Tsuki Ga Kirei Desu Ne?

109 9 5
                                    

"Kau tidak tidur lagi?"

Suara bariton itu terdengar setelah lampu ruang tamu tiba-tiba dinyalakan.

Levi membuang nafas, menatap pamannya sinis. "Bilang saja kalau kau sudah tahu sejak awal"

Kenny memijit pelipisnya. Melihat Levi dengan seragam sekolah subuh-subuh begini membuatnya pusing. "Setidaknya cobalah tidur, Cebol. Kesehatanmu benar-benar terganggu. Lihat, kau kurusan sekarang" omelnya seraya meraih lengan Levi, memperlihatkan betapa kurusnya laki-laki itu. Raut kecewa terlihat dari wajah Kenny kala melihat bekas luka-luka sayatan disana.

Levi segera menepisnya dan berdecih. "Aku tidak peduli" Ia berbalik dan berjalan menuju pintu rumah.

"Kau mau kemana dengan seragam begitu?"

Levi berdecak kesal. "Boker di halaman. Ya ke sekolah lah. Kau terlalu sering menaruh otak di paha dibanding di kepala, Pak Tua " Tangannya memutar kenop pintu dan membukanya. "Aku berangkat "

Kenny bergeming sesaat setelah pintu rumah kembali ditutup oleh keponakannya. Pria itu beringsut mundur, bersandar di dinding dan duduk di lantai. Ia menunduk dan memegangi kepalanya. "Hei, Kuchel. Apa yang harus kulakukan sekarang?" Suaranya berbisik lirih.

Kenny terkekeh kecut. "Kau benar. Aku tidak punya pengalaman mengurus anak"

Kuchel, apa menurutmu...

... seseorang akan datang untuknya...

...dan mengubah sudut pandangnya?

"Jika dia benar-benar mati bunuh diri, kau pasti akan menendangku begitu aku menyusul kesana" Kenny tertawa renyah.

...

Levi mendorong pintu ganda gedung utama sekolah. Langsung merengsek masuk seperti biasa. Ia tidak pernah tidur, jadi akan datang ke sekolah di pagi buta. Tidak jarang juga dia tiba disana meski malam masih panjang.

Dia suka suasananya. Sepi. Tidak ada siapapun. Tidak ada suara-suara yang menurutnya berisik walau itu hanya suara penghapus pensil yang jatuh di lantai.

Levi berbelok dan menggeser pintu kelas 3-1. Ia masuk dan duduk di bangkunya.

Benar-benar sunyi.

Laki-laki itu mengeluarkan bukunya, lantas menggambar hal-hal random disana. Ia sendiri juga tidak tahu. Akhir-akhir ini ia sering menggambar tidak jelas dan tak jarang juga dalam keadaan melamun.

Tangannya dengan lincah terus membuat coretan-coretan disana. Menggoreskan ujung pensilnya tanpa tahu apa yang tujuannya. Levi menopang dagu dengan tangan yang lain selagi melakukannya. Matanya memang terpaku pada kertas putih diatas meja, tapi pikirannya kosong.

Terus menggambar.

Semakin lama gerakan tangannya semakin lincah.

Levi baru berhenti saat teringat wajah teduh gadis sienna yang tersenyum padanya. Di hari yang panas di rooftop siang itu, ia terpaku pada senyuman manis milik si Jas Lab.

"Hanji" Tanpa aba-aba, Levi menyebut nama itu.

Di detik kemudian, ia tersadar. Lantas melihat hasil coretannya tadi. Levi sedikit terkejut. Bagaimana mungkin ia secara tidak sadar malah menggambar wajah penuh senyum hangat si gadis sienna?

Apa ini?

A-apa yang aku pikirkan?

"Ohayo, Levi"

Levi menoleh pelan. Mendapati Hanji yang duduk di seberang ruangan, didekat jendela, tentu di bangku gadis itu sendiri. Dan jangan lupakan senyuman teduhnya.

Can You See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang