jadi siapa namamu?" Ucap pria itu dengan sabar sambil menetralkan wajahnya yang memerah.

"Baiklah namaku Elisa Victoria Mora kau bisa memanggilku Elisa" kata Elisa sambil tersenyum ramah

"begitu, kalo aku namaku Louis Philip Alexander kau bisa memanggilku Louis" ucapnya terlihat cukup tegas.

"Begitu, Louis. kenapa di sekitar terlihat seperti di buku dongeng maksudku ada istana yang begitu besar, jika ada istana pasti ada desa" Elisa menatap Louis dengan antusias sambil menunjuk istana tersebut.

"Itu bukan desa Elisa, itu adalah kota dan kerajaan yang kau bilang itu kerajaan yang akan aku pimpin ketika sudah besar dan ini tidak seperti buku dongeng aneh yang kamu ucapkan tadi" ucap Louis tegas yang membuat Elisa terkejut.

"Be.....begitu aku tidak tahu, kumohon jangan hukum Elisa" ucapnya sambil memberikan bunga yang baru saja di petik dan menunduk, dia takut terkena hukuman mengingat salah satu dongeng yang ayahnya ceritakan 'jika seseorang terkena hukuman dari anggota kerajaan dia akan dimasukkan ke penjara bawah tanah selamanya'.

"Ambillah, aku tidak memerlukan bunga itu lagipula kau menyukainya bukan?" Kata Louis yang membuat Elisa menatap Louis dengan mata berkaca-kaca hampir menangis, dengan segera Elisa mengusap air mata yang hampir jatuh.

"Terima kasih Louis kau sangatlah baik" ucap Elisa sambil tersenyum yang membuat wajah Louis kembali memerah.

"kalo begitu kau ambillah satu untuk kau simpan dan juga sebagai tanda persahabatan kita" ucap Elisa sambil menyerahkan bunga dandelion yang langsung diambil oleh Louis.

..............................🍃🍃...........................
..............................🍃🍃...........................
..............................🍃🍃...........................

Tahun demi tahun berlalu Louis sudah berumur 12 tahun, ia menjadi lelaki yang tampan, pintar dan baik ke semua orang. Sedangkan Elisa berumur 10 tahun, ia menjadi gadis yang cantik serta penuh semangat. Setiap hari Louis selalu menunggunya di taman bunga dandelion, bahkan Louis meninggalkan pelajaran privatnya hanya untuk bertemu Elisa, semakin lama Louis mulai menyukai Elisa. Bahkan Louis menganggap Elisa segalanya.

"Louis!!" Ucap Elisa berlari menghampiri Louis sambil tersenyum bahagia.

Mendengar suara Elisa Louis segera menutup bukunya yang baru saja ia baca.
"Kau telat"

"Ma... maafkan aku, Aku tadi menunggu ayah pulang untuk meminta izin" ucap Elisa sambil menarik nafas dalam-dalam menghirup oksigen sebanyak mungkin.

"Aku terima alasanmu. Kau pasti lelah, aku membawa teh dan beberapa cemilan
untukmu" ucap Louis sambil menuangkan teh ke cangkir Elisa.

"Terima kasih dan maaf merepotkan" dengan cepat Elisa mengambil cemilan yang disediakan oleh Louis.

"Tidak apa apa. Makanlah dengan tenang aku tidak ingin kamu tersedak, lagipula aku menyiapkan semua ini untuk mu" ucap Louis tersenyum sambil mengelus kepala Elisa dengan lembut dan berakhir dengan Louis mengacak rambut Elisa hingga berantakan.

"Berhentilah mengacak rambutku Louis, ibuku lelah menatanya dan menyuruhku untuk tidak merusaknya" ucap Elisa cemberut menatap Louis dengan tajam sambil mengambil beberapa cemilan.

Louis yang mendengarnya tertawa, setelah beberapa menit kemudian Louis memberhentikan tawanya dan menatap Elisa dengan serius.
"Elisa, aku ingin mengatakan sesuatu padamu"

"Hmm? Apa yang ingin kau katakan Louis?" Tanya Elisa sambil meminum teh yang dituangkan Louis.

"Saat musim semi tiba maukah kau datang kesini dan melihat ku dilantik?" Louis berkata dengan ekspresi wajah yang begitu berharap.

"Hm! Aku pasti akan datang dihari itu juga aku akan menggunakan gaun bagus agar terlihat seperti tuan putri" kata Elisa semangat.

"Benarkah?"

"Hmm! Aku akan datang, itu janjiku" sambil mengulurkan jari kelingking

"Baiklah jika kau berbohong aku tidak ingin melihat mu lagi selamanya" ucap Louis diiringi oleh kekehan.

"Hah? Itu sangat kejam" ucap Elisa cemberut.

"Jika kau tidak ingin itu terjadi maka datanglah jangan mengingkari janjimu" sambil tertawa kecil Louis menyuapi Elisa cemilan.

"Baiklah, selain itu aku memberikan mu ini" ucap Elisa sambil mengeluarkan kotak yang disembunyikan berisi liontin berbentuk bulat  lonjong dan bewarna hijau zamrud

"Aku menyukainya, terimakasih Elisa" ucap Louis sambil tersenyum dengan lembut
"Baiklah. Kalo begitu aku harus segera pergi kakek pasti menunggu cukup lama, sampai jumpa Louis" kata Elisa sambil melenggang pergi dengan kembali berlari

"Berhati-hatilah" ucap Louis tersenyum beberapa saat kemudian dia menunduk murung.
"andai saja aku berani mengatakannya Elisa, aku sangat mencintaimu" Louis mengeluarkan kotak perhiasan yang dia sembunyikan berisi kalung, emas dan anting
"Baiklah aku akan mengatakannya setelah pelantikan ku nanti" Louis menatap langit cerah sambil tersenyum menyemangati diri.












Jika ada typo atau kata yang tidak cocok boleh diinformasikan jika ada waktu akan aku usahakan untuk revisi ulang.
Semoga kalian suka dengan ceritanya

CURSES  AND THE WORLD OF MAGIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang