Sementara itu di ruang tengah, datanglah seorang pria tinggi. Nama lengkapnya adalah, Edward Hendra Limarin Simanjuntak berusia 57 tahun. Sosok Edward dikenal, seorang pria yang tempramental. Pekerjaan Edward adalah, seorang mantan boss perusahaan telekomunikasi. Edward memiliki seorang mantan isteri, Maria Victoria Gloria Hawu berusia 56 tahun. Sosok Victoria dikenal, seorang wanita yang ramah. Pekerjaan Victoria adalah, seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka berdua tidak bisa hidup harmonis.
Edward dan mantan isterinya Victoria tinggal di sebuah rumah bertingkat. "Baiklah, kakak William. Sekarang aku ingin tidur" kata Denny sambil menutup mata. "Baiklah, opa Denny tersayang. Kita akan tidur bersama" kata William sambil ikut berbaring. "Tidak, kakak William. Biarkanlah aku sendirian" kata Denny sambil menolak halus. "Ayolah, opa Denny tersayang. Aku ingin kita tidur berdua" kata William sambil merajuk manja. Seketika itu juga, Edward segera pergi menuju garasi.
Sementara itu di sebuah kedai, Victoria dan TJ berbelanja. "Baiklah, mama tersayang. Apakah yang kita lakukan?" tanya TJ mendorong kereta. "Baiklah, TJ anakku sayang. Ikutlah denganku" jawab Victoria sambil tersenyum. "Baiklah, mama tersayang. Apakah yang kita lakukan?" tanya TJ sambil tersenyum lebar. "Baiklah, TJ anakku sayang. Ikutlah denganku" jawab Victoria sambil tersenyum. Seketika itu juga, mereka berdua berbelanja kebutuhan rumah.
Sementara itu di rumahnya, Edward dan Alexander bertemu. "Hai, Edward. Apakah kau ingin kopi?" tanya Alexander. "Baiklah, Alexander. Aku tidak keberatan" jawab Edward. "Baiklah, Edward. Aku akan membuatkan" kata Alexander. "Hai, Alexander. Apakah yang TJ sedang bersama teman-temannya?" tanya Edward sambil merokok. "Bukan, Edward Simanjuntak. Victoria dan TJ sedang berbelanja" jawab Alexander. "Baiklah, Alexander. Sekarang dimana Brandy dan Wishky?" tanya Edward sambil merokok. "Tenang, Edward Simanjuntak. Mereka sedang dalam kamarku" jawab Alexander sekali lagi. Seketika itu juga, mereka diam.
Sementara itu di sebuah kamar, William sedang tersenyum lebar. "Baiklah, opa Denny tersayang. Sekarang aku akan membuat diri kita bersatu" kata William. "Astaga, kakak William. Darimana kau memiliki tali-tali itu?" tanya Denny terkejut. "Tenang saja, opa Denny. Tunggulah beberapa saat" jawab William sambil tersenyum lebar. "Baiklah, kakak William sayang. Apakah yang kau lakukan?" tanya Denny sambil terkejut. "Tenanglah, opa Denny. Sekarang aku melepas seluruh celana opa Denny" jawab William sambil merangkak. Seketika itu juga, Denny mulai merasa kepalanya sedikit pusing.
Sementara itu di sebuah kedai, Victoria sedang asyik bercerita. "Baiklah, TJ anakku sayang. Sekarang saatnya pulang" kata Victoria sambil tersenyum lebar. "Baiklah, mama tersayang. Sekarang saatnya pulang" kata TJ sambil tersenyum lebar. "Baiklah,TJ anakku sayang. Sekarang saatnya pulang" kata Victoria sambil menutup bagasi. "Baiklah, mama tersayang. Biarkan aku yang menyetir mobil" kata TJ sambil usul. Seketika itu juga, mereka berdua segera pulang ke rumahnya.
