Gadis Yang Tak Pernah Pulang

85 8 0
                                    

...Hanji memberi dorongan kepada orang lain, tapi lupa kalau dirinya lebih hancur.

...Dia anak yang lahir dari keluarga yang berantakan. Atau lebih tepatnya, kehadiran Hanji tidak pernah diinginkan. Dia nyaris beberapa kali hampir dibunuh oleh ayahnya sendiri. Kalau kau bertanya untuk apa dia betah di rumah, dia akan menjawab untuk ibunya.

Sebenarnya di hari libur ini Levi seharusnya datang ke sekolah dan bermain dengan Hanji seperti biasa. Menghabiskan waktu. Tapi kemarin Hanji dibuat cemberut karena Levi bilang tak bisa datang hari libur ini. Ada urusan rumah, katanya.

Jadi kemarin sore, Levi membiarkan gadis ambisius itu berceloteh panjang lebar sambil merebahkan kepala dipangkuannya. Hanji tidak marah, toh dia tidak berhak atas urusan pribadi Levi.

Maaf, Hanji. Aku berbohong.

Memangnya ada urusan apa dengan rumah super rapinya? Levi berencana mengunjungi kediaman Zoe dengan dalih mengurusi home work with Kenny. Ia juga membawakan bingkisan kue untuk ibu Hanji. Selama perjalanan, Levi membayangkan sikapnya didepan ibu Hanji nanti. Harus sopan, pikirnya. Levi sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan Nyonya Zoe tanpa putrinya, tanpa tahu keberadaan Hanji untuk waktu yang lama.

Pasti menyakitkan. Lebih memilukan dari menyerah hidup karena Kuchel meninggalkannya.

Levi berhenti didepan kediaman Zoe, rumah yang sederhana. Pastinya suasana disini terasa kaku karena Hanji tidak ada.

Setelah menarik nafas, Levi menekan bel.

Tak ada sahutan dari dalam.

Apa sedang tidak di rumah?

Levi hendak menekan belnya lagi ketika terdengar suara barang yang pecah dari dalam, juga suara tamparan beberapa kali dan gertakan keras. Laki-laki itu tersentak untuk beberapa saat. Lalu saat terdengar suara langkah gusar menuju pintu, ia cepat-cepat bersembunyi dibalik sebuah pohon kecil di pekarangan. Yah, setidaknya kali ini Levi merasa sedikit beruntung punya tubuh mini.

"AKU MUAK! TINGGALLAH DISINI DENGAN ANAK GILAMU ITU! KUSUMPAHI DIA TIDAK AKAN PERNAH PULANG KE RUMAH INI! AKU PERGI!"

Brakk!

Levi mengerutkan alis saat pintu kembali dibanting dengan kasar oleh pria paruh baya yang tampak sayu dan marah besar. Mata sienna nya mirip dengan Hanji, tapi yang dia miliki tidak seberbinar mata gadis itu.

Dia ayahnya.

Levi keluar dari persembunyiannya dan langsung menghampiri pintu. Ia meringis dan mengumpat dalam hati kala melihat kenop benda itu agak rusak karena sering dibanting. Setelah menarik nafas dalam-dalam dan menenangkan diri, Levi menekan bel.

"Sebentar "

Pintu dibuka perlahan. Levi mematung sejenak saat seorang wanita setengah baya membukakan pintu dengan senyuman lebar dan...mata sembap. Ada beberapa memar dan plester luka yang menghiasi wajah keibuannya. Seketika Levi menaruh benci pada kepala keluarga Zoe.

"Ah, anak muda rupanya. Ada yang bisa saya bantu, Nak?"

Levi tersenyum, meski rasanya agak sulit karena ia sendiri jarang melakukannya. Laki-laki itu membungkuk sebentar. "Levi Ackerman desu. Aku datang untuk berkunjung"

Levi melihat wajah terkejut wanita itu. Terlebih lagi sikapnya tidak jauh berbeda dari Hanji.

"Rupanya itu kamu, Ackerman-kun. Silakan masuk" Ibu Hanji membuka pintunya lebih lebar, mempersilakan Levi duduk di sofa ruang tamu dengan heboh. Berceloteh tentang dirinya yang tidak sempat membereskan rumah.

Can You See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang