Napas Seokjin terengah-engah karena perbuatan Jungkook padanya. Laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu terus mencumbu dan memuaskan hasrat di dalam dirinya. Ia hanya bisa mendesah dan memanggil namanya berulang-ulang kali saat merasakan sensasi tiada tara yang diterima oleh tubuhnya.
Begitu Jungkook sudah mendapat kepuasannya, Seokjin berusaha untuk turun dari ranjang, tapi, alih-alih membiarkannya, suaminya itu justru membuatnya berada di pangkuannya. Menyatukan kembali tubuh keduanya dalam sekali hentak hingga Seokjin hanya bisa menjerit merasakan Jungkook yang kembali berada di dalamnya.
"Ah... Koo!" Lirihnya sambil memeluk tubuh Jungkook dengan erat. Jungkook mencumbu lehernya, membuat kedua tangan Seokjin tanpa sadar meremas rambut pemuda itu. Bibir Seokjin sudah memerah karena sang suami yang terus saja mencumbu dan melumat bibirnya.
"Yeobo...." desis Jungkook lalu menggigit leher Seokjin hingga meninggalkan bekas kemerahan di sana.
Saat Seokjin merasa lelah, Jungkook mengubah posisi mereka. Ia bergerak dengan intens membuat desah napas keduanya semakin menjadi-jadi.
"Ah...! No! Please....!" Lirih Seokjin dengan frustasi.
Gerakan pemuda bergigi kelinci itu semakin intens dan Seokjin menggigit bibirnya karena tidak tahan dengan sensasi yang didapatkannya. Jungkook yang menyadari apa yang dilakukan Seokjin segera melumat bibir laki-lakinya itu. Ia ingin memuaskannya tanpa harus ada luka sedikitpun.
Akhirnya, setelah pertarungan lebih dari dua jam, keduanya kini bisa tertidur pulas.
Sekitar pukul tiga pagi, saat Seokjin tengah mengambil minum di dapur, telinganya mendengar seperti ada suara tangisan bayi. Awalnya ia pikir itu hanya halusinasi. Tapi setelah ia memperhatikan, tangisan itu rupanya benar-benar di dengarnya. Saat ia hendak membuka pintu depan, Jungkook keluar dari kamar. Seokjin yang semakin mendengar suara tangisan bayi itu bergegas menuju halaman.
"Yeobo? Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini?" Tanya Jungkook saat Seokjin membuka kunci gerbang. Tangisan bayi itu semakin terdengar kencang dan Jungkook juga mendengarnya.
Saat Seokjin memeriksa di sekitar semak-semak yang ada di sebelah kiri pagar rumahnya, rupanya ada sebuah kardus yang tertutup di sana. Suara itu terdengar dari kardus itu. Tanpa ragu-ragu, tangannya segera meraih kardus yang terasa berat itu dan membawanya ke hadapannya.
Seokjin segera membuka kardus dan seketika membuatnya terkesiap. Ada bayi yang masih merah di dalamnya. Pemuda itu segera membawa kardus itu ke halaman rumahnya. Jungkook yang segera masuk ke dalam rumah guna mengambil selimut, kini telah kembali dan memberikan selimut yang dipegangnya pada sang suami.
"Demi Tuhan! Siapa yang tega meletakkan bayi dalam kardus seperti ini?" Tanya Seokjin sambil meraih bayi yang terus menerus menangis itu dan meletakkannya di atas selimut dan menutupi tubuh mungil itu agar tidak kedinginan. Bayi itu tidak memiliki apapun di tubuhnya selain ari-arinya sendiri.
"Kita bawa bayi ini ke rumah sakit, Koo. Aku tidak mau dia kenapa-napa." Ucap Seokjin dengan sangat khawatir. Jungkook kembali memakai kemeja yang tadi dilepasnya dan meraih kunci yang ada di atas bufet.
"Kajja!"
"Kau sudah membawa dompet?" Tanya Seokjin mengingatkan.
"Aku sudah membawanya. Ah, jamkkanman!"
Jungkook berlari ke kamar dan mengambil jaket lalu kembali. Ia meletakkan jaket itu dibtubuh suaminya. Ia tidak ingin Seokjin kedinginan.
"Gomabda..." Ucap Seokjin yang langsung mendapat kecupan lembut di kening.
"Kajja! Kita tidak boleh membuang waktu. Bayi ini harus segera mendapat perawatan." Ujar Jungkook yang mendapat anggukan kepala dari Seokjin. Keduanya segera menuju ke klinik terdekat yang buka 24 jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life
FanfictionOur Destiny Season 2. Blurb: Jeon Beomgyu adalah anak dari Jeon Jungkook dan Kim Seokjin. 18 tahun lalu, kedua laki-laki itu mengadopsi Beomgyu yang masih bayi lalu melimpahinya dengan begitu banyak cinta dan kasih sayang. Beomgyu tumbuh menjadi an...