Hujan musim gugur

132 12 11
                                    

Akhir musim gugur, 2016

Aku tidak menyangka hari itu adalah hari indah terakhir sebelum akhirnya badai dan petir datang menghancurkan hidupku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak menyangka hari itu adalah hari indah terakhir sebelum akhirnya badai dan petir datang menghancurkan hidupku. 

Saat itu rintikan air hujan jatuh membasahi wajahku, aku berbaring di atas tanah rumput taman di samping rumah lama kami, dormitory yang tak begitu luas, menikmati hari minggu yang menyenangkan dan bahagia. Pulang bekerja, lalu bersantai-santai, bermain dengan pacar dan sahabatku. Betapa menyenangkannya itu.

Selama ini cita-citaku sangat sederhana, menjadi trainee. Itu saja. Tetapi alam semesta memberikanku lebih banyak dari yang kuinginkan, dia memberikanku sebuah nama, V. Aku merasa hidupku telah cukup, aku bahagia, itu saja.

Suara gemuruh menggelegar disertai dengan kilatan cahaya terang seperti pecahan dispersi warna pelangi putih, tidak ada petir, hanya ada redup dan angin yang berhembus. Sementara itu mataku terpejam merasakan tetesan lembut air hujan yang membasahi wajah dan kausku, saat dinginnya air hujan mengalir melalui seluruh kulitku, aku merasa sangat hidup, sangat menyukai hujan dan aromanya.

Tiba-tiba, kurasakan kaki kiriku bergoyang, sepertinya seseorang sedang menggodaku, menendang betis kakiku pelan.

"Hey" panggil orang itu lembut dengan suara berat setengah melengking dan manis. Suara yang sangat kukenali selama 6 atau 7 tahun ini, suara Jungkookie. Aku tersenyum tipis masih tak menjawabnya.

Kudengar Jungkookie mendengus kesal, "Namjoonie hyung memintamu masuk" katanya

Aku tersenyum, "benarkah?" jawabku padanya setengah menggoda

Jungkookie berdecih, tanpa membuka mataku, aku mendengar suara hujan semakin samar tertutup penghalang plastik disusul udara hangat tipis mendekatiku. Aku membuka mata dan melihat Jungkookie duduk disampingku dengan payung plastik transparan, menghalangi hujan semakin membasahiku. Wajah anak-anaknya sungguh hangat dan menggemaskan, mata bulat indahnya selalu mengingatkanku pada serigala bermata jernih yang amat kuat tapi juga manja bersamaan.

"Mwo?" desahku padanya

Dia tersenyum, "Jika Namjoon hyung mengomel, aku tak akan menolongmu" katanya agak mengancam

Aku tak menggubrisnya, malah mengganti kalimatku, "Kau tidak mau menikmati hujan di musim gugur ini, Jagiya?" jawabku

Jungkookie terkekeh, "aku mau"

Taehyungie, "kemarilah sayangku, bermain hujan bersama pacarmu" kataku menggodanya sambil berusaha menarik tangannya yang kosong dan kering. Tangannya terasa begitu lembut dan kuat, sangat berbeda dengan tangan seorang gadis, tapi juga terlalu lembut untuk seorang pria. Lengan kuat Jungkookie adalah tempat yang paling tepat untuk telapak tanganku melingkar, mencengkramnya.

Tapi Jungkookie semakin teguh pendirian, dia sama sekali tak tergoda untuk bermain hujan sore ini, tubuhnya beranjak menjauhiku, Ia menepis tanganku dan kembali berdiri membawa serta payung transparannya sambil menjawab, "jika kau tak juga beranjak, aku benar-benar tidak akan menolongmu" jawabnya

Aku terkekeh mendengar ancamannya, dia mengatakan itu dengan wajah menggemaskan, siapa orang yang bisa marah padanya?

Aku tertawa sedikit sambil berusaha beranjak dari berbaringku di atas rumput tanah, "baiklah" desahku, aku segera duduk lalu berdiri mengambil sepatu kanvas bekas yang juga ikut basah.

"Lihatlah, kau basah kuyup" kata Jungkookie padaku, tak peduli apapun yang dia katakan, semua perkataanya sungguh membuatku senang, aku selalu merasa hangat setiap ada dia di dekatku. Jungkookie menyodorkan tangan kanannya yang memegang payung ke tengah-tengah kami, mencoba membagi payungnya padaku agar aku tak kehujanan lagi. Meskipun payung kecil itu tak bisa melindungi kami berdua, tapi payung itu seperti tali pengikat takdir transparan yang membuat aku dan Jungkookie dekat. "Ayo" lanjutnya.

Dari balik pintu taman, Namjoonie hyung sudah berdiri dengan wajah hampir menyerah, Ia melipat kedua tangannya ke dada, menatapku dengan tajam seolah berkata, Berhentilah bermain hujan atau aku akan membunuhmu. Sejujurnya aku sudah merasa takut jika Namjoon hyung sudah menatapku begitu, dia pasti akan mengomel tepat setelah aku mendekat padanya, jadi yang kulakukan adalah berembunyi dibalik bahu Jungkookie.

"Kau ingat untuk berteduh sekarang?" tanya Namjoon hyung mengintimidasiku, tatapannya tak bisa dielakkan lagi

Aku mengkerut dan menjawab dengan agak ketakutan juga menggigil bersamaan, "Aku akan segera mandi"

Namjoon hyung menghela nafas, "Taehyung-ah" panggilnya lirih, "Jangan melakukan hal-hal yang bisa membuatmu jatuh sakit, kita butuh banyak energi untuk latihan menari besok" begitu katanya. Tentu saja aku tahu jadwal latihan selalu padat, tapi itu adalah hari mingguku dan hari itu hujan, aku suka bermain hujan, jadi aku menganggap bermain hujan di hari minggu adalah liburan juga.

Bagaimanapun aku masih tak berani menjawab Namjoon hyung, jadi aku hanya mengangguk mengerti, "ne hyung, mianhaeyo" kataku.

Namjoon hyung tak menjawab, namun tangannya meraih handuk yang tersampir disamping pintu tempatnya berdiri lalu memberikan handuk itu padaku, "keringkan tubuhmu cepat" Namjoon hyung adalah member yang hatinya paling hangat, setiap tindakannya, tegurannya meskipun terkadang menakutkan, Ia tahu untuk memberikan kasih sayang juga. 

Melihatnya memberikan handuk itu kepadaku, aku mengerti bahwa Namjoon hyung juga menyayangiku. Aku tersenyum tipis, hampir tak terlihat seperti senyum, "gomawo hyung" desahku

Namjoon hyung tak menjawab, Ia hanya langsung berbalik berlalu meninggalkanku dan Jungkookie di depan pintu.

"Kau lihat? Namjoonie hyung sudah marah padamu" celetuk Jungkookie padaku, nadanya kesal, lebih kesal daripada Namjoon hyung membuatku semakin ingin tertawa

"Araso araso, aku akan segera mandi" jawabku pada Jungkookie, "Apa kau sudah mandi? Kau mau mandi bersamaku, Jagiya?" tanyaku menggodanya

Jungkookie kecil yang masih berwajah anak-anak itu hanya tersipu, wajahnya memerah, Ia bahkan langsung mengalihkan pandangnya dariku karena malu, "apa-apaan" katanya

"Ayolah" rayuku menahan lengannya yang lembut

Jungkookie masih keras hati, Ia masih berusaha menyembunyikan wajahnya yang merah, tanpa memandangku, Ia lalu menurunkan payung transparannya, melipatnya dan menggantung payung itu di langit-langit atap kecil di tempat kami berdiri

"Jagiya" desahku, aku menggodanya lagi, mencengkram lengannya lebih erat lalu mendekatkan wajahku ke wajahnya, aku bisa mencium aroma bunga markisah yang segar dari lehernya, lalu wajahnya dan matanya yang bula karena gugup, dia sangat menggemaskan.

"Apa yang mau kau lakukan?" tanyanya waspada

Aku menyeringai, tanganku melepaskan sepatu yang daritadi kutahan, mencoba mencengkram lengan lain Jungkookie dan menggodanya lagi, "apa aku tak boleh menciummu?" tanyaku

Jungkookie tersipu tak menjawab, tatapannya berbicara padaku seolah segera mengizinkan dan memberi akses untuk mencium bibir hangatnya. Bahkan tanpa kalimat apapun yang dikatakan kelinci kecil kesayanganku, aku tahu apa yang ingin dia katakan.

Sehingga ciuman itu terjadi diantara kami, di tepi taman di belakang pintu masuk.

Mengingat hari terakhir itu, dimana aku masih bisa dengan leluasa mencintai Jungkookie, melakukan apapun yang kami mau yang membuat kami bahagia, bermain bersama sahabatku dan sesekali bandel pada Namjoon hyung hanya untuk mendengarkan omelannya. Betapa banyak yang alam semesta berikan padaku. 

Tapi hari hujan di akhir musim gugur itu adalah terakhir kali aku tersenyum, tak ada hari yang sama lagi selain mendung, matahari dihatiku tak bersinar cerah seperti sebelumnya. Begitulah kira-kira penderitaan ini dimulai.

Jika mesin waktu itu benar adanya dan aku bisa meminjam kekuatan Captain America untuk membekukan waktu, aku sungguh.. sungguh tak ingin memasuki hari pertama penderitaan panjang itu, aku ingin terus membeku dalam kisah bahagia yang cukup, aku dan Jungkookie.

---

My You - 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang