Perasaan

3K 278 14
                                    

Hari ini Xiao Zhan libur kerja, jadi ia dari pagi sudah berada di kediaman Wang. Ia menjadi pengasuh dadakan untuk A-Lian dan Wangji. Bocah yang akan berusia empat tahun dua bulan lagi itu sedang menggoda bayi kecil di gendongan sang papa.

Putra KuanCheng sudah berusia dua bulan. Dia tumbuh menjadi bocah manis seperti sang ibu. Mendapat kasih sayang penuh dari semua keluarga Wang juga Xiao Zhan.

Kenapa Xiao Zhan? Karena pemuda itu lebih sering datang untuk mengurus dan menemaninya. Lalu bagaimana dengan Wangji? Tidak masalah, karena Zhan membagi kasih sayangnya dengan adil untuk kedua bocah beda usia itu.

Karena itu pula hubungannya dengan Wang Yibo si putra kedua jadi semakin dekat. Setiap hari ia pasti akan menghabiskan waktu dengan pemuda itu setelah pulang dari kediaman Wang.

Bisa dibilang mereka setiap hari selalu makan malam bersama. Mungkin bagi mereka yang melihat, dua pemuda beda usia itu seperti sedang kencan. Namun, nyatanya hubungan mereka masih bertahan di kata teman.

Teman tapi nyaman, itu mungkin kalimat yang lebih tepat untuk keduanya. Karena keduanya tak memungkiri jika rasa nyaman itu memang ada di antara mereka.

"Zhan, A-Lian waktunya minum susu!" teriak Zhoucheng dari arah dapur.

Mendengar itu, Wangji menatap papanya. "Pah, A-Lian habis minum susu boleh diajak main lagi kan?"

Xiao Zhan tersenyum lalu mengusap kepala cucu pertama Wang itu dengan lembut. "Setelah minum susu, A-Lian akan tidur siang. Wangji juga sebentar lagi waktunya tidur siang kan?"

"Wangji masih ingin main." Wangji mengerucutkan bibirnya lucu.

"Nanti main lagi kalo sudah bangun. A- Lian kan masih kecil, kalo diajak main terus nanti dia capek terus sakit. Wangji mau lihat A-Lian sakit?"

Wangji langsung saja menggeleng. "Sakit itu ndak enak. A-Lian jangan sakit!"

"Nah, Wangji paham. Jadi sekarang biarkan A-Lian minum susu dan tidur siang ya!"

Wangji mengangguk. Ia ikut Xiao Zhan menghampiri Zhoucheng di kamarnya. Bayi manis itu sudah berpindah ke gendongan mamanya.

"Ikut istirahat juga. Nanti sisa kerjaanmu biar aku yang nerusin," ujar Xiao Zhan saat Zhoucheng menatapnya.

Ia tahu sahabatnya itu sering kelelahan mengurus keluarganya juga kediaman utama Wang. Liying memang ada, tapi sekarang mertuanya itu memiliki usaha baru. Jadi sering ninggalin rumah untuk waktu yang lumayan lama.

Meskipun begitu, Liying tetap bisa membagi waktunya untuk menemani dua cucunya. Tak pernah sekalipun ia mengabaikan keberadaan dua bocah beda usia itu.

"Memasak makan malam ya!" seru Zhoucheng yang langsung dibalas anggukan kepala sahabatnya.

Xiao Zhan mengajak Wangji keluar dari kamar Zhoucheng. Kini gantian ia yang akan menidurkan bocah tiga tahun itu. Ia mengajaknya makan siang terlebih dahulu sebelum bersiap tidur.

Untungnya Wangji jinak kalo sama Xiao Zhan. Jadi dokter muda itu tak kerepotan mengurusnya. Wangji memakan apapun yang diberikan Xiao Zhan di piringnya. Usai makan ia minum susu.

Diam sekitar lima belas menit, Xiao Zhan baru mengajak Wangji ke kamar. Kali ini Wangji ingin mendengar cerita bukan mendengar nyanyian papanya. Jadi Xiao Zhan mencari buku cerita yang diinginkah bocah itu.

Setelah Wangji tertidur, Xiao Zhan berjalan perlahan keluar dari kamar. Ia menghampiri A-Qing yang sedang berada di dapur.

"A-Qing, hari ini apa menunya untuk makan malam?" tanya Xiao Zhan.

"Bahannya tinggal sedikit, Tuan Muda. Hanya ada itu saja, entah mau dibuat apa nanti." A-Qing menunjukkan semua bahan yang ada.

Xiao Zhan menatap semua bahan yang baru dikeluarkan A-Qing dari kulkas. Bahannya memang lebih sedikit dari biasanya.

Comfortable (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang