"Gue nggak cantik kok, gue make-up juga cuma pake yang simpel aja," ungkap Cita--anak kelas yang sering dijuluki 'Pick Me Girl'.
Jujur, setiap kali ia melontarkan kalimat dari mulut yang sering dimanyunkan itu, aku geli. Rasanya aku ingin mencabut lidah dari mulutnya dan menginjak-injaknya.
"Emang lo pake make-up merk apa, Cit?" tanyaku penasaran. Ini cuma formalitas saja, agar dia merasa dihargai.
"Ya paling yang badgetnya nggak sampe tinggi banget, si. Paling Make Over, Oriflame, Chanel, and YSL," jawab Cita.
Hatiku ingin memberontak! Tanganku sudah gatal sekali ingin menggaruk-garuk wajah yang penuh make-up itu.
Temanku menyenggol sikuku. Aku mengerti maksudnya, tapi sabar. Aku ingin menanyakan satu hal lagi. Kebetulan, ada lima anak di sini termasuk aku dan Cita.
"Ooh gitu, Cit. Kalo parfum, lo mentok-mentok pake apa?" tanya temanku, bukan yang menyenggol sikuku, tapi teman yang sedari tadi sudah muak akan perbincangan Cita. Sebut saja Geria.
"Parfum? Ah ... itu rahasia, nggak, sih?" jawab Cita yang membuat kami kebingungan. Maksudnya?
"Iya, soalnya dulu pas aku nggak sengaja bocorin aku pake parfum apa, hampir sepuluh orang beli parfum yang sama kaya aku, haha," jawabnya. Ia terkekeh, tertawanya sangat renyah.
Aku sudah jelas menaikkan sebelah bibirku dan memasang sorot mata julid. Namun, hanya bertahan beberapa detik ketika temanku kembali menyenggol sikuku.
"Ooh gitu. Tapi, menurut gue, sih lo udah wah. Nggak kaya kita ...," ucapku.
Aku memberanikan diri untuk merendahkan diri di hadapan Cita. Seperti apa reaksinya?
"What? Ngomong apa lo?" tanya Cita.
"Guys, tau nggak, sih gue kadang insecure banget sama kalian," ujar Cita dengan ekspresi yang membuatku ingin muntah. Pasalnya, ia menekankah ucapannya ketika ia berkata 'kadang'
"Insecure?" tanya temanku.
"Iya, kalian nggak pernah breakout kalau nggak rutin pergi perawatan. Sedangkan gue? Serius, gue bisa breakout parah, loh, Ser, Fit, Ger, dan Hema ..."
Ia menyebut namaku dan teman-temanku. Lengkap yang berada di sini. Dengen ekspresi yang berhasil membuatku saling tatap dengan teman-temanku.
"Ah iya ... kasian, ya. Gimana kalo kamu ke perawatan terus tiap hari?" tanya temanku--Hema. Aku membulatkan mata, diikuti teman-temanku.
Hema? Wanita pendiam yang hanya berbicara ketika penting saja? Ternyata bisa berbicara di saat seperti ini. Jadi, situasi seperti ini dianggap penting, ya? Sumpah! Seru.
"Eeh? Hema? Nggak bisa, dong ... supirku padet banget jadwalnya, nggak bisa anter aku ke salon tiap hari, biasanya, sih jadwal perawatanku emang udah terjadwal sama dia," jelas Cita. Sangat jelas, bukan?
Panas!
"Oooh jadi kegiatan lo udah terjadwal semua? Termasuk jalan sama cowo brewokan yang gue liat di mall itu?" tanya Hema, lagi.
"Hah?" ucap aku dan teman-temanku dengan kompak.
"Eng-bukan. Lo salah liat nggak, sih, Hem?" tanya Cita gugup.
Hema menatap Cita serius. Sedangkan aku dan temanku masih melongo karena pertanyaan Hema.
"Nggak kok, gue waktu itu sempet sapa lo. Lo pake dress hitam, sama persis kaya punya Sera," ujar Hema.
"Dress gue? Yang lo pinjem itu?" tanyaku.
"Nggak, baju item, bukan dress lo itu. Lagian itu baju Dior, dibeliin Om Ir--" ucap Cita terpotong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Komunitas Pencinta Bahasa Dan Sastra
Short StoryKumpulan Cerpen Anggota Komunitas Pencinta Bahasa Dan Sastra Selamat Membaca