Sementara itu di rumahnya, Alexander sedang duduk. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Bagaimana dengan rasanya?" tanya Alexander sambil tersenyum dengan lebarnya. "Baiklah, Alexander. Minuman kopinya kurang gula" jawab Edward sambil merokok. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Apakah yang akan kau lakukan?" tanya Alexander. "Tenanglah saja, Alexander. Sekarang aku akan mandi" jawab Edward sambil berdiri. Seketika itu juga, Alexander berdiri sambil terdiam.
Sementara itu di sebuah kamar, William sedang tersenyum lebar. "Astaga, kakak William baik. Hentikan perbuatanmu" kata Denny sambil meronta-ronta. "Tidak, opa Denny tersayang. Aku tidak akan berhenti" kata William sambil tersenyum. "Astaga, kakak William baik. Apakah yang kau inginkan?" tanya Denny sambil mendesah. "Tidak, opa Denny tersayang. Nanti akan aku jelaskan" jawab William sambil melepas celana. "Astaga, William Simanjuntak. Kenapa kau melepas celanaku?" tanya Denny sambil terkejut. "Tenang saja, opa Denny. Nanti akan aku jelaskan" jawab William sambil tersenyum lebar. Seketika itu juga, Denny telanjang bulat di atas ranjang.
Sementara itu di sebuah kedai, Victoria sedang asyik bercerita. "Baiklah, TJ anakku sayang. Sekarang saatnya pulang" kata Victoria sambil tersenyum lebar. "Baiklah, mama tersayang. Sekarang saatnya pulang" kata TJ sambil tersenyum lebar. "Baiklah,TJ anakku sayang. Sekarang saatnya pulang" kata Victoria sambil menutup bagasi. "Baiklah, mama tersayang. Biarkan aku yang menyetir mobil" kata TJ sambil usul. Seketika itu juga, mereka berdua segera pulang ke rumahnya.
Sementara itu di ruang lainnya, Alexander sedang duduk sendiri. "Woof... Woof... Woof..." kata Chiko sambil terus menyalak. "Astaga, Chiko. Apakah yang kau lakukan?" tanya Alexander. "Woof... Woof... Woof..." jawab Chiko sambil terus menyalak. "Stop, Chiko. Jangan berisik!" kata Alexander sambil melarang. Seketika itu juga, Chiko pergi menjauh dari kusen pintu.
Sementara itu di sebuah kamar, William sedang melipat baju. "Baiklah, kakak William. Sekarang saatnya aku pulang" kata Denny sambil memelas. "Tidak, opa Denny tersayang. Aku tidak ingin ditinggal" kata William sambil melipat baju. "Tetapi, kakak William. Sekaranglah saatnya aku pulang" kata Denny sambil terikat. "Tidak akan, opa Denny. Menginaplah beberapa hari" kata William sambil memeluk. "Tetapi, kakak William. Bagaimana pendapatmu tentang anak-anakku?" tanya Denny. "Tenang saja, opa Denny. Biarkan mereka bertiga bersama tante Diyan" jawab William. Seketika itu juga, Denny mulai merasa mengantuk berat.
Sementara itu di sebuah toko, Victoria sedang merasa lelah. "Astaga, TJ. Ponselmu berbunyi" kata Victoria sambil terkejut. "Ya, mamaku tersayang. Panggilan telpon dari tante Diyan" kata TJ sambil tersenyum. "Terimalah, TJ. Angkat saja" kata Victoria sambil tersenyum lebar. "Tetapi,mamaku tersayang. Apakah yang harus aku katakan?" tanya TJ sambil heran. "Baiklah, TJ anakku sayang. Berikan ponselmu" kata Victoria. Seketika itu juga, TJ patuh.
Sementara itu di rumahnya, Alexander sedang menyapu. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Aku sudah selesai menyapu" kata Alexander sambil lelah. "Hei, Alexander. Apakah mereka sudah siap?" tanya Edward. "Woof... Woof... Woof..." kata Chiko sambil terus menyalak. "Woof... Woof... Woof..." kata Brandy sambil ikut menyalak. "Woof... Woof..." kata Whisky. Seketika itu juga, mereka berdua pergi membawa ketiga anjing.
Sementara itu di sebuah kamar, William sedang telanjang bulat. "Astaga, kakak William baik. Apakah yang kau lakukan?" tanya Denny sambil terkejut. "Tenang saja, opa Denny. Nikmati saja pelayananku" jawab William sambil tertawa. "Tidak, kakak William. Hentikanlah perbuatanmu" kata Denny sambil terus menolak. "Ayolah, opa Denny tersayang. Aku tidak sabar menunggu" kata William sambil merangkak. Seketika itu juga, Denny pasrah.
Sementara itu di sebuah taman, Victoria dan TJ sedang berbicara. "Astaga, TJ. Kenapa kita kemari?" tanya Victoria sambil terkejut. "Baiklah, mama tersayang. Saatnya kita turun" kata TJ. "Astaga, TJ. Apakah yang kau lakukan?" tanya Victoria. "Tenanglah,mama tersayang. Kita melakukan untuk kakak" kata TJ sambil tersenyum. "Astaga, anakku TJ sayang. Apakah yang kau maksud?" tanya Victoria sambil terkejut. Seketika itu juga, mereka diam.
Sementara itu di sebuah gedung, Edward dan Alexander masuk. "Halo, pak Edward Simanjuntak. Selamat datang di tempat kami" kata seorang penjaga toko. "Selamat siang, mbak cantik. Kami ingin memandikan anjing-anjing ini" kata Edward. "Baiklah, pak Edward Simanjuntak. Kami akan memberikan pelayanan terbaik" kata penjaga toko ramah. "Baiklah, mbak cantik. Pelayanan apakah yang akan mereka berdua dapatkan?" tanya Alexander tersenyum. "Baiklah, bapak-bapak. Silahkan lihat ini" kata seorang penjaga toko tersebut dengan ramahnya. Seketika itu juga, mereka diam.
Sementara itu di sebuah salon, Victoria dan TJ sedang berbicara. "Baiklah, William Simanjuntak. Kami akan memberikan sebuah kejutan untukmu" kata Victoria. "Benar sekali, kakak William. Kami akan memberikan sebuah kejutan untukmu" kata TJ. "Tunggu dulu, TJ. Apakah kau membeli anjing baru?" tanya William sambil tersenyum. "Tidak, kakak William. Dugaanmu kurang tepat" jawab Victoria sambil merasa terkejut. Seketika itu juga, mereka berdua menutup sambungan telponnya.
Sementara itu di sebuah kedai, Alexander sedang bercerita. "Baiklah, Edward Simanjuntak. Itu yang sangat aku ketahui" kata Alexander sambil tersenyum dengan lebarnya. "Tetapi, Alexander. Kenapa kau tahu cerita tersebut?" tanya Edward sambil terus merokok. "Entahlah, Edward Simanjuntak. Aku mendadak bingung" jawab Alexander sambil tersenyum. "Baiklah, Alexander. Buku-bukunya apakah masih ada?" tanya Edward heran. "Entahlah, Edward Simanjuntak. Aku tidak tahu" jawab Alexander sambil meminum kopinya. Seketika itu juga, mereka pergi.
Sementara itu di sebuah kamar, William sedang telanjang bulat. "Astaga, kakak William baik. Apakah yang kau lakukan?" tanya Denny sambil memeluk. "Tidak, opa Denny tersayang. Aku ingin membuat dirimu ereksi lebih keras lagi" jawab William sambil tersenyum. "Astaga, William Simanjuntak. Apakah yang kau tidak lelah?" tanya Denny merasa mengantuk. "Tidak, opa Denny tersayang. Nikmati saja pelayananku" jawab William sambil tertawa. Seketika itu juga, Denny terkulai karena merasa sangat bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Taste Food
Fiksi PenggemarKisah seorang pria berkursi roda dan artis idolanya yang tampan rupawan