Awal ikatan terbuat - 1

547 50 9
                                    

Siang itu seperti siang yang biasa, cuaca cerah tanpa halangan dan aku lagi-lagi pergi ke taman bermain membawa buku yang kemarin tidak sempat ku baca karena kakak menyuruhku untuk merapihkan kamarku.

Dia memang sedikit menyebalkan karena tak mau membantuku, tapi aku tidak mempermasalahkannya karena salahku tidak merapihkan kamar setelah mencari-cari buku ini yang sempat hilang, aku tak punya pilihan lain selain menghabiskan waktu 30 menit hanya untuk mencari buku jika tidak aku akan dikenai denda lagi oleh ibu pustakawan.

Diriku duduk dibawah pohon beringin yang rindang, tempat biasa yang ku jadikan markas membaca buku ku sendiri, hoho... bukankah itu terdengar keren?

Sedikit orang yang mau berteduh di bawah pohon besar ini sebab mereka mendengar rumor bodoh yang beredar disekitar desa.

Ada yang bilang pohon ini pernah dijadikan kawasan ritual sehingga berakhir menjadi rumah para hantu, terdengar konyol karena selama ku hidup tak pernah aku melihat hantu satupun di pohon beringin ini, kecuali monyet yang pernah mencuri sekeranjang apel yang kubawa untuk menemaniku membaca buku, masih ku ingat wajah monyet itu, lihat saja saat aku bertemu dengannya lagi... Aku akan memberinya lebih banyak apel.

Sudahlah, jangan bahas masa lalu yang tak bermakna, ayo kita bahas buku ini saja, buku yang akhir-akhir ini sering ku baca walau tebalnya setebal kamus bahasa, isinya mengenai 1001 kisah detektif yang bisa memecahkan segala kasus.

Walau masih berumur 10 tahun, anak sepertiku senang sekali membaca buku novel. akan ku baca buku ini dengan tenang tanpa gangguan sampai kakak memanggilku untuk pulang. aku merapihkan rambut ungu yang sedikit menutupi pandangan mata hijau emerald milikku, dan dengan santai tubuhku bersandar di bawah pohon, tidak akan ada yang bisa menggangguku sekarang.

Itu yang kupikirkan sebelum tiba-tiba sebuah bola sepak terbang dari arah kanan dan mengenai wajahku dengan kasar "ADUH!" Aku berteriak dan meringis kesakitan memegangi hidungku yang sakitnya melebihi bagian lain, yang benar saja padahal aku baru membuka halaman buku.

Bola sepak itu tepat mengenai seluruh wajahku dan membuat beberapa bagian wajahku tertutup tanah sampai lidahku tak sengaja merasakan rasanya tanah, seperti gurih dan lembek bercampur jadi satu, tanyakan pada cacing tanah pasti dia suka.

"Hey maaf! Kau tidak apa-apa?" Seorang anak laki-laki yang terlihat seumuran denganku berlari mendekati ku, berambut Brunette cokelat dengan rambut yang sedikit acak-acakan, tapi yang paling menyorot adalah mata kuning keemasan miliknya yang terlihat bersinar jika dibawah matahari.

Aku menatapnya dengan tatapan bingung juga sedikit perasaan kesal dalam hati, walau ku rasa ia tidak sengaja melakukan itu, dia mendekati ku sambil tersenyum canggung "Ah.. itu bola ku, maaf...aku tidak sengaja salah tendang" ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang ku yakin tidak gatal, dirinya terkekeh melihat wajahku yang berlumuran tanah.

Melihat ekspresinya aku segera membersihkan beberapa tanah yang menempel di wajah ku "B-bukan masalah, tapi lain kali hati-hati..." Ucapku lalu mengambil bola yang berada di sebelah kiri ku dengan sedikit cemberut, waktu ku jadi terganggu karena bola...bukan, karena anak ini!

Tapi ku lihat dari tampangnya sebenarnya ia terlihat seperti anak baik hanya saja terlalu hiperaktif, aku juga kadang sering melihatnya bermain bola sepak di lapangan taman ini, sendirian.

Anak berambut Brunette itu memberikan senyuman gigi sambil masih terkekeh "Bolehkah kamu mengembalikan bola ku?" Ia mengulurkan kedua tangannya dengan sedikit terlalu bersemangat, sepertinya memang ini bola miliknya.

Ku tatap sebentar mata emas itu sebelum beralih pada bola yang kupegang, bola itu sedikit kempes tapi masih bisa dimainkan dan tentu saja kotor, tetapi rasanya ada sesuatu yang menarik perhatianku dibandingkan lanjut membaca buku.

Unbreakable Bond • [Ytmci fanfic story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang