Malam Pekat di Sherburne (1/2)

1.1K 221 21
                                    

"Jadi kau tidak mau mengatakan siapa tuanmu?"

Suara ujung pedang yang menyentuh tanah terdengar provokatif. Padahal ujung dari pedang itu tak menyentuh siapa pun. Tetapi pria bepakaian lusuh itu justru berteriak hebat, seolah yang disentuh oleh ujung pedang itu bukanlah tanah, melainkan permukaan kulitnya yang kering dan kusam. Sepasang mata merahnya menatap nyalang. Padahal apa yang dilakukannya saat ini benar-benar percuma. Meskipun dia menampilkan wajah yang bengis dan menyeramkan, dia tidak akan mampu membuat perlawanan. Tubuhnya terikat rantai, mulai dari dada hingga ke perutnya. Jelas, hal tersebut membuatnya tak bisa leluasa bergerak.

Jika itu adalah rantai besi yang dibuat oleh perajin Sherburne, mungkin dia bisa melepaskan rantai itu dengan sangat mudah. Tetapi sayangnya, rantai yang melilit tubuhnya saat ini bukanlah sembarang rantai. Setiap aroma yang menguar dari rantai besi itu membawa aroma Petra yang begitu kuat dan menyakitkan. Sehingga setiap kali dia bernapas, paru-parunya perlahan-lahan menyempit.

"Jangan menatapku seperti itu. Buatku itu sangat menjijikkan."

Pria yang membawa pedang itu kembali bersuara. Kali ini, ia berjongkok. Sebelah lututnya menyentuh tanah, sementara sebelah tangannya menekan pedang yang ia bawa semakin dalam pada tanah. Dan semakin dalam ia menekan pedang itu, semakin keras seseorang di hadapannya berteriak.

"Kenapa? Apa ujung pedangku terlalu dalam menusuk jantungmu?" tanya pria itu, sebelum akhirnya ia bangkit dan tertawa terbahak-bahak. "Padahal aku bisa memberimu pengampunan jika kau mengatakan padaku siapa tuanmu. Itu akan lebih mudah. Pekerjaanku bisa dengan cepat selesai, dan kau bisa segera pergi dari sini."

Tatapan bengis milik pria lusuh itu perlahan-lahan memudar. Napasnya yang terengah-engah juga perlahan mulai kembali teratur. Meskipun itu tak lantas membuatnya membaik sebab aroma Petra yang ada dalam rantai besi itu terus-terusan membuat paru-parunya menyempit. Tetapi meskipun dia merasa sekarat, ucapan pria di hadapannya itu seperti memberikan oase.

"Kau ... Kau akan melepaskanku?" tanyanya, meski dia sendiri tak yakin dengan pertanyaan yang dia ajukan. Saat ini, dia sedang berhadapan dengan dua orang dixon. Satu dixon paling kuat adalah yang saat ini menatapnya dengan senyum jenaka. Sementara satu lainnya berdiri di belakang, mencengkeram rambutnya dengan sangat kuat sejak pertama kali ia tertangkap.

"Tentu saja." Dixon yang membawa pedang itu berkata penuh keyakinan.

Sepertinya di antara mereka berdua, pria itu bukanlah dixon biasa. Itu terbukti ketika ia menekankan pedangnya ke dalam tanah. Ujung dari pedang itu benar-benar jauh dari tubuhnya. Tetapi dia merasakan dengan jelas bagaimana ujung pedang tersebut merobek jantungnya. Itulah kenapa dia berteriak begitu keras barusan.

Tadinya, pria lusuh itu berangkat dari sebuah desa terpencil di ujung selatan Sherburne menuju Rexton Raya. Besok adalah malam bulan purnama. Jadi dia harus tiba di Rexton sebelum bulan purnama muncul. Namun, di tengah perjalanan, dua orang pria tiba-tiba saja menghadang jalannya. Dia pikir, dua orang itu adalah bandit biasa. Karena bagian selatan Sherburne memang terkenal dengan sarang kriminalitas. Tetapi saat salah seorang dari mereka membuka tudung dan memperlihatkan wajah mereka, pria itu menyadari bahwa mereka bukanlah bandit, melainkan para dixon.

Meskipun salah satu dari mereka mengenakan topeng untuk menutupi wajahnya, tanda-tanda dixon tersebut masih terlihat jelas dari iris matanya yang berwarna hijau zambrud. Itu bukan iris mata yang mudah ditemui di Sherburne. Jika orang lain memperhatikan mata itu dengan saksama, mereka pasti bisa melihat bagaimana sepasang mata itu berkilau. Sebab mereka bukanlah manusia.

Bagi manusia awam, dixon hanyalah sebuah makhluk mitologi. Mereka digambarkan sebagai sosok yang tinggi dengan sayap yang besar dan menyeramkan. Konon katanya, mereka adalah penculik anak-anak dan memakan organ-organ mereka sebagai sumber kekuatan. Bahkan tak jarang, para manusia menyebutnya sebagai monster. Itu juga yang menjadi alasan mengapa para orangtua di Rexton Raya tidak memperbolehkan anak-anak mereka keluar dari rumah setelah matahari terbenam.

The Story from Sherburne (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang