WARN: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & graphic violence. Please be aware.
"Elena Griffith." Pria lainnya masuk menyusul si pemesan martini. Pria itu punya tubuh lebih tinggi, sorot tajam iris hijau zamrud-nya pun jauh lebih mengintimidasi daripada yang lainnya. Tubuhnya dipenuhi tato hingga di bawah rahang. "Aku mendengar kau menyerang orangku," cetus pria itu tajam.
Meskipun jantungnya berdegup keras, Elena mengangkat dagu. Ia tak merasa perlu menunduk takut ketika jelas bukan dirinya yang bersalah. Ia yakin hanya dirinya yang berani mencakar si pemesan martini yang entah sudah berapa banyak melecehkan perempuan. "Dia pantas mendapatkannya," sahutnya, menunjuk pemesan martini dengan dagu.
Oreste melengkungkan sebelah alis, tak percaya perempuan satu itu masih berani mengangkat kepala. Ia bahkan tidak lagi terlihat seperti bussiness man dengan setelan mahal, penampilan mobster-nya sekarang seharusnya menakutkan perempuan itu. Ia pun tidak pernah tahu ada yang tidak takut dengan ekspresi keras Jac atau kebengisan di wajah jelek Bernardo. Jangan lupakan Clark fucking Griffith yang terikat dengan wajah berdarah.
Jac tersenyum miring, menggerakan kepala pada Bernardo yang dengan sigap menghampiri Clark, menarik lepas tape di mulut Clark.
"Aku akan membayar!" seru Clark begitu mulutnya bebas dari tape.
Elena meneguk ludah. Itu yang berada dalam pikirannya sejak tadi, Clark berutang dengan gangster!
"Tiga puluh lima ribu dolar. Bosku menginginkan uangnya sekarang atau kau membayar dengan darahmu, Griffith," kata Oreste dingin.
"Tiga puluh lima ribu?!" Elena spontan menjerit, melebarkan mata tak percaya. Ia mengingat jelas kakaknya mengatakan lima ribu kemarin. Clark memang tidak pernah bisa dipercaya, tapi Clark tak mungkin membohonginya untuk hal seserius ini, hal yang menyangkut nyawanya sendiri.
"Setiap hari kakakmu tidak membayar, kami menambah lima ratus sebagai bunga. Selain utang judinya, kakakmu belum membayar transaksi terakhir tablet dengan drugs dealer kami," jelas Oreste dingin.
Elena menoleh pada Clark. Binar menyesal di mata tak fokus Clark cukup memberi tahu Elena bahwa kalimat yang baru didengarnya bukan tipuan.
"Oh, God." Elena mengusap mulutnya. Terkadang, ia mengutuk Clark menjadi kakak laki-laki yang selalu menyusahkannya di saat seharusnya perannya adalah melindunginya.
"Maafkan aku, Elena," bisik Clark. "Tubuhku membutuhkan tablet itu. Aku tidak bisa menahan kesakitan tanpa tablet itu," tambahnya lirih.
Dan Clark selalu menyesal setelah berbuat kesalahan, namun tak pernah mengoreksi perbuatannya.
"Aku tidak mungkin membayar tiga puluh lima ribu...." Tenggorokan Elena tercekat. Ia tak ingat pernah memegang uang tiga puluh lima ribu, gajinya sebulan bekerja di dua kafe bahkan hanya empat ribu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIME LORD'S CAPTIVE (CRIME LORD #1)
Roman d'amour📳 ON HOLD (Sinopsis lengkap terdapat di dalam) Nonton trailer buku di sini! https://youtu.be/cGM_6IU0msA?si=ouX4hbSvwiqtMSUg ⚠️ WARNING: This story is mature content. There are strong adult language, explicit scene & violence. Please be aware. Ful...