Sementara itu di ruang lainnya, Alexander sedang duduk sendiri. "Woof... Woof... Woof..." kata Chiko sambil terus menyalak. "Astaga, Chiko. Apakah yang kau lakukan?" tanya Alexander. "Woof... Woof... Woof..." jawab Chiko sambil terus menyalak. "Stop, Chiko. Jangan berisik!" kata Alexander sambil melarang. Seketika itu juga, Chiko pergi menjauh dari kusen pintu.
Sementara itu di sebuah kamar, William sedang melipat baju. "Baiklah, kakak William. Sekarang saatnya aku pulang" kata Denny sambil memelas. "Tidak, opa Denny tersayang. Aku tidak ingin ditinggal" kata William sambil melipat baju. "Tetapi, kakak William. Sekaranglah saatnya aku pulang" kata Denny sambil terikat. "Tidak akan, opa Denny. Menginaplah beberapa hari" kata William sambil memeluk. "Tetapi, kakak William. Bagaimana pendapatmu tentang anak-anakku?" tanya Denny. "Tenang saja, opa Denny. Biarkan mereka bertiga bersama tante Diyan" jawab William. Seketika itu juga, Denny mulai merasa mengantuk berat.
Sementara itu di sebuah toko, Victoria sedang merasa lelah. "Astaga, TJ. Ponselmu berbunyi" kata Victoria sambil terkejut. "Ya, mamaku tersayang. Panggilan telpon dari tante Diyan" kata TJ sambil tersenyum. "Terimalah, TJ. Angkat saja" kata Victoria sambil tersenyum lebar. "Tetapi,mamaku tersayang. Apakah yang harus aku katakan?" tanya TJ sambil heran. "Baiklah, TJ anakku sayang. Berikan ponselmu" kata Victoria. Seketika itu juga, TJ patuh.
Sementara itu di rumahnya, Alexander sedang menyapu. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Aku sudah selesai menyapu" kata Alexander sambil lelah. "Hei, Alexander. Apakah mereka sudah siap?" tanya Edward. "Woof... Woof... Woof..." kata Chiko sambil terus menyalak. "Woof... Woof... Woof..." kata Brandy sambil ikut menyalak. "Woof... Woof..." kata Whisky. Seketika itu juga, mereka berdua pergi membawa ketiga anjing.
Sementara itu di sebuah kamar, William sedang telanjang bulat. "Astaga, kakak William baik. Apakah yang kau lakukan?" tanya Denny sambil terkejut. "Tenang saja, opa Denny. Nikmati saja pelayananku" jawab William sambil tertawa. "Tidak, kakak William. Hentikanlah perbuatanmu" kata Denny sambil terus menolak. "Ayolah, opa Denny tersayang. Aku tidak sabar menunggu" kata William sambil merangkak. Seketika itu juga, Denny pasrah.
Sementara itu di sebuah taman, Victoria dan TJ sedang berbicara. "Astaga, TJ. Kenapa kita kemari?" tanya Victoria sambil terkejut. "Baiklah, mama tersayang. Saatnya kita turun" kata TJ. "Astaga, TJ. Apakah yang kau lakukan?" tanya Victoria. "Tenanglah,mama tersayang. Kita melakukan untuk kakak" kata TJ sambil tersenyum. "Astaga, anakku TJ sayang. Apakah yang kau maksud?" tanya Victoria sambil terkejut. Seketika itu juga, mereka diam.
Sementara itu di sebuah gedung, Edward dan Alexander masuk. "Halo, pak Edward Simanjuntak. Selamat datang di tempat kami" kata seorang penjaga toko. "Selamat siang, mbak cantik. Kami ingin memandikan anjing-anjing ini" kata Edward. "Baiklah, pak Edward Simanjuntak. Kami akan memberikan pelayanan terbaik" kata penjaga toko ramah. "Baiklah, mbak cantik. Pelayanan apakah yang akan mereka berdua dapatkan?" tanya Alexander tersenyum. "Baiklah, bapak-bapak. Silahkan lihat ini" kata seorang penjaga toko tersebut dengan ramahnya. Seketika itu juga, mereka diam.
Sementara itu di sebuah salon, Victoria dan TJ sedang berbicara. "Baiklah, William Simanjuntak. Kami akan memberikan sebuah kejutan untukmu" kata Victoria. "Benar sekali, kakak William. Kami akan memberikan sebuah kejutan untukmu" kata TJ. "Tunggu dulu, TJ. Apakah kau membeli anjing baru?" tanya William sambil tersenyum. "Tidak, kakak William. Dugaanmu kurang tepat" jawab Victoria sambil merasa terkejut. Seketika itu juga, mereka berdua menutup sambungan telponnya.
