Three

369 49 13
                                    

Lima tahun yang lalu sejak ayahnya pergi, Jian merasa hidupnya berubah. Nina akhirnya menikahi Jim—selingkuhannya lalu mengajaknya untuk tinggal bersama. Sejak saat itu Jian selalu berpikir untuk meninggalkan rumah dan mencari tempat tinggal baru. Sayangnya tidak semudah itu, Jian khawatir Jim akan menyakiti ibunya—meskipun yang terjadi justru Jim dan Nina-lah yang memperlakukan Jian dengan buruk.

Hari ini ketika Jim dan Nina akhirnya mengusir Jian dari rumah, Jian sudah yakin untuk meninggalkan ibunya tanpa beban meskipun nantinya akan ada masalah lain yang datang.

Menurut Jian, menerima tawaran Alan bukanlah ide yang baik, karena apa yang dia lakukan selama tinggal bersama Alan pasti akan berdampak pada Gemma. Dalam waktu yang singkat, Jian terus menimbang-nimbang. Dia menyadari bahwa kondisinya terdesak dan tak memiliki pilihan lain selain menerima tawaran Alan. Sisa uang yang Jian miliki setelah Jim rampas tidak akan cukup untuk membayar deposit untuk sebuah apartemen meskipun hanya seukuran kandang sapi.

"Peraturan apa yang harus aku turuti selama tinggal di sini?" Jian bicara sambil menaruh ranselnya di atas lantai marmer bercorak gelap.

"Jangan membawa orang lain masuk ke sini, aku tidak nyaman dengan orang asing" Alan berdiri berhadapan dengan Jian. Sesekali pemuda itu mengalihkan pandangannya tak tega melihat lebam dan luka di wajah Jian.

Bukankah seharusnya aku juga orang asing untuknya? Ucap Jian dalam hati.

"Oke" Jian hanya berniat untuk tinggal sementara. Setelah uangnya kembali terkumpul, Jian berencana akan mencari tempat baru.

"Kau boleh masuk dan menggunakan semua ruangan di sini kecuali kamarku" Alan menunjuk sekeliling ruangan dengan matanya.

Untuk apa aku masuk ke kamarmu? Jian kembali membatin, namun tetap mengangguk.

"Kau juga boleh menggunakan semua peralatan disini dan menggunakan stok makanan yang kumiliki"

"Aku juga akan mengisi stoknya" Jian buru-buru menyambar.

"Terserah–dan satu lagi, kau cukup memanggilku Alan. Jangan panggil aku tuan, bapak atau sejenisnya, aku masih 25 tahun" Alan meringis lalu tertawa mengejek.

Jian terdiam tak menyangka. Ia mengira Alan tidak semuda itu, namun kenyataannya dia bahkan lebih muda dari Gemma dan hanya berbeda setahun lebih tua darinya.

"Oke" Jian kembali mengangguk "Lalu bagaimana soal pekerjaanku? Kau belum membahasnya"

"Kau tidak perlu bekerja setiap hari, aku akan meminta bantuanmu jika memang diperlukan. Sebelumnya aku akan mengirimkan apa saja yang perlu kau siapkan dan kerjakan jika aku membutuhkannya dan semuanya ada di ruang kerja" Alan terlihat tidak tertarik untuk membahasnya "Lalu jika kau butuh sesuatu katakan saja padaku" Alan terlihat bersiap-siap untuk pergi.

"Apa aku juga boleh memberikan permintaan? Selain kewajiban aku juga punya hak" pinta Jian.

Alan kembali di posisinya lalu menaikkan dagunya, memberi kesempatan pada Jian kembali bicara.

"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" Jian bicara tanpa ragu.

"Kenapa?" Mata Alan menyipit.

"Dia akan mengkhawatirkanku dan jangan sampai juga dia tahu tentang apa yang kualami hari ini" Jian menjelaskan secara singkat "Tapi kau tidak perlu khawatir, aku akan memberitahunya bahwa kau sudah sangat berjasa untukku, aku hanya butuh waktu dan berjanji tak akan ingkar janji atas kesepakatan yang kau buat" Jian berusaha untuk bertanggung jawab atas janjinya meskipun sebenarnya Alan tidak benar-benar peduli.

"Dia bisa saja menemuiku disini"

"Aku akan berhati-hati" Alan terdiam terlihat tengah menimbang-nimbang lalu mengangguk.

Middle Name | JAEWOO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang