Mood bgt baca komentar chapter sebelumnya. Jadi aku double up deh hari ini🤭
•Beloved Staff•
"Apa? Mima tolak pemberian Arlan, di depan banyak orang?"
Bella menatap Lova yang menganggukan kepalanya cepat, membuat emosi Bella serasa ditarik ke permukaan. Mendengar berita yang gadis itu sampaikan cukup untuk membangkitkan kemarahannya, karena selain Arlan yang nampaknya sedang gencar-gencarnya mendekati perempuan bernama Jemima itu, juga karena bisa-bisanya Mima melakukan hal ---yang bagi Bella sangat melewati batas.
Baginya, setidaknya Mima harus sadar diri bahwa bagaimanapun juga Arlan adalah atasannya di kantor.
"Bu Bella pasti gak terima, ya? Saya ngerti sih, apalagi Bu Bella udah sahabatan sama Pak Arlan lama banget. Pasti sebagai teman ikut marah kalo tau temannya sendiri diperlakuin kayak gitu, saya juga gak nyangka kalo Mbak Mima lakuin hal seperti tadi di depan banyak orang. Padahal seenggaknya Mbak Mima bisa terima barangnya, dan kalo pun gak mau bisa dikasih ke temennya. Apalagi itu makanan," terang Lova disertai raut wajah yang kelihatan khawatir.
Semenjak ada Bella, Lova merasa seperti dia memiliki kuat di kantor. Dia cukup menarik simpatik dari Bella yang merupakan keponakan dari direktur perusahaan ini, dan Lova semakin terlindungi. Salah satunya seperti saat dia pingsan waktu itu, sedikit menambah bumbu pada ceritanya, Lova berhasil mendorong Mima pada lubang masalah.
"Terus, gimana respon Arlan?" Bella kembali melayangkan pertanyaannya pada Lova.
"Pak Arlan kelihatan sedih banget, Bu. Jadi, snacknya beliau kasih ke yang lain."
Bella menghela napasnya, sorot mata wanita itu menajam saat membayangkan wajah menyebalkan Mima dalam benaknya. Entah apa yang membuat Arlan tertarik pada perempuan itu, karena Bella merasa Mima tidak ada apa-apa dibanding dirinya.
"Keterlaluan!" Lova menyeringai tipis, tidak sabar dengan apa yang hendak Bella lakukan selanjutnya pada Mima. "Arlan itu selalu bodoh setiap kali jatuh cinta, gak peduli seburuk apa perlakuan yang dia dapatin, dia tetep gak akan peduli."
"Bu Bella kenapa gak pacaran aja sama Pak Arlan?" Pertanyaan tersebut terlontar tiba-tiba dari mulut Lova, menarik perhatian Bella padanya. "Maaf, kalo kesannya saya agak kurang ajar, Bu---"
"---no! Kamu gak salah!" tukas Bella dengan cepat, membuat gadis itu menautkan sebelah alisnya. "Kamu tau, 'kan? Diantara pertemanan antara cowok dan cewek gak akan ada yang murni tulus bersahabat. Hal seperti itu juga terjadi dalam pertemanan antara saya dan Arlan. Sayang, dia terlalu menutup mata hanya karena satu kesalahan yang saya buat."
Mendengar penjelasan tersebut sudah menunjukan jelas bahwa Bella menyukai Arlan lebih dari sekadar sahabat, Lova tidak terkejut apalagi sejak awal Bella nampak begitu gencar mencari perhatian Arlan yang sepertinya tidak lagi terpaku padanya.
Lova menghela napasnya dan menggeleng pelan. Wanita se-sempurna Bella saja Arlan tidak mau. Selera Arlan benar-benar lebih buruk dari yang Lova bayangkan.
"Lova?" Gadis itu tersentak dan memandang Bella. "Kamu ... bisa bantu saya, 'kan?" Keningnya seketika berkerut dalam.
•Beloved Staff•
Mima memasukan kaleng soda bekasnya ke dalam tong sampah dan menghela napasnya yang terasa begitu berat. Hari ini berjalan lebih melelahkan dari yang dia kira dan Mima sudah kehabisan energinya bahkan baru setengah hari dia lalui.
Arlan menunjukan sikap anehnya yang benar-benar membuat Mima merasakan frustasi untuk kali pertamanya dalam sepanjang mengenal pria itu. Tingkahnya yang mendadak agresif bahkan saat didepan banyak orang, berbeda dengan beberapa waktu lalu dimana Arlan mengabaikan dirinya. Tentunya Mima bingung dan mempertanyakan maksud dari perubahannya itu, sepertinya Arlan benar-benar mempermainkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Staff (TAMAT)
RomansaKarena kejadian tanpa kesengajaan di satu malam, Mima jadi harus kehilangan waktu-waktu penuh ketenangannya di kantor. Memergoki atasannya sedang bercumbu dengan seorang wanita membuat Mima terus diteror oleh Arlan. "Ingat, ya! Kalau kamu sampai nye...