apapun itu, ikhlas

342 25 0
                                    

Arya menyadari kesalahannya setelah diceritakan oleh Bi Asih. Hal yang Medina lakukan sedari tadi adalah merebahkan tubuhnya dengan membelakangi Arya. Lelaki yang tau dirinya bersalah itu segera duduk bersimpuh di bawah lantai yang berhadapan dengan wajah Medina.

"Aku minta maaf ya sayang, aku nggak maksud," katanya tulus.

Medina masih tidak bergerak, ia hanya sibuk mengotak-atik gawainya meski yang ia lakukan hanya menggulir layar beranda.

"Sayang," panggil Arya kali ini mengelus lengan istrinya sayang.

Medina masih mempertahankan ego dan gengsinya, perempuan itu membalikkan tubuhnya membelakangi. Arya menghela napas.

"Aku tau aku salah tapi tolong jangan diemin aku kayak gini lebih baik kamu omelin aku aja, cubit, pukul atau apain aja tapi jangan diemin aku. Apa yang kamu nggak suka, aku pengennya kamu kasih tau biar aku bisa perbaiki. Maafin aku ya sayang." Arya mengakhiri kalimatnya dengan mengecup tangan Medina.

Sebenarnya Medina sudah akan luluh tapi karena memang egonya saja yang sangat tinggi jadi dia memilih mengabaikan dengan menarik selimut sampai menutup wajahnya. Suara pintu terbuka membuat Medina berpikir bahwa Arya telah keluar.

"Mama," panggil Kiara yang membuat Medina mau tidak mau membuka selimutnya.

Medina salah, ternyata Arya masih di kamar dengan posisi duduk di belakangnya, mata Medina sudah berair sejak ia membungkus tubuhnya dengan selimut. Namun yang membuat perasaan Medina menghangat adalah kehadiran Kiara apalagi anak itu mendekatinya dengan tatapan berbinar, di depan pintu juga ada bi Asih membawa nampan berisi makanan.

"Kiala bawain Mama makan soalnya tadi Mama pelgi sebelum makan." Kiara turun mengambil nampan itu dari bi Asih tapi bi Asih membantunya membawa ke depan Medina.

Selepas itu bi Asih pamit ke dapur.

"Mama makan dulu ya bial sehat." Kiara berkata masih menatap Medina dengan berbinar.

Medina mengusap kepala anaknya dengan sayang, "Mama nggak sakit."

"Memangnya kalau olang makan halus sakit dulu? Kia maunya Mama sehat telus bial Kia sama Papa nggak sedih."

Medina tertawa, ia mencubit hidung Kia, "Lucu banget sih kamu, siapa yang punya ide bawain Mama makanan ke sini?"

"Kia, soalnya Kia mau sama Mama telus makanya Mama nggak boleh sakit," jawabnya.

"Iya, Mama makan ya tapi di luar."

Medina segera bergegas ke dapur, nampan tadi dibawa oleh Arya. Medina makan ditemani oleh Kiara. Tidak ada yang membuka suara, Kiara asik memandangi Mamanya yang makan dan Medina yang masih belum mau berbicara dengan Arya.

"Kenapa Kia natap Mama kayak gitu? Mama kan jadi salah tingkah."

Kiara terkikik geli, "Kia ikut Papa, soalnya Papa juga natap Mama kayak gitu."

Medina menatap Arya sebentar, lelaki itu masih menatapnya lekat.

"Kenapa Papa natap Mama kayak gitu?"

"Karena Mama cantik," jawab Arya tanpa mengalihkan pandangan.

"Kia cantik juga nggak Papa?"

"Cantik banget."

Medina mengalihkan pandangan karena pandangan Arya yang belum berpaling juga darinya.

"Mama," panggil Kiara.

"Iya sayang?"

"Mama jangan sedih lagi ya, masakan Mama yang paling enak di dunia ini." Kiara tersenyum dan berlari memeluk pinggangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

dan, selesai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang