Disepanjang perjalanan Joel tidak banyak bicara, hanya sesekali membalas Abang Idris. Selebihnya dia membuang wajahnya menghadap ke langit mempertanyakan nasib dirinya yang sangat lucu.
Menanyakan dirinya ini sebenarnya siapa di hidup Hanenda? Kenapa dia harus bertemu dengan Hanenda? Bagaimana bisa dia jatuh cinta dan menyerahkan seluruh cintanya kepada lelaki yang sudah memiliki tunangan?
Sekuat tenaga dia menahan air mata. Takut akan ketahuan oleh Abang Idris. Dirinya bersedih dan dia juga tidak bisa berbuat banyak. Dirinya hanyalah manusia rendahan, tak ada kuasa untuk memberontak ataupun mengamuk.
Sesampainya di warung Abah, Kang Asep menyuruhnya untuk memperbaiki tenda warung yang sedikit tersingkap oleh angin kencang. Hujan lumayan cukup deras, tapi tidak ada kata menolak buat Joel. Kalau hanya diguyur hujan deras dia sudah terbiasa.
Diperbaikinya tenda warung dengan sekuat tenaga melawan angin kencang dan hujan deras. Belum lagi suara guntur dan petir bersautan diatas sana. Dinginnya pagi menjelang siang hari ini tidak membuat Joel berhenti memperbaiki tenda milik warung Abah.
Sampai-sampai dia tidak melihat dibelakang sana ada Hanenda yang melihatnya dengan tatapan penuh kesedihan dan iba. Melihat yang dicintai bertarung demi sesuap nasi sedangkan dirinya tidak pernah merasakan penderitaan hidup seperti kekasihnya itu.
Begitu berbalik Joel melihat sosok Hanenda yang berdiri tidak jauh dari tempatnya memperbaiki tenda. Hujan mengguyur badan keduanya, seraya mendinginkan emosi dalam diri kedua anak adam itu.
Hanenda berjalan mendekat. Joel hanya mematung seperti tadi di warung Cece Sandra. Entah mengapa dia tidak bisa menolak kehadiran Hanenda dalam hidupnya.
"Adek, Aa' boleh minta waktunya? Aa' ingin menjelaskan semuanya. Aa' ingin meminta maaf karena menyakiti kamu. Boleh kita bicara berdua?" bujuk Hanenda yang semakin mendekat dan ingin meraih tangan Joel.
"Adek, Aa' mohon, sekali saja. Setelah ini kalau Adek tidak percaya penjelasan Aa', Aa' akan mengalah. Tidak akan memaksa Adek lagi untuk dengar Aa'." Hanenda masih berusaha membujuk Joel yang seakan mematung tanpa ekspresi didepannya.
Joel yang telah mendengarkan permintaan Hanenda tiba-tiba berbalik arah dan memasuki warung Abah. Hati Hanenda hancur, sepertinya Joel sangat marah dan tidak akan bisa dibujuk. Dia maklum akan tingkah Joel. Dia rasa ini balasan yang cukup adil untuk dirinya yang selalu tertutup dan tidak berani menjelaskan secara rinci tentang hidupnya kepada kekasihnya. Dan menyebabkan kekasihnya itu salah paham.
Dia pun berjalan ke arah mobilnya dengan rasa kecewa terhadap dirinya sendiri. Dengan basah kuyup dia mendudukkan dirinya didalam mobil, tidak peduli jok kursinya akan kebasahan. Saat ini diotaknya hanya ada Joel, hanya ada penyesalan.
Lama dia berdiam diri menunduk menyandarkan kepalanya distir mobilnya. Tiba-tiba dia mendengar suara ketukan dijendela mobilnya. Dilihatnya kearah jendela, ternyata Joel lah yang mengetuk sambil diguyur hujan yang sangat deras. Buru-buru Hanenda membuka pintu mobilnya, dan menyuruh Joel untuk duduk.
Hanenda pun mencari sesuatu dikursi belakang, biasanya ada handuk kecil atau baju kaos yang tersedia untuk berjaga-jaga kalau Hanenda banyak kegiatan diluar. Tapi kali ini tidak satu pun handuk atau pun baju ganti ada disitu.
Dimatikannya ac mobil dan membawa mobil itu melaju kencang menuju apartemennya. Diperjalanan Hanenda melihat Joel kedinginan, diambilnya tangan Joel. Dipegangnya tangan kekasihnya sesekali mengusap dan mencium tangan itu untuk memberikan kehangatan untuk Joelnya.
Selama diperjalanan Joel hanya menundukkan kepalanya, terkadang dia sambil melihat kearah jendela. Hanenda sesekali mengumamkan permintaan maafnya ke Joel, meski Joel tidak membalas.
Sesampainya di apartemen, buru-buru Hanenda menyalakan keran bathtube dikamar mandi, mengisinya dengan air hangat. Dia sangat tau Joel selama bersama dengan dirinya diapartemen suka berendam air hangat di bathtube.
"Adek, Aa' sudah mengisi bathtube nya. Kamu mandi dulu yah, biar tidak masuk angin. Bathrobe nya seperti biasa ada ditempatnya." ucap Hanenda seraya membimbing Joel untuk masuk secepatnya ke kamar mandi. Dirinya tidak tega melihat Joel kedinginan padahal dirinya sendiri juga basah kuyup.
Baru saja Hanenda berbalik namun lengannya ditahan oleh Joel.
"A', boleh mandi bersama? Seperti kemarin?" ucap Joel sambil menundukkan kepalanya. Sedari tadi Joel hanya bisa menundukkan kepalanya, entah apa yang dipikirkan oleh anak itu.
"Iya sayang boleh. Kamu duluan masuk ke bathtube yah, Aa' mau nyalain air purifier dulu. Tidak apa-apakan? Sebentar saja?" jawab Hanenda sambil mengecup dahi Joel.
Joel hanya menganggukkan kepalanya. Setelah itu dilihatnya Hanenda berjalan keluar dari kamar mandi. Tinggallah dia sendiri di kamar mandi, dengan kepulan uap dari air hangat di bathtube. Dirinya yang sudah polos tanpa sehelai pakaian menatap kembali dirinya dipantulan kaca.
Apa benar yang dia lakukan sekarang ini? Apa boleh dirinya berada satu ruangan dengan tunangan seseorang? Dibandingkan dirinya yang penuh dengan bekas luka yang menjijikkan matanya, tunangan Hanenda sangatlah cantik dan putih bersinar. Apa yang dilihat oleh seorang Hanenda dalam dirinya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni [HIATUS]
FanficHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.