5

458 31 13
                                    

WARN: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & graphic violence. Please be aware.

Elena menatap pantulan bayangannya pada cermin retak, bergidik melihat warna merah lipstik yang dipoles Ole pada bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elena menatap pantulan bayangannya pada cermin retak, bergidik melihat warna merah lipstik yang dipoles Ole pada bibirnya. Gaun merah kerlap-kerlip yang dipakainya sama sekali tidak mengesankannya, justru membuatnya mual. Melihat wajah antusias Ole, Elena semakin ingin memuntahkan isi perutnya.

"Ready?" tanya pria dengan setelan rapi di ujung pintu kamar.

"Ready," jawab Ole, mengedipkan sebelah mata genit.

Dua pria yang sejak tadi berdiri menunggu di ujung pintu kamar menyeret Elena masuk ke dalam Ford merah mengkilap. Elena tidak punya gagasan kemana ia akan dibawa selain mengetahui Jac menyewanya untuk klien penting Outfit.

Ford memasuki area basement gedung pencakar langit. Rocco dan Tristan kembali menyeretnya masuk ke dalam emergency exit door. Elena hampir yakin melangkahi lebih dari empat puluh tangga sebelum ia sampai di lorong hotel mewah dan berhenti di depan pintu kamar 200.

Tiga kali ketukan, pria lima puluh tahunan dalam balutan piyama silk mahal dan desainer slipper membuka pintu.

Rocco melirik kanan-kiri lorong. "Bos menginginkan cash di muka," cetusnya tajam.

Pria itu meneliti Elena dari ujung kaki hingga ujung kepala, menjilat ujung bibirnya sendiri, lalu menyeringai lebar. "Easy," katanya, masuk ke dalam ruangan dan kembali dengan koper uang.

Rocco membuka koper dan memastikan setiap tumpuk cash asli, lalu menyerahkan koper pada Tristan yang langsung membawa pergi koper.

"Aku akan menjemputnya sebelum matahari terbit, Mr. Cooper," peringat Rocco, menyusul Tristan.

Begitu Mr. Cooper menutup pintu, Elena melangkah mundur. Gambar hitam putih pria berbadan besar yang melihatnya dengan cara yang sama tampak hidup di hadapannya, Elena semakin mundur. Mundur dan mundur hingga tubuh mungilnya tersudut oleh dinding.

Mr. Cooper menyambar lehernya, Elena melenguh mencium aroma kuat tembakau tepat di depan hidungnya. Hitam-putih tangan pria berbadan besar itu menurunkan tali gaunnya, Elena berusaha menghindar dari mulut pria itu.

Lenguhan, jeritan. Darah seketika menempel di tubuhnya. Mata melotot pria berbadan besar dalam gambar hitam-putih masih terngiang-ngiang dalam kepalanya sebelum perlahan-lahan pudar begitu Mr. Cooper jatuh terkapar di lantai.

"Oreste." Elena menahan napas, mencoba kembali dalam gambar nyata di hadapannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CRIME LORD'S CAPTIVE (CRIME LORD #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang