11. Persiapan Ritual

14 5 2
                                    

Tasya membolak-balik halaman buku sejarahnya dengan teliti. Matanya bergerak dari kiri ke kanan, mencari jawaban soal terakhir dari PR-nya hari ini. Di sekitar kakinya yang sedang berselonjor, Cupcake dan Biscuit sedang bermain dengan bola benang.

Sudah hampir jam delapan malam. Kedua orang Tasya belum pulang. Bukan sesuatu yang mengejutkan. Sebagai pasangan pengusaha punya banyak urusan dimana-mana, mereka sudah sering meninggalkan Tasya sendirian di rumah sejak kecil.

"Kami malam ini mau makan malam bersama Investor." Sebelumnya mereka sempat mengirim pesan. "Kamu baik-baik ya di rumah. Kalau mau beli makanan atau sesuatu, pakai saja uang yang ada di lemari."

Tasya membalas pesan itu dengan satu kata, "Iya."

Dulu keluarga Tasya sempat mempekerjakan seorang asisten rumah tangga untuk menjaga Tasya dan melakukan beberapa tugas rumah seperti menyapu atau memasak. Namanya Kak Nana, umurnya masih tiga puluhan. Tasya yang waktu itu masih SD, senang bermain dengannya.

Akan tetapi. Kak Nana ternyata tidak sebaik penampilannya. Sosok yang dikenal Tasya sebai sosok yang penuh senyum itu ternyata punya niat buruk. Dia ketahuan mencuri sejumlah uang dan perhiasan yang ada di lemari, lalu akhirnya dipecat oleh sang Ayah.

Sejak hari itu, keluarga Tasya tidak pernah mempekerjakan asisten rumah tangga lagi. Sebagai gantinya, Tasya diperbolehkan untuk memelihara beberapa kucing liar di belakang rumah agar dia tidak merasa bosan ketika sedang di rumah sendirian.

"Vanilla," Tasya menyebut nama salah satu kucing yang sudah dia pelihara sejak lama. "Di mana ya dia sekarang?"

Tasya menutup buku PR sejarahnya, memasukkan kembali pulpen ke tempat pensil, lalu mengelus tengkuk Biscuit yang sedang mengengong di hadapannya.

"Apa kalian tidak pernah ketemu Vanilla waktu main di luar?"

Cupcake berjalan mendekat. Kucing berwarna putih dengan corak oranye itu mengerang, seolah ingin dielus juga. Namun, bukan itu yang Cupcake inginkan.

Waktu Tasya mengulurkan tangan ke atas kepala Cupcake, kucing kecil itu mencakar tepat di area pergelangan tangan, menggores gelang manik-manik yang sedang Tasya gunakan.

"Hei!" Tasya terlonjak, menarik tangannya kembali.

Akan tetapi, kucing nakal itu sepertinya belum mau menyerah. Dia melompat ke atas perut Tasya. Cakarnya terangkat tinggi, berayun, berusaha meraih gelang dengan raungan tidak sabar.

"Kamu benar-benar suka dengan gelang ini, ya?"

Tasya tidak habis pikir. Padahal ada bola benang dan mainan kucing yang tergeletak begitu saja di lantai, tapi si Cupcake satu ini malah tertarik dengan gelang manik-manik yang jelas bukan mainan.

Ya, mau bagaimana lagi. Kucing memang binatang yang tidak mudah ditebak.

"Iya, iya. aku akan memberikannya padamu," ujar Tasya. "Tapi jangan yang ini."

Tasya merogoh saku celana pendeknya, lalu mengeluarkan gelang manik-manik merah yang dulunya milik Lion ke lantai dekat bola benang itu tergeletak. Cupcake turun dari tubuh Tasya, bergegas melompat dan menerjang gelang itu sebelum direbut oleh Biscuit.

Dengan gigi taringnya yang tajam, Cupcake menggigit-gigit seolah gelang merah itu daging segar yang baru saja dipotong dari tempat penyembelihan.

"Kamu... lapar?" Tasya bertanya. Tentu Cupcake tidak bisa menjawab. DIa hanya mengeong, lalu kembali bermain dengan gelang merah yang sudah basah dengan air liurnya itu.

Angin malam berembus lembut. Ini juga sudah waktunya Tasya untuk makan malam. Gadis itu bangkit dari posisi duduknya, mengibas celana pendekanya yang sedikit kotor karena debu, lalu segera beranjak ke dapur.

KUTUKAN ATAU PEMBUNUHAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang