BAB 12 | Kamu dan Pasar Malam

12.8K 633 9
                                    

"Iya, saya melakukan semua yang di tuduhkan."

"Laura!"

Brak!

Kepala Sekolah menggebrak meja, matanya menatap Laura sangat tajam. Meskipun sang empu, tak gentar dan malah membalas dengan senyuman sinisnya.

"Saya melakukannya bersama Cindy dan Daniar. Kita ngelakuin itu karena emang Jasmine pantes dapetin itu semua, dia sombong dan —"

"Cukup. Saya tidak sudi mendengarkan kamu mengoceh omong kosong tentang putri saya lagi," ucap Pamela memotong ucapan Laura yang membara dan menggebu - gebu.

Kedua tangan Laura mengepal kuat, menahan emosi yang sudah memuncak dan hampir saja kelepasan.

Laura dengan otak liciknya, ia mundur selangkah dalam masalah ini. Mengalah untuk berusaha memenangkan strateginya di plan B.

Ia berdiri dan menyeka kasar air matanya yang secara tidak sengaja terjatuh, menatap satu persatu semua jajaran guru dan kedua orang tua Jasmine dengan senyuman tipisnya.

"Saya tidak menyesal dan saya tidak akan mau meminta maaf pada Jasmine. Apapun yang terjadi," ucap Laura kemudian melepaskan lencana Ketua OSIS dan menaruhnya di hadapan Ibu Ida. Laura menundukkan kepalanya dan pamit pergi dari ruangan.

Rasa sakit yang Laura bawa keluar, ia sendiri akan memastikan Jasmine pun merasakannya suatu hari nanti.

Tidak peduli resiko apa yang di dapatkannya kelak, Laura tidak akan pernah berhenti untuk menyakiti Jasmine. Sampai menurutnya cukup.

Atau mungkin, tidak akan pernah merasa cukup?

****

"Kenapa buru - buru pulang, Abang?" Tanya Jasmine sesaat setelah mobil yang di kendarai Reiga terparkir rapi di garasi mansion.

Reiga menebak ada gelagat aneh dari sahabatnya, membuatnya tak nyaman. Apapun itu, semoga saja ia bisa mengendalikan dan melindungi Jasmine.

Adiknya ini, jangan sampai tersakiti. Apalagi oleh sahabatnya.

"Abang?" Panggil Jasmine.

"Iya sayang, gak papa. Daddy tadi nelpon, katanya gak boleh lama - lama dan kamu harus cepet pulang," jawab Reiga, sejenak ia memandangi wajah lugu dan cantik milik Adiknya ini.

Sudah sampai sedekat ini pun, Reiga masih tidak percaya kalau ternyata Adiknya sudah kembali.

Keduanya turun dan memasuki mansion sambil bergandengan tangan, sungguh pemandangan baru bagi para pekerja mansion.

Mata mereka di suguhkan dengan senyuman cantik Jasmine yang manis, mata birunya yang menatap setiap orang dengan segar dan membuat siapapun senang menyapanya, suara lembutnya juga sangat menenangkan.

Para tuan muda yang biasanya memasang wajah serius mereka, kini berubah menjadi memiliki banyak sekali ekspresi. Mereka semua berlomba membuat Jasmine tertawa, atau bahkan ngambek.

Baru 48 jam kedatangan Jasmine, mansion sudah sehidup ini.

Di ruang tengah, sudah ada Pamela, Zaven, Isaac dan Dokter Hendrawan sedang duduk. Reiga pun merenyitkan dahinya, sepertinya ada hal serius?

"Daddy? Mommy?" Panggil Jasmine pada kedua orang tuanya, ia tanpa menyadari keadaan pun segera duduk diantaranya. Tersenyum penuh binar lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Pamela.

"Sayangnya Mom, abis di ajak ke mana sama Abang Rei?" Tanya Pamela sambil memeluk putrinya, rasanya ada sedih yang menyeruak bercampur dengan amarah; mengingat bagaimana prilaku Laura tadi.

JASMINE [ END - REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang