3. Mencari

64 11 2
                                    

Haruto menyesuaikan sorot cahaya yang menusuk matanya. Ia terbangun tatkala wanita disebelahnya mengguncangkan tubuhnya tak santai. Disaat penghilatannya mulai terlihat jelas, ia menemukan wanita menyebalkan di depannya dengan raut panik.

Sebelumnya, mereka berencana melakukan wawancara di sebuah rumah pohon. Namun, lagi-lagi wawancaranya gagal, karena gadis itu tertidur. Sialnya, ia juga ikut tertidur. Bagimana tidak, angin sepoi-sepoi membuatnya semakin mengantuk.

Hingga berakhir, ia tertidur nyenyak dan membuatnya memimpikan mimpi yang sama seperti sebelumnya.

"Haruto, apakah kau bermimpi tentang gadis bermata kucing? Kumohon beritahu aku!" Berbeda dengan tadi siang, dimana gadis itu memasang wajah angkuh. Tapi sekarang, gadis itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Haruto mengangguk pelan.

Sejujurnya Haruto penasaran, mengapa gadis ini terlihat begitu gelisah. Lalu kenapa, gadis ini bisa tahu apa yang tadi di mimpinya.

"K-kenapa kau bisa tahu apa yang ku mimpikan?" ujar haruto membuka percakapan.

Gadis itu menghela napas, lantas menunduk dan memilin baju bawahnya, yang menurut Haruto sedikit  menggemaskan. Ia harap gadis ini tidak melihatnya ketika ia tersenyum kecil.

"Sebenarnya, aku juga memimpikan hal yang sama. Aku tidak tahu, kenapa mimpi itu datang terus menerus. Bahkan aku tidak mengnal wanita itu sama sekali. Aku tidak tahu namanya, sebelum akhirnya aku tahu nama wanita itu Kim Jennie. Aku tidak tahu siapa pria itu. Kenapa mereka ada di mimpiku. Ini seperti sebuah teka-teki." Wonyoung menjelaskan perkara mimpinya pada pria di hadapannya ini. Ini pertama kalianya, dia menceritakan mengenai mimpi yang selalu menghantuinya. Serta, pria jepang ini merupakan orang pertama yang mengetahuinya.

Haruto menaikkan alisnya mendengar cerita Wonyoung, "Tunggu, kau berkata kau juga memimpikan seorang pria. Apakah pria itu memilikki senyum kotak? Kalau tidak salah namanya, Taehyung." Wonyoung menggeleng pelan.

"Bukan, aku memang melihat seorang pria. Tapi, bukan pria seperti yang kau sebutkan. Dia tinggi, kulitnya sedikit lebih gelap. Aku benar-benar tidak punya petunjuk tentang pria itu, bahkan namanya juga.

Haruto kemudian memasang wajah serius, "Bagaimana bisa mimpi kita sama? Kita sama-sama memimpikan wanita bernama Jennie. Tapi kenapa, pria yang terhubung dengan Jennie berbeda."

"Aku juga tidak tahu, Haru. Aku lelah dengan ini semua. Aku ingin bisa tidur dengan nyenyak, tanpa memimirkan hal ini.  Aku ingin bisa menghentikannya."

Haruto menoleh, "kamu pikir aku juga tidak ingin menghentikannya? Aku sama sepertimu. Aku juga merasa muak dengan semua ini."

"Bagaimana kalau kita cari tahu, siapa wanita yang bernama Jennie ini? Tapi sebelum itu, kau harus membantuku." Haruto menyunggingkan senyum kepada wanita itu.

"Apa?"

"Aku mohon bantu aku menyelesaikan wawancara kita. Aku sudah dikejar deadline, asal kau tahu. Dan ini semua gara-gara kau yang selalu menundanya, Nona. Entah berapa banyak alasanmu." Haruto menatap wonyoung mengintimidasi.

Sedangkan yang ditatap, menundukkan wajah malu. Ia memasang senyum tak enak.

"Baiklah. Mari kita selesaikan wawancaranya, Tuan Jepang." ujarnya dengan kekehan garing.

"Oke, kita mulai wawancaranya."

"Tunggu,"

Haruto mendecih, "ck! Apalagi sih?"

"Aku ingin makan es krim. Ayo kita beli es krim terlebih dahulu!" Wonyoung kemudian turun dari rumah pohon. Ia menahan tawanya melihat wajah kesal Haruto. Ia sengaja mengerjai pria itu. Sejujurnya, ia ingin berlama-lama dengan pria itu. Ia mulai tertarik dengan pria berdara jepang itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

L O O K  O U T || TwooshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang