Seorang pria melangkah di sebuah ruangan yang gelap. Ia membuka pintu, yang sepertinya jarang di jamah orang tersebut. Pintu itu berwarna coklat, dengan ornamen-ornamen klasik.
Ia membuka pintu itu perlahan. Walaupun ruangan itu gelap, namun cahaya rembulan mampu memberi, setidaknya sedikit pencahayaan agar ia bisa berjalan dengan benar. Ia menghampiri sebuah kursi lengkap dengan meja, sepertinya ini sebuah ruangan kerja.
Ia meraih sebuah buku usang, yang bersampul coklat. Ia membuka sebuah halaman disana terdapat sebuah foto. Ia meraih foto tersebut, kemudian memperhatikan foto itu lama. Ingatannya berputar ke beberapa tahun silam.
Seoul, 17 Juli 1975
Hiruk pikuk kota terdengar seperti riuh gemuruh. Suara klakson mobil-mobil "antik" bersahut-sahutan terdengar. Suara pedagang memamerkan dagangannya, terdengar seperti berlomba-lomba.
Seorang gadis yang memasuki usia dua puluh lima tahun tengah berjalan, sembari menggandeng seorang gadis kecil. Mereka berjalan seraya bercerita.
"Eunha, setelah ini kamu mau apa lagi?"
"Eonnie, aku mau beli permen kapas itu, apakah boleh?" Ujarnya seraya menunjuk pedagang permen kapas yang ada di seberang jalan.
"Tentu saja, boleh. Apapun untuk keponakan eonnie tersayang." Gadis itu kemudian menarik tangan gadis yang ia sebut sepupu itu. Ia membawanya menuju pedagang permen kapas.
Pedagang permen kapas tersenyum, melihat kedua gadis berbeda generasi itu datang.
"Hai, Nona. Sudah lama sekali anda tidak kesini," ujar pedagang itu basa basi. Walaupun begitu, ia jujur ini merupakan pertemuan pertama kali, setelah gadis itu pindah dari kota ini.
Perlu diketahui, gadis yang dipanggil Nona itu dulunya pelanggan setia permen kapasnya. Ia selalu merengek dibelikan permen kapas. Pedagang itu merasa takjub, gadis kecil itu kini menjadi wanita matang yang cantik.
"Saya harus pindah ke busan, karena ayahanda harus melakukan tugas di sana. Setelah saya berusia dua puluh tiga tahun, saya kembali ke kota ini untuk mewujudkan impian saya. Dan ya, sepertinya saya baru sempat kesini lagi, karena saya sudah sibuk dengan pekerjaan saya." Gadis itu terlihat begitu ramah.
"Kalau gadis kecil ini siapa?" Tanya pedagang itu, sembari memerhatikan Eunha yang digandeng Jennie.
"Oh, ini sepupu saya. Eunha perkenalkan dirimu!" Eunha lantas menundukan badannya di hadapan kakek pedagang kapas tadi.
"Perkenalkan saya Eunha, umur saya lima tahun. Saya keponakannya Eonnie Jennie."
Pedagang itu tersenyum, "kamu cantik sekali, nak. Kamu mau permen kapas ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
L O O K O U T || Twooshot
Fanfiction"hubungan apa ini?" Desclaimer : 📍 Cerita ini tidak ada hubungan dengan sejarah. cerita ini murni fiksi. 📍Cerita ini murni dibuat, berdasarkan kehaluan author. tidak ada sangkutnya dengan pihak manapun. jika terjadi kesamaan baik itu latar, temp...