Sementara itu di sebuah kedai, Alexander sedang bercerita. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Itu yang sangat aku ketahui" kata Alexander sambil tersenyum dengan lebarnya. "Tetapi, Alexander. Kenapa kau tahu cerita tersebut?" tanya Edward sambil terus merokok. "Entahlah, Edward Simanjuntak. Aku mendadak bingung" jawab Alexander sambil tersenyum. "Baiklah, Alexander. Buku-bukunya apakah masih ada?" tanya Edward heran. "Entahlah, Edward Simanjuntak. Aku tidak tahu" jawab Alexander sambil meminum kopinya. Seketika itu juga, mereka pergi.
Sementara itu di sebuah kamar, William sedang telanjang bulat. "Astaga, kakak William baik. Apakah yang kau lakukan?" tanya Denny sambil memeluk. "Tidak, opa Denny tersayang. Aku ingin membuat dirimu ereksi lebih keras lagi" jawab William sambil tersenyum. "Astaga, William Simanjuntak. Apakah yang kau tidak lelah?" tanya Denny merasa mengantuk. "Tidak, opa Denny tersayang. Nikmati saja pelayananku" jawab William sambil tertawa. Seketika itu juga, Denny terkulai karena merasa sangat bahagia.
Sementara itu di sebuah rumah, hiduplah seorang pria kekar. Nama lengkapnya adalah, Russelio Fabian Justin Turner yang telah berusia 55 tahun. Sosok Justin dikenal, seorang pria yang mirip dengan aktor ternamaan Hugh Jackman. Pekerjaan Fabian adalah, seorang aktor dan penyanyi asal America Serikat. Justin memiliki seorang isteri, Selena Catherine Fransisca Spencer berusia 39 tahun. Sosok Catherine dikenal, seorang wanita cantik dan juga seksi. Pekerjaan Cassandra adalah, seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka berdua saling mencintai.
Justin dan isterinya Cassandra tinggal di sebuah rumah susun. "Baiklah, nyonya Victoria. Apakah yang harus aku lakukan?" tanya Justin heran. "Baiklah, Fabian Turner. Tugasmu adalah menjaga dan merawat puteraku" jawab Victoria sambil menyetir mobil. "Baiklah, tuan Fabian. Tugas-tugas lainnya adalah menemani kakakku tidur" kata TJ sambil tersenyum lebar. "Benar sekali, Fabian Turner. Tugas-tugas lainnya adalah menemani anakku tidur" kata Victoria sambil tersenyum lebar. Seketika itu juga, Fabian paham.
Sementara itu di rumahnya, Edward dan Alexander pulang. "Baiklah, Alexander Radjah. Akhirnya kita sampai" kata Edward sambil mendesah. "Benar, Edward Simanjuntak. Akhirnya kita sampai" kata Alexander sambil tersenyum. "Baiklah, Alex Radjah. Sepertinya aku butuh makan" kata Edward sambil tersenyum. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Aku akan menuruti permintaanmu" kata Alexander. "Baiklah, Alexander Radjah. Sebaiknya aku menunggu" kata Edward sambil terus merokok. Seketika itu juga, mereka pergi.
Sementara itu di sebuah kamar, William sedang melipat baju. "Baiklah, kakak William. Sekarang saatnya aku pulang" kata Denny sambil memelas. "Tidak, opa Denny tersayang. Aku tidak ingin ditinggal" kata William sambil melipat baju. "Tetapi, kakak William. Sekaranglah saatnya aku pulang" kata Denny sambil terikat. "Tidak akan, opa Denny. Menginaplah beberapa hari" kata William sambil memeluk. "Tetapi, kakak William. Bagaimana pendapatmu tentang anak-anakku?" tanya Denny. "Tenang saja, opa Denny. Biarkan mereka bertiga bersama tante Diyan" jawab William. Seketika itu juga, Denny mulai merasa mengantuk berat lagi.
Sementara itu di jalan raya, Victoria dan TJ sedang berbicara. "Baiklah, Damian Mendoza. Sebaiknya kau tidur tanpa busana" kata Victoria tersenyum. "Benar sekali, tuan Damian. Kakakku senang pria berotot" kata TJ sambil tersenyum lebar. "Baiklah, nyonya Victoria. Semuanya akan terpenuhi" jawab Damian sambil tersenyum dengan selebar-lebarnya. "Baiklah, Damian Mendoza. Bekerjalah dengan ceria" kata Victoria sambil terus menyetir. Seketika itu juga, mereka diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Taste Food
FanficKisah seorang pria berkursi roda dan artis idolanya yang tampan rupawan