PROLOG : Untitled Heart

67 7 0
                                    

Panas matahari masih setia menyinari kota di salah satu negeri sakura ini. Di mana seorang gadis baru saja turun dari mobil yang tadi ia naiki. Lalu menatap sekejap tempat yang sekarang berada di depan matanya. Tertulis 'Narita Airport'. Gadis itu menghela nafas sedikit lega. Sekarang, ia hanya tinggal menunggu beberapa waktu lagi. Untuk menyusul ayahnya yang kini berada di tempat yang ia tuju. Matanya melirik ke seseorang yang sedang mengambilkan kopornya dari dalam mobil. Gadis itu tersenyum kecil. Mengingat jasa seseorang itu. Seseorang yang selalu setia menemaninya kemanapun. Seseorang yang selalu ada untuknya dimanapun dan kapanpun. Seseorang yang dapat mengatasi tatapan dinginnya. Yang siap menjaganya selama dua puluh empat jam sehari. Walaupun hubungan mereka hanya sebatas seorang atasan dan seorang bawahan, gadis itu lebih menganggapnya sebagai kakak pengganti. Pengganti orang yang telah meninggalkan dirinya dengan bekas luka yang masih terasa sampai saat ini.

Gadis itu membuyarkan lamunannya. Tak mau jatuh terlalu dalam pada memori-memori masa lalu yang dapat membuatnya tenggelam lagi di genangan air mata. Ia menarik kopornya yang baru saja dikeluarkan oleh bodyguard-nya barusan. Lalu masuk ke bandara begitu saja. Tanpa mempedulikan  pelayan dan bodyguard–nya yang terus memanggilnya dengan sebutan 'Nona'.

Gadis itu tak peduli sama sekali. Ia berjalan dengan santainya menuju kursi tunggu penumpang. Dan duduk sambil menyilangkan kaki. Kedua orang yang tadi memanggilnya pun hanya mengikutinya dari belakang dengan pasrah. Mereka tahu betul apa yang terjadi dengan 'nona muda' mereka yang kini akan meninggalkan mereka.  Mereka ikut duduk di kursi tunggu. Dan diam dalam hening. Tak lama, terdengar suara panggilan untuk para penumpang yang akan naik Tokyo Airlines. Gadis itu menghela nafas kembali. Untuk kesekian kalinya. Lalu menatap kedua orang yang ada di sampingnya lalu berdiri. Dengan otomatis kedua orang itu juga ikut berdiri. Gadis itu memposisikan dirinya ada dihadapan mereka. Seorang pelayan muda cantik dan seorang bodyguard yang selalu memasang mata elangnya di manapun dan kapanpun. Kini ada di hadapannya. Ia tersenyum manis dengan tulus.

"Terimakasih telah menjagaku selama ini. Aku sungguh sangat menghargai jasa kalian sampai saat ini untukku. Maaf telah merepotkan kalian selama ini. Sekali lagi, terimakasih dan maaf telah menyusahkan kalian. Yamada-kun, Ayase-chan." Ujar gadis itu sambil sedikit membungkukan badan.
Lalu kembali pada posisi awal.

"Sama-sama nona. Kami juga berterimakasih kepada nona Mitaki-sama yang dapat menerima kami sebagai orang yang selalu adadi sisi nona. Kami juga tidak akan melupakan kebaikan nona selama ini." Ujar pelayan wanita yang bernama Ayase Nako sedikit membungkukan badan bersamaan dengan bodyguard yang bernama Yamada Kouji.

Itu terlihat jelas dari name tagyang mereka pakai saat ini. Gadis itu tersenyum melihatnya.

"Nona, jaga diri baik-baik di sana tanpakami." Ujar Yamada, bodyguard-nya selama di jepang.

"Tentu saja. Terimakasih sudah mengingatkanku. Sepertinya, aku harus segera pergi. Selamat tinggal Yamada-kun, Ayase-chan." Kata gadis itu dengan pasti.
Masih di sertai dengan senyum manisnya. Lalu berjalan menuju kabin pesawat setelah melakukan pemeriksaan dan pengecekan. Sebelum ia memasuki kabin, ia menyempatkan diri untuk menengok kebelakang. Mengingat sekilas kenangan-kenangan yang terjadi di tanah kelahirannya ini. Rie memegang liontin berbentuk bintang yang menggantung dilehernya.

'Aku harap ini terakhir kalinya aku berada di sini. Selamat tinggal semua. Selamat tinggal, kakak.' Batin gadis itu dan melanjutkan langkahnya memasuki pesawat.

...

Innocent DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang