SEBELAS [Revisi]

2.3K 279 91
                                    

Kalau sudah hebat untuk
Menyakiti orang lain, berarti
Sudah cukup kuat
Menerima balasannya

(Q.s Al-Isra : 7)

🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Iqbal, dimana tiya?”

Iqbal langsung menoleh saat mendengar suara langkah kaki mendekat. Azzam datang dengan wajah cemas nya serta keringat yang membasahi pelipisnya

“Masih di tangani dokter”

“Kedua orang tua nya gimana?”

“Om Burhan sama Tante Maya aman, karena mereka saat kejadian ada di ruang tamu, otomatis bisa langsung keluar. Kalo Tiya pada saat kejadian ada di kamarnya, tapi Alhamdulillah nya gak kenapa-kenapa kok, cuma shock aja”

Mendengar itu, Azzam mengusap wajahnya kasar “Astaghfirullah ya allah”

“Zam, lo udah izin istri lo kan?” Iqbal bertanya seperti itu hanya jaga-jaga. Karena ia tau kalo menyangkut kaatiya, bahkan istrinya sekalipun ia lupa

Ia mengangguk “Hm, saya sudah izin”

Setelah mendengar bahwa tiya sudah boleh di jenguk, Azzam segera masuk ke dalam, melihat perempuan itu menutup mata nya dengan tenang

“Tiya saya minta maaf, maaf tidak membalas chat mu, maaf tidak menanyakan kabarmu, dan maaf telah membohongi mu”

Ceklek..

“Sayang.”

Itu adalah kedua orang tua kaatiya. Tante maya langsung duduk di pinggir ranjang anaknya, memegang tangan tiya seraya mengusapnya “Maafin Mama tiya, Mama gak sempat nolongin kamu, kamu cepat sembuh ya, Mama disini nak”

Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundak nya “Azzam”

“Eh iya om?”

“Bisa bicara sebentar?”

Azzam mengangguk, lalu mereka berdua keluar dari ruangan dan duduk di kursi depan kamar tiya

“Apa kabar?” tanya nya basa basi

“Alhamdulillah om, saya baik”

“Masih berteman baik ya dengan tiya?”

Azzam mengangguk ragu. Ia takut bahwa ia telah membohonginya. Bukan karena pertemanan nya, tapi karena status nya yang sekarang sudah berubah

Ia berpikir, sepertinya kedua orang tua tiya belum mengetahui tentang statusnya

Laki-laki paruh baya itu menghela napasnya “Seperti mimpi, kami seperti sedang bermimpi buruk yang berkepanjangan. Tidak pernah kami sangka bahwa kami akan kehilangan semuanya. Bahkan, sekarang kami bingung, mau tinggal dimana untuk sementara waktu, untungnya waktu cuti tiya masih tersisa seminggu, jadi tiya masih bisa kami rawat disini”

ZAMEERA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang