"Bu, Alma dapat juara satu loh kemarin."
"Eunghh ... anak sialan ...."
Bocah perempuan berusia sepuluh tahun itu menunduk. Wajahnya terlihat sedih. Sementara itu di tangan kanannya menggenggam sebuah piala kecil berukuran 30 cm yang bertuliskan namanya sebagai juara satu lomba calistung.
"Ibu, ayo ke kamar," ucap anak perempuan itu.
Ia belum mengerti kenapa ibunya selalu meminum air berwarna cokelat bening dari botol kaca yang beraroma tengik itu. Setiap ibunya pulang bekerja setiap jam empat subuh, ia akan mendapati ibunya tergeletak lunglai di lantai ruang tamu dengan posisi tidak sadarkan diri.
"Sudah berapa kali aku minum obat pelancar haid, kenapa kamu malah makin kuat berlindung di balik plasentaku, hah?!"
Alma tak membalas perkataan ibunya, ia memapah tubuh besar perempuan itu dan membaringkannya ke kamar.
Anak kecil itu kemudian kembali ke ruang tamu dan berniat untuk membereskan bekas minuman sang ibu yang bekasnya tumpah ke mana-mana seperti biasanya.
Tangan kecilnya mulai mengelap sisa tumpahan dari botol kaca itu. Lalu mengambil gelas bekas ibunya yang menyisakan sedikit air cokelat bening di sana.
"Huek! Nggak enak."
Ya, Alma meminum sisanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustaz Beristri Pelacur
Romance"Jika saat ruh saya ditiup dan ditanya oleh malaikat sebelum dilahirkan, wallahi saya akan menolak untuk lahir dan tumbuh di dunia yang kejam ini!" Haufan terdiam, matanya tak berkedip memandang wanita di hadapannya. "Lantas kenapa saya masih lahir...