28. Jalan-jalan dan Latihan

8 2 0
                                    

Yuuka Sugai. Nama itu mungkin tidak kalah terkenal di kerajaan Sakurazaka ini daripada sang Raja sendiri. Dia adalah seorang putri dari keluarga bangsawan yang memiliih menjadi Battle Magus atas dasar kemauannya sendiri.

Ketenaran dari Yuuka Sugai bukan hanya terdapat pada wajahnya yang cantik atau sikapnya yang selalu nampak anggun. Tetapi juga pada kemampuan dan bakatnya bertarung sebagai Battle Magus.

Dengan spesialisasi Sorcerer dan sihir cahaya yang menjadi andalannya, Yuuka Sugai menjadi seorang Battle Magus yang memiliki julukan sebagai The Heaven Queen, Ratu Surgawi. Sebuah julukan yang tidak main-main diberikan kepadanya oleh para penggemar bahkan musuhnya.

Yuuka Sugai adalah Ketua dari sebuah Party bernama Nirvana. Anggota mereka ada lima namun ada satu orang yang paling dekat dengan Yuuka.

Akane Moriya, seorang Battle Magus dengan spesialisasi Fighter itu adalah pedang sekaligus perisai terkuatnya. Akane adalah seorang petarung yang sangat buas dan kuat di Arena maupun ketika melawan monster.

Namun di samping Yuuka, dia bisa menjadi seorang gadis yang lembut dan manis. Tidak ada yang tahu hal itu selain Yuuka sendiri dan ketiga anggota Party yang lain.

The Bloody General sebagai julukan Akane nampaknya bukan sesuatu yang cocok disandingkan dengan The Heaven Queen karena kesan pada kedua julukan itu yang nampak sangat berlawanan.

Darah dan surga memang tidak terlihat cocok. Tapi kerjasama dan kedekatan mereka berdua mengatakan sebaliknya. Orang-orang bahkan berpikir kalau Yuuka dan Akane bisa bertukar informasi lewat pandangan mata saja.

"Kota Miyahara?" Yuuka dengan jelas menunjukkan kebingungan pada wajahnya.

Akane menghel napas. "Kau mungkin tidak tahu karena itu adalah kota yang kecil. Tapi waktu delapan menit untuk sebuah Dungeon bukankah sangat luar biasa?"

"Hmmm..." Yuuka melipat bibirnya. "Ya, cukup bagus."

"Apakah ada Party besar yang punya waktu luang dan mencoba Dungeon di sana?"

"Mungkin saja," jawab Yuuka. Dia sebenarnya tidak terlalu peduli dengan Dungeon di kota terpencil dan kecil seperti itu. Mau bagaimana pun, Yuuka adalah seorang bangsawan.

Yuuka melanjutkan kegiatannya tadi yaitu menikmati sinar matahari sambil memejamkan mata. Membiarkan kulitnya menyerap sebanyak mungkin sinar matahari agar tetap sehat. Ibunya yang seorang ahli kecantikan mengatakan itu.

"Kau tidak mau memeriksanya?" tanya Akane sambil berjalan mendekat ke arah Yuuka untuk bisa menatap wajahnya lebih dekat.

"Hmm, tidak," jawab Yuuka tanpa membuka mata.

Akane tidak mengatakan apapun. Dia memilih menatap wajah Yuuka dari samping. Mata yang terpejam dan bibir yang sedikit tersenyum tipis. Wajah Yuuka memang sangat cantik.

Akane menganggap kalau julukan The Heaven Queen memang sangat pantas ditujukan untuknya. Pesona surgawi Yuuka memang sangat terasa bagi setiap orang yang melihat.

"Apa rencanamu hari ini?" tanya Akane.

"Hmm, entahlah. Mungkin aku hanya akan bermalas-malasan," jawab Yuuka.

Tidak ada Quest yang mereka ambil dalam beberap hari ini. Party Nirvana hanya akan mengambil Quest dari para bangsawan yang menurut mereka sesuai. Mereka melakukan Quest sebagai kesenangan dan untuk melatih kemampuan mereka. Bukan untuk uang.

Setiap orang yang menyewa jasa Nirvana bukan hanya menginginkan penjagaan yang kuat. Party Nirvana selalu memberikan kesan mewah dan megah pada kehadiran mereka. Dan tentu saja para bangsawan atau pegawai pemerintahan menyukai itu.

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan?" Akane memberi usul.

Yuuka akhirnya membuka mata dan tersenyum. "Kemana?"

"Danau Algares. Sudah lama kita tidak ke sana, kan?"

"Hmm, boleh juga. Aku akan bersiap dulu!"

Yuuka nampak bersemangat ketika berlari ke dalam rumah. Berjalan-jalan dengan Akane tentu saja membuatnya bersemangat.

Danau Algares terletak tidak jauh dari kota Miyahara. Tujuan Akane mengajak Yuuka jalan-jalan kesana adalah untuk mengtahui satu hal. Dia penasaran dengan Party yang mencatata rekor terbaru dalam delapan menit itu.

"Mereka hampir pasti adalah Party veteran." Akane membatin dengan wajah yang tegas. Dia ingin tahu siapa mereka. Jika dia sudah penasaran, maka Akane harus menuntaskan rasa penasarannya.

Bukan berarti dia memanfaatkan Yuuka untuk itu. Akane memang sudah berniat mengajak Yuuka pergi ke suatu tempat karena sudah bosan dengan aktifitas mereka di kota.

Kebetulan, kabar catatan waktu itu sampai di telinganya sekarang. Jadi, menklukkan dua burung dengan satu batu tentu adalah hal yang akan dilakukan Akane.

~~~

Setelah selesai menaklukkan Dungeon dengan catatan waktu yang mengagumkan itu, Party Karin langsung menuju padang rumput tempat sebelumnya mereka melakukan ujian penerimaan untuk Yui.

Rina sudah pergi meninggalkan Party membawa tongkat Karin ke tempat Blacksmith di kota Miyahara. Jadi sekarang Karin hanya bersama dengan Inori dan Yui. Lagipula memang mereka berdua yang membutuhkan pelatihan dalam bertarung.

"Yui, kau sudah punya bakat yang cukup. Kemampuan bertarung dan caramu menggunakan teknik juga sudah cukup baik. Yang kurang mungkin adalah pengalamanmu," ujar Karin. Memberi Yui arahan dari apa yang dia lihat pada pertarungan sebelumnya.

"Menurutmu begitu? Padahal kupikir aku sudah cukup bagus," balas Yui, merasa sedikit kecewa.

"Kau tidak bisa menjaga konsentrasi ketika melawan ular besar itu," kata Karin.

"A-ah, soal itu..." Yui menggaruk kepalanya dengan senyuman penuh penyesalan. Dia pun secara sukarela menerima kenyataan kalau pengalamannya masih kurang.

"Seorang Battle Magus yang hebat bisa memusatkan pikiran untuk mengendalikan diri dengan tenang di situasi apapun." Karin melanjutkan.

Lalu dia berhanti menatap Inori.

"Ya, aku tahu kalau aku masih kurang dalam banyak hal," ucap Inori yang seakan bisa menebak apa yang Karin ingin katakan.

Karin tersenyum tipis. "Setidaknya kau sudah tahu. Sekarang, kita akan menangani kekurangan itu satu persatu."

Inori dan Yui mengangguk. Setelah melihat apa yang Karin bisa lakukan di Dungeon, sosok Karin langsung berubah menjadi seseorang yang mereka hormati.

Mereka tidak tahu bagaimana Karin bisa sehebat itu. Karin memang tidak pernah membahasnya jadi mereka berdua mengurungkan rasa penasaran itu sampai Karin mengatakannya sendiri.

"Inori, kau sebenarnya punya bakat dalam mengendalikan Mana-mu. Sayangnya kau terlalu asal dalam menggunakannya," kata Karin. "Aku tidak bisa menyalahkanmu karena kau memang tidak punya mentor. Tapi sekarang ada aku."

Inori tersenyum mendengarnya.

"Kita akan berusaha supaya kau jadi lebih baik." Setelah mengatakan itu Karin merentangkan tangannya dengan telapak tangan menghadap ke depan.

Sebuah lingkaran sihir muncul di atas tanah di depan Karin. Tak lama kemudian muncul seekor kelinci dan lingkaran sihir tersebut menghilang.

"Kau bisa jadi Summoner juga?!" Yui berkata dengan terkejut. Matanya melebar menatap kelinci yang tak bergerak.

"Aku tahu sedikit," kata Karin. "Sekarang, Inori. Kau harus memanah sampai bisa mengenai kelinci itu."

Inori pun menarik busurnya. Latihan pun dimulai.

~~~

The Banished Battle GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang