DUA

5K 139 0
                                    

Happy Reading🤍

Sekitar pukul tujuh pagi,  sinar matahari pagi menyinari kamar Zeandra.  Ia sudah bersiap untuk pergi ke kantor.  Sebelum berangkat,  ia menyempatkan diri untuk sarapan bersama kedua orang tuanya.  Tradisi sarapan bersama ini telah menjadi rutinitas sehari-hari sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar,  menciptakan ikatan keluarga yang hangat dan akrab.  Aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruangan,  menambah suasana pagi yang nyaman.

Di tengah-tengah sarapan yang penuh canda dan tawa,  Fadlan memulai obrolan dengan bertanya tentang tidur Zeandra semalam.  “Zea,  bagaimana tidurmu semalam?” tanyanya,  suaranya hangat dan penuh perhatian.

Zeandra mengunyah sepotong roti panggang,  senyumnya merekah.  “Alhamdulillah,  Pah.  Aku bisa tidur nyenyak.  Makasih atas pertanyaannya,” jawabnya,  suaranya ceria.

Iren menambahkan,  “Kamu keliatan lebih segar dari semalam.”  Ia mengamati wajah Zeandra yang tampak lebih cerah dan bersemangat.

“Aku memang ngerasa cukup segar setelah tidur nyenyak,”  sahut Zeandra.

Fadlan mengangguk,  “Itu bagus,  Zea.  Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk menjaga kesehatan dan konsentrasi kita sepanjang hari.”  Ia selalu menekankan pentingnya kualitas tidur,  karena ia percaya bahwa istirahat yang cukup akan meningkatkan produktivitas dan kesehatan secara keseluruhan.  Itulah sebabnya ia selalu menanyakan kualitas tidur anaknya setiap pagi.

Zeandra mengangguk setuju.  “Iya,  Pah.  Aku juga berusaha buat nggak main HP kalau mau tidur,”  katanya,  menunjukkan keseriusannya dalam menjaga kualitas tidurnya.

Percakapan hangat itu membuat sarapan mereka semakin menyenangkan.  Zeandra merasa bahagia dan bersyukur memiliki orang tua yang begitu peduli dan perhatian terhadap kesehatannya.  Setelah sarapan selesai,  ia pun siap untuk pergi ke kantor,  dengan semangat yang tinggi dan hati yang penuh rasa syukur.

•••

Seperti biasa,  jalanan Jakarta kembali menunjukkan taringnya: macet parah di jam berangkat kerja.  Klakson mobil beradu nyaring,  menciptakan simfoni kebisingan yang sudah menjadi ciri khas ibu kota.  Untungnya,  dengan sedikit keberuntungan dan keahliannya dalam bermanuver di antara lautan kendaraan,  Zeandra berhasil tiba di kantor tepat waktu.  Sekitar pukul delapan,  ia berhasil memarkirkan mobilnya dan bergegas masuk ke dalam gedung.

Sesampainya di kantor,  Fira,  rekan kerjanya,  memberi tahu bahwa Pak Dito,  atasannya,  memintanya untuk segera menemui beliau.  Tanpa berlama-lama,  Zeandra bergegas menuju ruangan Pak Dito.  Ia merasakan sedikit debar di dadanya;  pertemuan mendadak ini terasa sedikit menegangkan.

Setelah mengetuk pintu dan dipersilakan masuk,  Zeandra langsung mengutarakan maksud kedatangannya.  “Permisi,  Pak Dito.  Anda memanggil saya?” tanyanya,  suaranya terdengar sedikit gugup.

Pak Dito tersenyum ramah,  “Ya,  Zeandra.  Silakan duduk.”  Ia menunjuk kursi di depannya.  “Bagaimana kabarmu?  Perjalananmu ke Bandung kemarin lancar?”  Pak Dito memulai percakapan dengan basa-basi yang ramah,  menciptakan suasana yang lebih nyaman.

Zeandra duduk,  merasakan sedikit kegugupan mereda.  “Baik,  Pak.  Lancar,  terima kasih.  Dan terima kasih atas pertanyaannya, Pak.”  Ia menjawab dengan sopan dan penuh hormat.

Pak Dito mengangguk,  kemudian memulai pembicaraan yang sebenarnya.  Ia memberi tahu Zeandra bahwa untuk beberapa bulan ke depan,  ia akan ditugaskan di Bandung.  “Ada bagian dari tim asisten digital marketing yang kosong di sana.  Karena sedang banyak proyek pemasaran dan pengiklanan,  kamu akan bekerja di kantor cabang Bandung untuk sementara waktu,”  jelas Pak Dito.

Zeandra terkejut mendengar pengumuman Pak Dito.  Sebuah gelombang perasaan campur aduk menerjangnya:  kegembiraan karena kesempatan baru,  dan kekhawatiran akan tantangan yang mungkin dihadapinya.  Namun,  ia sadar bahwa siap atau tidak,  ia harus siap.

“Oh,  jadi saya akan ditugaskan di Bandung untuk beberapa bulan ke depan?”  tanya Zeandra,  suaranya terdengar sedikit gemetar,  mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar.

Pak Dito mengangguk,  senyumnya ramah.  “Ya,  Zeandra.  Karena situasi yang sedang mendesak,  kita perlu memaksimalkan tim di Bandung untuk menangani proyek-proyek tersebut.  Kamu memiliki keahlian yang dibutuhkan dalam bidang digital marketing,  jadi saya pikir kamu akan cocok untuk tugas ini.”  Ia menjelaskan dengan tenang dan penuh pengertian.

Zeandra berpikir sejenak,  menimbang-nimbang pro dan kontra.  Ia membayangkan kembali keseruannya di Bandung beberapa waktu lalu,  dan juga tantangan baru yang menanti.  Setelah beberapa saat,  ia memutuskan untuk menerima tugas ini.  Ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengembangkan kariernya.

“Baik,  Pak Dito.  Saya siap untuk ditugaskan di Bandung.  Apakah ada sesuatu yang perlu saya persiapkan sebelum berangkat?”  tanya Zeandra,  suaranya kini terdengar lebih mantap.

“Kamu akan bekerja di kantor yang sama dengan tim di Bandung,  jadi tidak ada persiapan khusus yang perlu kamu lakukan.  Namun,  pastikan kamu membawa semua peralatan dan dokumen kerja yang dibutuhkan,”  ucap Pak Dito,  memberi arahan yang jelas.

“Baik,  Pak.  Saya akan memastikan semuanya siap sebelum berangkat.  Terima kasih atas kesempatannya,”  jawab Zeandra,  suaranya dipenuhi rasa syukur.  Ia merasa bersemangat untuk menghadapi tantangan baru ini.

“Sama-sama, Zeandra.  Saya yakin kamu akan memberikan kontribusi yang berarti di Bandung.  Jangan ragu untuk menghubungi saya jika ada hal yang perlu kamu diskusikan,” ucap Pak Dito,  suaranya hangat dan penuh keyakinan.  Ia melihat keraguan dan sedikit kekhawatiran di mata Zeandra,  dan ingin meyakinkannya bahwa ia mendukung penuh keputusan ini.

“Terima kasih, Pak Dito.  Saya akan tetap berkomunikasi dengan Bapak selama saya berada di Bandung,”  jawab Zeandra,  suaranya terdengar lebih mantap dan penuh semangat.  Ia merasa lega setelah mendapat dukungan penuh dari atasannya.

Setelah itu,  ia pamit undur diri dan dipersilakan keluar oleh Pak Dito.  Langkah kakinya terasa lebih ringan saat meninggalkan ruangan.

Setelah mendapatkan informasi tentang penugasan di Bandung,  Zeandra masih merasakan perasaan campur aduk antara kegembiraan dan kekhawatiran.  Kegembiraan karena kesempatan untuk mengembangkan karier dan pengalaman barunya,  dan kekhawatiran tentang tantangan yang akan dihadapinya di kota baru.  Namun,  ia bertekad untuk tidak membiarkan kekhawatiran menguasainya.  Ia siap untuk menghadapi tantangan baru ini dengan kepala tegak dan memberikan yang terbaik dalam tugasnya di Bandung.  Ia akan membuktikan bahwa ia mampu menjalankan tugas ini dengan sukses.  Di benaknya,  ia sudah mulai membayangkan rencana-rencana untuk beradaptasi di lingkungan kerja baru dan memaksimalkan potensinya.

•••



Semoga ceritanya menghibur dan bisa di nikmati dengan baik🤍🫶🏼
Boleh di kritik dan sarannya ya, terimakasih 🤍🫶🏼

A Journey Of Love (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang