Part 2

2.7K 68 3
                                        

Dan akhirnya aku benar-benar bisa menebus rasa bersalahku. Karena Catherine sudah menerimanya. Dan mereka resmi pacaran. Entah aku harus sedih atau bahagia aku tidak paham.

Tapi sungguh ada rasa sesak yang menyelimuti hatiku. Aku tidak mengerti apa alasannya. Apa sesulit inikah berbagi kebahagiaan? Sungguh aku hanya ingin membuat Catherine merasakan apa yang aku rasakan.

Aku berbohong mengatakan kepada Rafa bahwa aku akan baik-baik saja. Tapi ternyata ini diluar dari kuasaku. Aku menangis. Ya menangis karena ulahku sendiri.

Mungkin aku adalah perempuan bodoh yang meminta pacarnya sendiri untuk menjadikan perempuan lain sebagai pacar keduanya. Aku butuh teman untuk semua ini. Bella. Aku segera mengetikkan pesan untuk Bella.

"Bella, sedang sibuk?"

Ayolah Bella balas pesanku, aku membutuhkanmu.

"Tidak, ada apa Riana?"

Oh untunglah Bella tidak sibuk. Terima kasih Tuhan memberikanku sahabat seperti Bella. Selalu ada disetiap aku membutuhkan.

"Aku ingin bertemu bisa?"

Ya aku harus berbagi dengan Bella. Meminta saran kepadanya apa yang harus aku lakukan. Bahkan belum sehari pun rasanya sudah sesak.

"Oke, satu jam lagi aku sampai dirumahmu".

Sementara ditempat lain..

"Ada apa kak Rafa memintaku kesini?"

Tapi laki-laki didepannya hanya diam tak berniat menjawabnya. Catherine tau dia tidak sepantasnya memiliki perasaan kepada laki-laki yang bahkan sudah menjadi pacar Riana, perempuan yang sudah dia jadikan sebagai kakaknya.

Perempuan yang sudah sangat baik menjadikannya sebagai adiknya. Tapi sungguh perasaan ini semakin lama, semakin menyesakkan dada. Catherine paham sudah seharusnya dia membuang perasaan cintanya kepada Rafa.

Tapi Catherine tidak sanggup. Catherine terlanjur mencintai Rafa. Katakan dia jahat, tapi perasaan tidak pernah ada yang tau. Perasaan itu hadir seperti perampok yang datang begitu saja tanpa permisi.

Semakin Catherine berusaha untuk melupakan Rafa, semakin kuat perasaan cinta itu untuk Rafa. Maafkan aku kak Riana.

Maafkan adik kecilmu ini yang dengan beraninya ingin memiliki Rafa. Aku memang tidak tahu diri. Entah apa aku masih pantas dijadikan adik oleh perempuan yang sangat menyayangi dirinya.

"Catherine? Bisakah kamu menatapku sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan".

Dan akhirnya laki-laki ini berbicara juga. Dengan ragu Catherine menatap matanya. Mata itu yang selalu membuat Catherine terpana. Cara menatapnya untuk kak Riana dengan aku sangatlah berbeda.

Jika pada kak Riana mata itu selalu membuat siapapun yang melihat tenang. Tetapi tidak denganku, mata itu seperti pisau belati yang siap menyakitiku hidup-hidup. Terlihat begitu banyak masalah yang dipikul laki-laki ini.

Tidak bisakah aku menggantikan posisi Riana untuk laki-laki ini? Kenapa rasanya sulit sekali mencari sedikit saja perhatian darinya.

"Apa yang ingin kak Rafa bicarakan kepadaku?"

Terlihat dia menghela nafas frustasi. Bahkan sedari tadipun dia tidak memberikan senyuman yang biasa ia berikan kepada kak Riana. Apa kak Riana sangat berharga dimata laki-laki ini?

"Catherine sungguh jika bukan Riana yang menyuruhku, aku tidak ingin mengatakannya".

Selalu saja kak Riana yang dia bela, aku iri padamu kak Riana. Mengapa aku tidak pernah bisa mendapatkan apa yang ingin aku miliki?

"Kenapa selalu kak Riana? Apa aku tidak pantas bahagia kak Rafa?"

Cukup. Semua ini sangat menyakitkan. Jangan hakimi aku, aku tidak bersalah. Salahkan perasaanku yang dengan beraninya mencintai laki-laki ini. Aku sangat tersiksa dengan perasaan ini. Haruskah aku mengalah lagi? Untuk yang kesekian kalinya?

"Riana sangat menyayangimu. Sungguh aku tidak tega menyakitinya bahkan sampai mengkhianati ketulusannya. Kamu sudah seperti adik untuknya. Dan Riana merasa bersalah kepadamu".

"Kenapa kak Riana merasa bersalah kepadaku?"

"Dia tau kamu mencintaiku. Bahkan aku tidak perduli hal itu. Sekalipun yang mencintaiku adalah dirimu Catherine. Sungguh aku hanya mencintai Riana. Sangat mencintainya. Melihat dia menangis adalah pilihan terakhir dihidupku".

Kurang menyakitkan apalagi berada diposisiku? Mendengar kenyataan ini dari laki-laki yang aku cintai. Aku benci padamu kak Riana. Dia bahkan sangat mencintaimu.

"Oleh karena itu aku mengabulkan permintaannya".

"Cukup kak Rafa aku mohon jangan lanjutkan lagi. Aku tidak sanggup mendengarnya. Jika kak Rafa tidak pernah mencintaiku sedikitpun. Aku akan berusaha untuk melupakannya. Tolong jangan dilanjutkan lagi kak. Sungguh ini sangat menyakitkan".

Dua orang ini tenggelam dalam kesedihannya masing-masing. Cinta mereka sangatlah rumit. Terlalu banyak hati yang akan tersakiti nantinya.

"Riana memintaku untuk menjadikanmu Catherine, sebagai pacar keduaku. Puas kamu menyakiti diriku? Aku bahkan tidak pernah mencintaimu. Sedikitpun tidak pernah. Tapi Riana terus memaksaku. Bahkan dia ingin menangis jika aku tidak mengabulkan permintaannya.

Aku tidak pernah rela Riana menangis. Kurang baik apa Riana kepadamu Catherine? Riana bahkan rela berbagi untukmu. Sungguh kamu adalah perempuan yang tidak mempunyai hati nurani Catherine. Kamu menyakiti kakakmu sendiri".

"Kenapa kak Riana melakukan ini semua kak Rafa?"

"Dan aku terpaksa mengatakan hal ini kepadamu. Sungguh jika bukan karena Riana aku tidak pernah ingin mengatakannya. Maukah kamu Catherine menjadi pacar kedua untukku?"

Seharusnya aku bahagia bukan? Kak Rafa memintaku menjadi pacarnya. Tapi bahkan ini sangat menyakitkan lebih dari apapun. Kak Rafa melakukan ini demi kak Riana. Dia tidak tulus mengatakannya.

Puas kamu kak Riana? Kak Rafa sangat mencintaimu. Dia rela melakukan apapun demi tidak melihat kamu menangis kak Riana.

Apa aku tidak pantas untuk mendapatkan hatinya sedikit saja? Maafkan aku kak Riana, aku sangat mencintai kak Rafa.

"Iya aku mau kak menjadi pacar keduamu. Meskipun aku tau ini atas permintaan kak Riana. Tapi sungguh aku sangat mencintaimu kak Rafa".

Dan laki-laki ini langsung pergi setelah mendapat jawaban dariku. Tidak ada bunga. Tidak ada kata romantis. Tidak ada yang spesial.

Dia pergi meninggalkanku sendirian. Menancapkan luka begitu dalamnya. Jika dia tidak tega menyakiti kak Riana, kenapa justru dia sangat tega menyakiti hatiku? Mematikan cintaku untuknya hingga ke akar-akarnya.

Kenapa kak Rafa?

Sedih Tak BerujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang