Aku Gania, perempuan beruntung yang sejak tiga tahun lalu diratukan oleh lelaki hebat yang telah menguasai seluruhku. Khalil, dialah orang yang membawaku berteduh di mimbar asmara yang menggebu. Aku menikah dengannya tanpa restu dari ibuku. Ibu tidak menyukainya karena dia takpunya hal yang bisa dibanggakan. Ibu mengatakan jika Mas Khalil hanya akan membuat malu saat kumpul bersama teman-teman sosialitanya ketika arisan. Mereka akan mengoloknya kala tahu ibuku memiliki menantu miskin.
Hingga kini, aku belum tahu siapa ayahku karena Ibu terus mengatakan jika aku harus menganggap Ayah sudah tiada. Aku taktahu apa alasan di balik itu, tetapi aku yakin Ayahlah penyebab Ibu memandang kelayakan seseorang adalah harta.
Kutinggalkan Ibu demi cinta, aku mencintai Mas Khalil dengan ikhlas dan begitu pun sebaliknya. Namun, belakangan ini Mas Khalilku berubah, aku sering ditinggal ke luar kota sampai berbulan-bulan lamanya. Kemudian, ketika pulang dia membawa sejumlah uang yang membuatku terheran-heran. Sejak terkena PHK disebabkan karena fitnah dari partnernya, Mas Khalil tidak pernah jujur tentang pekerjaan barunya, aku pun tidak bertanya terus-terusan agar suamiku tidak terbebani oleh rasa penasaranku.
Hingga pada suatu hari, Mas Khalil pulang dengan mengendarai mobil mewah berwarna merah darah, suamiku itu terlihat sangat gagah dan sukses membuatku syok seketika. Bagaimana tidak, dia berpakaian sangat jauh berbeda dari biasanya. Jika kemarin-kemarin Mas Khalil selalu berpakaian tertutup dan rapih, kali ini suamiku berpakaian ala artis papan atas dengan tampang yang luar biasa memesona.
Bukannya bahagia, aku malah histeris dan hampir tidak mengenalinya. Aku hanya mengenali senyuman Mas Khalilku yang sejak awal selalu menentramkan segala gundah. Namun kini, hanya senyuman itulah yang menjadi tanda pengenalnya di mataku dan tak berubah wujud.
"Selamat malam, Sayang. Taraaa, surprise!" Suamiku sangat antusias mempersembahkan mobil mewahnya. Rupanya, mobil itu adalah hadiah untukku karena hari ini kepulangannya hanya untuk merayakan anniversarry pernikahan kami yang ke-3.
"Kamu suka 'kan, Sayang?" ucap Mas Khalil sembari memeluk erat dan berganti menghujaniku ciuman di seluruh wajah hingga tengkuk yang kali ini sangat berbeda.
"A—aku suka sekali, Mas. Terima kasih banyak."
"Sama-sama, Sayang. Semua hartaku adalah untukmu agar argumen Ibu jika aku tidak bisa membahagiakanmu itu bisa patah dan Ibu tidak malu mengakuiku sebagai menantu," ucap Mas Khalil yang kini sudah meleraikan pelukannya dan menatapku lekat-lekat.
"Ya Allah, kenapa suamiku menjadi seperti ini, apa yang dia lakukan di luar sana sampai mampu mengubahnya menjadi sosok yang teramat berbeda?" batinku dirundung ribuan tanya. Namun, aku berusaha menyembunyikan raut wajah bingung ini di depan Mas Khalil. Biar bagaimanapun, hari ini adalah hari bahagia kami dan Mas Khalil masih menampakkan rasa yang teramat sungguh. Walau penampilannya berubah, tetapi aku masih merasakan cinta yang candu seperti awal mula kami bersua.
Kami pun masuk dan aku berniat membawa koper Mas Khalil ke kamar. Namun, dia mencegah dan kemudian memintaku untuk menyiapkan makanan yang dibawanya pulang. Aku taktahu ini makanan apa, melihat bentuknya saja sudah membuatku tidak selera.
Aku menurut dan dengan sangat terpaksa aku menyajikan makanan itu untuk Mas Khalil, lengkap dengan minuman aneh berwarna hitam pekat di dalam botol tanpa merek.
"Ya Allah, Mas, kamu mencari nafkah di mana sehingga menu makanmu pun sudah berubah begini?"
Lagi-lagi aku hanya bisa menelan pertanyaan itu agar suasana tidak kacau. Akan kutanyakan semua itu saat ada momen yang tepat.
Sudah setengah jam aku menunggu di meja makan, tetapi Mas Khalil belum juga turun. Aku lantas bergegas 'tuk menyusulnya ke kamar.
Kakiku berpijak di bagian terakhir tangga dan entah kenapa perasaanku berubah menjadi aneh. Seolah aku berada di dimensi lain, padahal ini adalah rumahku, rumah yang setiap harinya kurawat sendiri. Selama ini, aku tidak pernah merasa aneh. Namun, kali ini? Mmmh ... entahlah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Komunitas Pencinta Bahasa Dan Sastra
Short StoryKumpulan Cerpen Anggota Komunitas Pencinta Bahasa Dan Sastra Selamat Membaca