"Akhirnya sampai juga, byuh jauh sekali ternyata," kata seorang pria bernama Januar.
Januar bersama temannya, Angga tengah mendatangi Pulau Abadi, mereka akan melakukan penelitian untuk tugas kuliahnya. Mereka berdua kini sudah berada di penginapan. Karena lelah melakukan perjalanan jauh, Januar pun merebahkan tubuhnya di atas kasur, kemudian bermain di alam mimpi. Sementara Angga mengeluarkan isi kopernya dan menata ke dalam lemari yang telah tersedia di dalam kamar tersebut.
****
Saat itu, Januar tengah berdiri di depan gapura, yang merupakan perbatasan pulau abadi.
Dia menengadah ke atas gapura, dan seketika itu juga netranya melihat lukisan seorang wanita mengenakan baju berwarna putih.Januar terus menatap lukisan itu, samar-samar dia melihat wanita di dalam lukisan itu tersenyum ke arahnya. Januar pun terbelalak, dan seketika bulu romanya meremang.
Kemudian wanita dalam lukisan itu melayang keluar dan berjalan membelakangi Januar. Pemuda berusia dua puluh tahun itu bertambah terkejut, dia pun mengikuti wanita itu dari belakang.
Tiba-tiba datang kabut tebal menutupi sekitar jalanan itu. Dan ketika kabut itu hilang, wanita tersebut sudah tak nampak lagi.
'Kemana dia?' batin Januar. Dia mencari-cari wanita itu, namun tak diketemukan.
Januar tak sadar bahwa kakinya menabrak sebuah batu berukuran sedang, dan ....
Bugh!
"Au!"
Dan sekeliling menjadi gelap. Tak lama Januar membuka matanya, dia terbangun dari tidurnya dan duduk di kasurnya.
"Kamu mimpi apa, Jan? Dari tadi teriak-teriak nggak jelas," tanya Angga yang masih menata barang-barangnya.
"Hah? Aku teriak-teriak? Masa sih?" Januar terlihat mengingat sesuatu. Dan seketika dia teringat akan wanita di dalam lukisan itu. 'Ternyata hanya mimpi,' batinnya.
"Aku lupa, Ngga, mimpi apa. Tapi yang jelas, aku tuh kesandung batu pas lagi jalan-jalan, jadi ya aku jatuh deh." Januar terpaksa berbohong karena dia tidak ingin membuat temannya berpikiran yang tidak-tidak.
"Oh, aku kira kamu kenapa, Jan," ujar Angga tenang.
Januar melirik jam dinding yang berada di kamarnya. Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam. "Gila, cepat sekali, sudah malam saja," lirihnya.
"Ah biasa saja, Jan, kamu saja yang tidur terlalu lama," ledek Angga menahan tawa.
"Iya, ya ...." Januar meringis.
"Aku haus nih, aku keluar sebentar ya, Ngga, cari minuman segar," ujar Januar beranjak dari tidurnya.
"Ya sudah tapi jangan jauh-jauh, nanti kesasar. Kamu kan belum paham daerah sini. Aku juga ngantuk, mungkin sebentar lagi tidur," balas Angga sambil menguap.
"Oke, siap." Januar pun keluar kamar dan berjalan mencari warung atau swalayan yang masih buka. Beruntung dia menemukan supermarket dua puluh empat jam.
Setelah mendapatkan apa yang dicari, Januar pun kembali ke penginapan. Dia melihat Angga sudah tertidur pulas. Setelah membasahi tenggorokan yang kering, Januar membaringkan tubuhnya di samping temannya.
Dan seketika kantuk pun kembali menyerang Januar. Pria itu pun memejamkan matanya, dan terlelap dalam tidurnya.
Samar-samar Januar melihat sebuah jalan di hadapannya. Pemuda itu berjalan menelusuri jalan tersebut, tak lama dia sampai di gapura.
"Lho, aku kok sampai sini, ngapain, ya? Aneh," gumam Januar sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Ketika langkah kaki Januar sampai tepat di tengah gapura itu, tiba-tiba dia merasakan benturan yang cukup keras. Kepala Januar kejatuhan sebuah lukisan dari atas gapura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Komunitas Pencinta Bahasa Dan Sastra
NouvellesKumpulan Cerpen Anggota Komunitas Pencinta Bahasa Dan Sastra Selamat Membaca