BAB II

6 5 0
                                    

Tepat di musim semi penobatan Aleksander Louis diadakan. Akan tetapi, sang pujaan hati tidak datang yang membuat Louis merasa khawatir dan gelisah.

"Kau dimana Elisa, bukankah kau sudah berjanji" Louis menatap sekeliling istana, akan tetapi dia tidak menemukan sosok yang tunggu.

"Ada apa yang mulia?" sang ksatria pribadi Louis bertanya-tanya, siapa yang ditunggu pangeran? Padahal pelantikan dirinya sebentar lagi tiba.

"Andrew, bisakah aku pergi sebentar? Dan aku tidak ingin kau mengikuti ku" Ucap Louis dengan raut wajah khawatir sambil mondar-mandir menunggu pujaan hatinya.

"Tidak bisa pangeran, kau akan pergi ke aula untuk dilantik" seketika Louis berdecih sambil memegang liontin pemberian Elisa.

"Tapi, aku ingin menemui Elisa" Louis menatap Andrew sambil menguatkan genggaman liontin.

.
.
.
.
.
.
.

"Ibu, aku ingin pergi ke rumah kakek tolong izinkan aku pergi dan menemui Louis" Elisa menggenggam gaunnya dengan erat menahan diri untuk tidak menangis.

"Tidak Elisa. Kau akan tetap di rumah, lagipula siapa Louis? Kenapa kau ingin menemuinya?" Kata ibunya khawatir

"Louis sahabatku ibu, aku ingin menemuinya karena hari ini dia akan dinobatkan menjadi raja" Elisa ingin melenggang pergi tapi ditahan oleh ibunya.

"Baiklah Elisa, Tapi tunggu ayah pulang dulu ya?" Ucap ibunya Elisa sambil tersenyum lembut mencoba membujuk putri semata wayangnya itu.

"Tidak mau, ayah sangatlah lama aku tidak ingin membuat Louis menunggu lama ibu" Elisa sudah tidak bisa menahan air matanya.

"Tidak Elisa. Ayah pasti pulang dengan cepat, jadi tunggulah sebentar lagi" ucap ibunya Elisa dengan senyum lembut meyakinkan putrinya walaupun dalam hati dia sangat khawatir sambil menunggu kehadiran suaminya.

"Aku pulang" ucap sang ayah berlari sambil menatap putri dan istrinya di ruang tamu.

"Ayah!" Elisa berlari dan memeluk sang ayah dengan erat.
"ayah sudah pulang. Jadi, kita pergi ke rumah kakek kan?" Ucap Elisa dengan senang.

"Iya, sayang kita ke rumah kakek sekarang" ucap sang ayah dengan senyum palsu sambil menatap istrinya yang gelisah.

.
.
.
.
.

Sesampainya di rumah kakek. Elisa langsung masuk ke dalam dan tidak peduli dengan orang tuanya yang mengejar Elisa dibelakang.
 
"Elisa berhati hatilah" ucap sang ibu khawatir

"Tidak. Louis pasti menungguku, aku harus cepat agar Louis tidak kecewa" ucap Elisa dengan air mata yang keluar begitu banyak
"Kakek!!" Ucap Elisa langsung memeluk kakeknya dengan cepat

"Pelan pelan sayang" ucap sang kakek sambil mengusap rambut sang cucu dengan lembut
disana"ucapnya dengan raut wajah sedih

"Tidak sayang"

"Memangnya kenapa kakek? kenapa kakek tidak mau? bukanya selama ini kakek membantuku?" Ucap Elisa kecewa

"Maaf sayang. Ayah dan ibumu ini tidak ingin kau terus pergi kesana, jika itu terjadi kau akan meninggalkan kita" ucap sang ibu menghampiri Elisa dengan tatapan yang sulit diartikan

"Tapi...kakek sudah berjanji untuk membuat portal hari ini" ucap Elisa sambil menangis

