⟨18.⟩ Hormone

1.5K 86 11
                                    

꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷
Happy Reading

"Hey Na kau baik baik saja? Wajahmu memerah." Guanlin menatap Jaemin dengan khawatir, sebab ia rasa hangat sangat menyentuh dahi Jaemin yang juga berkeringat.

"Entahlah, tapi..." Jaemin menggigit bibirnya, entah sejak kapan ia bersikap malu malu seperti ini, tapi sungguh dia tidak berani bicara sekarang.

Apa kehamilan dapat menyebabkan dia tak seblak-blakan dulu?.

Guanlin menunggu jawaban, tetapi ia malah kebingungan saat Jaemin menarik tangannya dan menempelkan itu pada bagian intim miliknya.

"Kau?,"

Jaemin mengangguk malu malu, wajahnya semakin merah sekarang.

"Bisakah kau bantu aku?."

Tubuh Jaemin di dorong perlahan, lalu menindihnya, tetapi Guanlin berusaha untuk tidak menekan perut Jaemin.

Wajahnya ia dekatkan mengecupi permukaan bibir tipis milik Jaemin, lalu perlahan mulai melumat nya.

Jaemin merasa sangat nyaman, tangannya pun ia kalungkan pada leher Guanlin, lalu menekannya agar ciuman itu tak cepat berakhir.

-ˋˏ✄┈┈┈┈

Sedangkan di tempat lain, Jaehyun dengan kalut menghubungi Jaemin. Sejak Jaemin pergi untuk memeriksa kandungannya sejak itu juga dia tak kunjung kembali ke rumah, nomornya bahkan tidak dapat di hubungi.

Taeyong pun sama khawatir nya, ia sudah menghubungi dokter kandungan Jaemin dan beliau bilang kalau pasiennya yang itu sudah memeriksa kandungannya lalu pergi.

"Kita harus lapor polisi!," Putus Jaehyun, dan Taeyong hanya mengiyakan.

Karena tak ada gunanya berdiam diri saja, melapor pada polisi adalah pilihan yang tepat. Meskipun belum 24 jam, tetapi ini bahkan sudah lewat tengah malam dan seharusnya Jaemin sudah kembali sedari tadi kan?

Taeyong takut jika suatu yang buruk menimpa sang adik. Meskipun rasa sakit, marah, benci itu masih ada, tetapi ia tak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia sangat menyayangi sang adik dan takut suatu yang buruk menimpanya.

"Aku pulang..."

Ucapan pelan itu berhasil mengalihkan atensi keduanya, lantas keduanya menoleh ke sumber suara dan mendapati Jaemin yang datang dengan keadaan lesu? Ah bisa saja.

Memegangi perutnya yang buncit, dan berlalu melewati dua orang lainnya yang masih mencerna semuanya di dalam otak mereka.

Jaemin hanya berdecak, rumah ini dan seisinya sangat tidak cocok dengan dirinya. Jaemin malah lebih nyaman bermalam bersama dengan Guanlin dari pada kembali ke rumah yang memuakkan.

Jaemin bukanlah orang yang tertarik dengan sebuah konflik. Ia suka masalah tapi tak suka jika masuk dalam konflik masalah tersebut. Contohnya seperti sekarang, ia lebih memilih menghindar dari pada menghadapi konflik yang ia buat sendiri.

Persetan, ia bahkan berfikir untuk menggugurkan bayinya lalu pergi ke tempat yang jauh dari Korea, menjalani hidupnya yang damai serta penuh akan kebebasan.

-ˋˏ✄┈┈┈┈


"Sedikit saja ya?,"

Jaemin sedang tidak nafsu makan sekarang, tapi kakaknya terus saja memaksanya untuk makan. Beralasan bahwa ia itu untuk bayinya, persetan dengan bayi nya, ia benar benar tak bernafsu!.

"Sedikit saja Na...,"

"Aku tidak mau!."

PRANGG!!!

Mangkuk berisi bubur hangat itu jatuh ke lantai, isinya bukan hanya berhamburan di lantai tetapi pada celana yang Taeyong kenakan.

Dan Taeyong bisa merasakan bagaimana kulit nya terbakar di dalam sana.

"Bukankah sudah ku bilang kalau aku tak mau? Kenapa kakak keras kepala sekali?!."

Taeyong hanya diam, netra nya memandang lurus pada pecahan beling yang menyatu dengan bubur di bawah sana.

"Jangan bersikap seolah kau peduli terhadapku kak! Aku tau kau menginginkan bayi ini mati kan? Apa ada racun pada bubur itu hingga kau memaksaku memakannya?."

Taeyong menoleh, menatap Jaemin tak percaya, bagaimana adiknya bisa bicara seperti itu? Ia bahkan tak pernah berpikir untuk menyakiti adik nya, meskipun sang adik telah mengkhianati persaudaraan mereka.

"H-hey Na, bisakah kau bicara lebih baik, aku berusaha merawat mu dan kau menganggapku seburuk itu?."

"Orang lain pun akan berpikir demikian, kau sangat buruk HINGGA AKU MUAK KAU TERUS BERADA DI KAMARKU!!!."

PLAKKK!

Tamparan itu sudah cukup membuat pipi Jaemin memerah, hanya tamparan pelan tetapi penuh akan rasa sakit di dalamnya.

Jaemin memegang pipinya sendiri, merasakan bagaimana permukaan kulit wajahnya yang terasa panas disana.

Ia pandangi sang kakak, lantas sedikit tersenyum.

"Sial." Gumamnya.

Jaemin menangis, menutup seluruh wajahnya dengan telapak tangan miliknya.

"N-na Kakak tidak bermaksud..."

Taeyong hendak menyentuh pundak Jaemin, sebelum tubuhnya di dorong hingga jatuh ke lantai, dengan tangan yang bertumpu pada pecahan beling.

"Singkirkan tangan sialanmu darinya!." Seru Jaehyun lantang.

Tanpa memperdulikan sang istri yang merasa kesakitan akibat tusukan beling peda telapak tangannya.

TBC.
꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷
Nunggu nggak?

Jangan salahin bi karena lama nggak update, salahin diri kalian yang bahkan enggan buat pencet VOTE sebagai bentuk apresiasi.

Terimakasih.




Playing With Fire | 2Jae | Jaehyun & Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang