Cale tahu ini akan terjadi, dia sadar dengan resiko dari keputusannya. Tapi, dia tidak bisa mengendalikan apa yang bergejolak dalam dadanya.
Awal membuka matanya di dunia ini orang itu sudah ada di depannya, di awal dia mengabaikannya dan orang itu juga juga mengabaikannya. Namun lambat laun mereka mulai berbicara disaat hanya mereka berdua di ruangan.
Awalnya tidak ada yang terjadi, namun kian rasa di hatinya semakin besar rasa sakit yang ia terima mulai berdatangan. Cale menyadari itu adalah harga yang harus ia bayar dan orang itu tidak tahu apa yang terjadi.
Cale tidak berniat memberitahu hal ini, dia tidak mau di tinggalkan di belakang.
Semuanya terus berjalan lancar, sampai orang itu menyadarinya.
''Cale''
"AKU TIDAK MAU MENDENGARMU!!!"
Dia mulai bersikap keras kepala.
Tangannya mengulur untuk menghapus air mata si rambut merah, dia terkekeh untuk sikap kekanak-kanakan kekasihnya yang cantik.
"Hei, kita tahu ini akan terjadi. Ini hanya terjadi lebih cepat, lagi pula bukan berarti aku akan benar-benar pergi"
Tangisan Cale bertambah keras.
"Aku tak akan bisa melihatmu"
"Tapi aku akan selalu berada di sisimu"
"Aku tidak mau, aku mohon..."
"Cale aku akan menjagamu"
"Rowan—”
"Cale"
Rowan membentak dengan nada halusnya, dia menangkup wajah yang sudah banjir air mata. Dia bisa melihat kata-kata di mata yang memerah, semuanya adalah kata untuk menahannya pergi.
Tentu dia tidak ingin pergi, dia ingin Cale terus melihatnya, dia ingin berdansa, dia ingin memeluk, dia ingin mencium bibir yang seperti cherry itu.
Rowan sangat mencintai Cale dengan kata yang tak dapat disuarakan.
Sungguh dia sangat menyayangi rambut merah ini.
Sungguh...
Dia sungguh-sungguh...
'Tidak melihatmu menyakitkan, tapi menyakitimu adalah siksaan untukku'
Rowan berkata dalam hatinya, tangannya melingkari tubuh ringkih kekasihnya. Dia tidak rela, dia tidak mau, dia—
"Sayang, berbahagialah. Temukan yang lebih baik, kau layak mendapatkan yang lebih dari diriku"
Dia tidak bisa membiarkan Cale melihat air matanya, dia akan kalah jika itu terjadi. Dia tidak mau terlihat menyedihkan, dia ingin terlihat seperti pemeran utama pria yang keren.
Cale ingin melepas pelukan Rowan lalu menamparnya, bagaimana bisa dia berkata seperti itu meski tahu betapa besar perasaan Cale untuk Rowan.
Tapi Cale tidak mau pelukan mereka berakhir, jadi dia mengeratkan cengkramannya pada baju Rowan.
"Aku..hikss..tidak mau..hiks.."
Dia menggelengkan kepalanya.
Rowan mengecup pucuk merah kekasihnya dan mengelusnya. Dia menatap mata emas yang dari tadi mengamati mereka, Rowan memberi tanda pada Eruhaben untuk keluar.
Cale menatap wajah Rowan saat pelukan pria itu mengerat, Cale secara otomatis menggelengkan kepalanya dan air matanya menderas.
"Tidak..hiks.."
"Naga-nim, terimakasih"
Eruhaben tidak menjawab, dia mengambil Cale dan menarik tubuh rambut merah untuk mundur.
"Tidak, Eruhaben-nim lepaskan aku hiks..."
Cale memberontak, tapi naga tidak menganggapnya perlawanan berarti.
"Cale"
Cale tidak menghiraukannya, dia terus memberontak untuk menghampiri kekasihnya.
"Rowan...hiks..."
Mata Cale membulat saat dia melihat tubuh Rowan semakin transparan, tubuhnya membatu begitu membaca bibir kekasihnya sebelum yang tersisa hanya udara hampa.
Cale tidak bisa merasakan apa-apa. Semuanya terlalu cepat hingga rasanya kosong, kecuali dadanya yang menyesak menerima informasi dari kepalanya.
Hal terakhir yang dia ingat adalah rambut emas Eruhaben.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kim Rok Soo"
Dia menoleh ke samping, sepertinya hantu bisa melihat jiwa dan tahu namanya.
"Cale"
Hantu tampan dengan rambut hitam itu terkekeh.
"Jadi, Cale mau tahu namaku?"
Hantu tanpa nama itu tersenyum jahil, Cale tidak menyukai orang seperti itu dan sekarang dia merasa hantu itu menyebalkan.
"Rowan"
Hantu itu terkejut, Cale menunjuk pin nama di dadanya.
"Hahaha, aku lupa itu"
"Bodoh"
Orang itu sungguh bodoh, orang itu memintanya untuk mencari orang lain setelah memberikan sesuatu yang tak mungkin di lupakan.
Cale menyentuh dua cincin berbeda ukuran yang melingkari lehernya, siapun tahu jika desain sederhana ini adalah cincin pasangan.
"Rowan kau bodoh"
"Sungguh bodoh"
"Sungguh..."
"Aku mencintaimu..."