"Ayah dan ibu ingin kau selalu disini sayang" ucap sang ayah sambil memegang pundak sang anak. "ayah tolong kau hapus ingatan Elisa tentang dunia itu aku ingin dia tetap di sini"

"Tapi ayah. aku tidak ingin... Aku tidak ingin melupakan Louis dia pasti akan marah jika aku melupakannya" ucap Elisa menangis sejadi-jadinya

"Maafkan kami sayang. Kami melakukan ini untukmu" ucap sang ibu sambil memeluk anaknya

   Sang ibu mengkode kakek untuk menyegel ingatan Elisa. Kakek yang mengerti langsung menyentuh kepala cucunya dan merapalkan mantra membuat Elisa pingsan.
"Maafkan kami sayang. Kami melakukan ini untukmu" ucap sang kakek dengan tenang walaupun dalam hati dia tahu rasa sakit sang cucu
.
.
.
  Sementara itu di istana Louis terus memikirkan Elisa, Bahkan selesai penobatannya ia merasa khawatir.
"kenapa Elisa tidak datang apakah dia melupakan janjinya?" Batin Louis
 
"Andrew apakah aku bisa pergi sekarang? aku ingin menemui Elisa"

"Tidak yang mulia. Anda harus menemani para tamu dari kerajaan sebrang" ucap Andrew dengan tegas

"Tapi. bagiku dia segalanya, lagipula dia sudah berjanji untuk melihat penobatan ku" ucap Louis yang mencoba positif

"Andrew aku akan pergi, jadi tolong layani mereka" ucap Louis lari meninggalkan Andrew yang bingung.

"Yang mulia kenapa terburu buru?" ucap Duke 1

"Aku juga tidak tahu, mungkin ia meninggalkan sesuatu" ucap Duke 2

"Apa yang ia lakukan, cepat ikuti Louis" ucap Achilles selaku ayahnya Louis
 
  Louis berlari secepat tidak peduli dengan para pelayan yang mengikutinya, Dadanya sangat sesak. akan tetapi, sang pujaan hati tidak terlihat, Hanya hamparan bunga dandelion yang ada, itu membuat Louis sangat kecewa.
 
"Apakah hanya diriku sajakah yang mengingat janji itu?" Ucap Louis kecewa

Tepat saat itu pula, hujan turun membasahi negara imperium Britania, Langit turut berdukacita dengan janji yang dilupakan Elisa membuat Louis kecewa.

"Yang mulia, anda harus kembali ke dalam. Hujan deras bisa membuat anda sakit" ucap pelayan mencoba membujuk Louis

"Tinggalkan aku sendiri" ucap Louis sambil menatap pohon dimana mereka bermain.

"Tapi yang mulia....." ucapan pelayan terpotong oleh yang mulia ratu sambil menatap Louis.

"Kalian pergilah, aku akan mencoba membujuknya" ucap yang mulia ratu.

"Baik yang mulia" ucap sang pelayan yang langsung melenggang pergi.

"Apa yang kau sedihkan anakku, dia hanya anak yang tidak sengaja memasuki kebun istana" ucap yang mulia memegang kedua pundak Louis.

"Kau hanya menganggap dia anak dari rakyat, tapi dia anak dari dunia lain" ucap Louis menahan emosi.

"Lebih baik kita pergi dari sini, hujan akan membuatmu sakit" ucap yang mulia membujuk.

"Hmmm" kata Louis dengan ekspresi sedih
Mereka pun masuk ke kerajaan dan melanjutkan pesta.

walaupun Louis sedih, dia menutupinya dengan ekspresi bahagia. Selain itu, ia juga dijodohkan dengan wanita dari kerajaan lain walaupun Louis tidak ingin dijodohkan, ia terpaksa melakukan itu agar tidak terjadi perseteruan antara kedua belah pihak.

CURSES  AND THE WORLD OF MAGIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang