17. Adin si Perusak Suasana

54 58 8
                                    

"Widih, ada si gagap, nih," ucap salah satu murid perempuan sembari mengambil duduk di depan murid yang baru saja dia sebut dengan gagap.

Murid ber-name tag Amera, yang mereka sebut sebagai gagal itu hanya menunduk sembari memakan makanannya dengan perlahan.

"Tumben gagap makan di kantin sekolah?"

"Tau, biasanya aja makan bekel di bawah pohon deket taman sama, tuh."

"Bau-bau ada duit nih,"

Amera tetap dalam diamnya tak menghiraukan ucapan mereka.

Brak

Gebrakan meja membuat semua orang yang ada di kantin terlonjak kaget, termasuk Amera yang berada tepat di depannya.

"Berani diemin gue, Lo?" Murid perempuan itu mengulurkan tangannya hendak menarik rambut Amera sebelum dihentikan oleh salah satu temannya.

"Main kalem, dong, Jeta."

"Kalem gimana maksud Lo, Rea?" tanya murid yang dipanggil Jeta itu dengan ekspresi bingungnya.

Rea hanya menunjukkan senyum lebarnya yang menakutkan sembari mengangkat kembali tempat makannya dan ...

"Nah, selamat makan, Gagap!" ujar Rea dengan riang setelah menuangkan makanannya di piring Amera yang masih setia menunduk.

"Wih, boleh, boleh." Jeta berkata seraya mengangguk mengerti. Matanya bergerak ke atas meja lalu menyambar minuman botol Windi, salah satu temannya yang berdiri di sampingnya, dan ikut menuangkan isi minuman tersebut ke dalam nasi Amera.

"Selamat makan, Gap," ujar Windi sembari bertepuk tangan.

Amera terdiam menatap piring makannya yang sudah tidak berbentuk. Air mata menggenang di pelupuk matanya, yang jika dia berkedip sudah terjun air itu ke pipinya.

"Selain gagal, Lo juga bisu, ya?"

"Udah miskin, dekil, gagap, hidup lagi. Nyusahin banget hidup Lo," kata Jeta dengan kasarnya.

"Iyuh," sahut Windi seraya menutup hidungnya.

Heta tersenyum miring melihat kedua temannya merinding Amera.

"Cabut, guys!"

***

"Kayaknya memang setiap sekolah ada perundungan, ya," celetuk Dino menatap malas ke arah perundungan yang dilakukan oleh Jeta.

"Sisi gelap sekolah-sekolah yang ada, kan memang gitu," sahut Carel tanpa menatap Dino. Dirinya tengah sibuk memotong makanannya lalu memasukkannya dalam satu suapan yang lumayan besar.

Wren menatap cara Carel makan mengernyitkan dahinya. "Berapa hari nggak makan Lo?"

Carel mengangkat tangannya menunjukkan jari tangannya yang dia acungkan. "Hampir dua hari ini," ucapnya setelah mulutnya kosong.

"Tumben."

"Apa lagi, paling juga ribut lagi sama nyokapnya," sela Dino mendahului Carel yang hendak membuka mulutnya menjelaskan.

"Bener, Rel?"

Carel tak menjawabnya, dia hanya mengangguk sebagai balasan dari pertanyaan Wren.

Wren menghela napasnya. Matanya menatap kedua sahabatnya dengan tatapan tajamnya.

"Jangan memusuhi orang tua Lo sendiri, Rel. Mau gimanapun bentuk perlakuan mereka ke kita, mereka tetep jadi orang tua kita. Ikatan batin antara anak dan orang tua itu pasti ada. Jadi, minimalisirkan permusuhan itu," nasehat Wren lalu kembali menyapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Bener. Orang tua juga belajar untuk jadi orang tua, Rel. Apalagi Lo sebagai anak pertama dan satu-satunya, udah pasti orang tua Lo juga belajar buat ngurus anaknya untuk pertama kalinya. Sebagai anak pertama, bisa dibilang kita hidup bareng orang tua, bukan dibesarkan sama mereka. Maksud gue-"

"Gue paham," sela Carel memotong ucapan Dino.

"So?" Wren menaikan sebelah alisnya menatap Carel yang terdiam menatap kosong piringnya yang sudah kosong.

"Gue cuma nggak suka sama mama yang sering ambil keputusan sepihak, tanpa persetujuan gue. Gue cuma menyayangkan hal itu. Gue pikir ... ini hidup gue, yang jalani hidup juga gue. Apa yang gue mau, apa yang gue pengen, belum pernah dapet dukungan dari mama. Semua yang gue impiin, cuma hayalan nggak berguna buat mama."

Dino menghela napasnya lalu berpindah merangkul Carel. "Gue ngerti ... dan gue paham gimana ada di posisi Lo, tapi nggak dengan saling menjauh dan memusuhi kayak gini, Rel. "

"Gue nggak tau. Yang pasti, untuk saat ini gue pengen kayak gini dulu. Karna gue sadar, untuk sekarang ... emosi gue masih suka nggak kekontrol setiap denger tuntutan mama yang seenaknya."

"Lo bisa!" ujar Dino menyemangati Carel yang tampak layu.

"Hmm," gumam Wren. "Gue percaya sama Lo."

"Thank you. Gue nggak tau, gimana hidup gue tanpa kalian."

"Heleh ... Lebay!"

"Sialan! Ngerusak suasana aja Lo," kata Carel seraya menepuk pelan kepala Dino.

MONSTER ✓ [END]Where stories live. Discover now