Bagian 22

53K 4.8K 95
                                    

Kaget bgtt liat pembacanya naik cukup cepet🥺
Makasih banyak semuanyaaa jangan lupa untuk vote juga yakkk;)))

•Beloved Staff•

Mima mengoleskan lipgloss pada bibirnya, merapihkan poni dan sengaja mengikat rambutnya jadi ekor kuda sebelum akhirnya menyemprotkan parfum sebagai sentuhan terakhir, lalu tersenyum lebar ketika aroma segar yang feminim tercium. Tidak rugi rasanya ganti parfum, karena Mima ini sangat setia pada parfum sebelumnya mengingat sangat sulit menemukan aroma yang cocok dengan tipenya.

Kalau sampai cecunguk itu beraroma persis seperti dirinya, tidak salah lagi berarti dia benar-benar niat meniru Mima.

Padahal kalau ngefans tinggal bilang saja, tidak perlu malu-malu. Bukannya didepan memasang wajah polos seperti korban tapi dibelakang selicik pelaku kriminal.

"Jangan marah-marah, Mima. It's okay. Semuanya udah berlalu, jangan khawatir. Karma gak akan salah jalur, kalo salah tinggal tilang aja." Mima menghembuskan napasnya dan merapihkan dress kemeja biru mudanya. Cantik sekali!

Sepasang kaki berbalut heels nude itu melangkah dengan penuh kepercayaan diri melewati tiap lorong apartemen, bibirnya terus bergumam ---menyenandungkan lagu yang akhir-akhir ini sering Mima dengarkan.

Tepat setelah pintu lift terbuka, sebuah punggung tegap seseorang berdiri menjulang menghalangi jalan, membuat Mima mengernyitkan dahinya dalam. Bingung mengapa orang itu diam seperti benteng dan menghalangi jalan orang lain. Random sekali.

Kebingungan yang sempat hinggap di benak Mima dalam sekejap lenyap tatkala orang tersebut berbalik. Suasana hati Mima turun persenan ke angka terendah ketika melihat Arlan, berdiri di depannya.

Mau apa dia di sana? Sudah bagus beberapa hari ini tidak pernah menampakan batang hidung, malah muncul tiba-tiba seperti Jin.

"Selamat pagi, Jemima. Gimana tidurnya tadi malam? Nyenyak?" Sayangnya semalam Mima bermimpi buruk, ternyata itu pertanda jika paginya dia akan bertemu dengan jelmaan Genderuwo.

"Ngapain Bapak di sini?" tanyanya tanpa berniat membalas basa-basi yang Arlan layangkan.

Melihat raut wajah Mima yang sangat tidak bersahabat membuat Arlan tersenyum kecut. Namun dia sudah bertekad semenjak dari rumah, kalau dia tidak boleh menyerah sebelum Mima memaafkannya.

"Saya jemput kamu." Sebelah alis Mima terangkat. "Kita berangkat sekarang?" Wanita itu menatap telapak tangan Arlan yang terulur di depannya.

"Saya gak mau," tolaknya mentah-mentah. Mima masih belum lupa pada apa yang Arlan lakukan, membiarkannya dipermalukan dan juga mempermainkannya. Mima tidak mau meluluhkan hati meski dia menyukai pria itu.

Arlan kembali menurunkan tangannya saat tak mendapat sambutan yang baik dari Mima. "Jemima, saya minta maaf."

"Minta maaf buat apa?"

"Buat semuanya. Kalo saya jelasin semuanya di sini, akan memakan waktu yang lama dan kita akan terlambat ke kantor. Jadi, ayo kita bicarakan di dalam mobil." Mima mendengus sebal. Bahkan dari caranya meminta maaf pun terkesan tidak niat, tidak ada effort nya sama sekali.

"Gak usah! Makasih!" Wanita itu mendorong tubuh Arlan yang menghalangi jalannya, melangkah secepat yang ia bisa agar bisa segera menjauh dari Arlan.

"Jemima, dengerin saya dulu! Izinin saya jelasin semuanya sama kamu. Saya gak pernah sekalipun ada niatan untuk permainin kamu, saya mohon!"

Langkah Arlan sontak terhenti ketika Mima membalikan tubuhnya dan melayangkan tatapan tajam ke arahnya. "Saya gak butuh penjelasan apapun, dan saya gak ngerasa harus mendengarnya juga. Lagian apa hak saya untuk menuntut Bapak soal saya dipermainkan atau enggak, 'kan? Kesepakatan kita udah selesai, jadi gak ada apa-apa lagi diantara kita." Arlan menggelengkan kepalanya, dia berusaha untuk meraih lengan Mima namun perempuan itu jauh lebih gesit dan secepat mungkin masuk ke dalam mobilnya.

My Beloved Staff (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang