"Bella, kau lama sekali teman".
"Maafkan aku Riana sayang, Jakarta macet sekali hari ini".
"Ah sudahlah, aku sangat membutuhkanmu". Aku memeluknya berharap mendapat kekuatan dari sahabatku ini. Tapi nyatanya aku tetap menangis.
"Hei ada apa? Ceritakan padaku".
"Apa aku bodoh meminta Rafa untuk menjadikan perempuan lain sebagai pacar keduanya? Katakan padaku Bella apa aku salah mengambil langkah ini?"
"Siapa perempuan yang kamu maksud? Apa itu Catherine?"
Aku diam tak mengangguk ataupun menggeleng. Sungguh aku tidak sanggup untuk menceritakannya. Aku hanya menunduk berusaha menyembunyikan air mataku didepan sahabatku ini. Bibir ini sangat kelu untuk mengeluarkan sepatah katapun.
"Ada apa Riana? Apa kamu tidak percaya kepadaku? Aku siap mendengarkan semuanya".
"Ya, perempuan itu adalah Catherine. Adikku sendiri. Kau masih mengingatnya bukan?"
"Tentu saja aku mengingatnya. Adik kecilmu yang kau bilang juga mencintai Rafa bukan? Oh jangan bilang kamu meminta Rafa untuk menjadikan Catherine sebagai pacar keduanya? Itu tidak mungkin kan Riana?"
Bahkan Bella tidak mempercayainya. Apa aku salah mengambil langkah ini? aku bahkan berharap langkah yang aku ambil tidak seperti senjata makan tuan. Bagaimana ini? Mengapa aku menjadi labil begini?
"Jika hal yang kau bilang tidak mungkin adalah hal yang terjadi. Apa yang akan kamu katakan Bella?"
Bella bungkam, bingung dengan kalimatku barusan.
"Maksudmu apa yang aku katakan adalah suatu kenyataan? Begitu Riana?"
"Iya itu adalah suatu kenyataan Bella. Itu yang terjadi sekarang".
"Ya Tuhan, lantas apa Rafa menyetujuinya?"
Aku mengangguk lesu. Tak mampu menjawab lagi. Air mataku sudah cukup menjelaskan bukan? Bahwa aku sangat sesak dengan semua ini.
"Kenapa Riana? Kenapa kamu melakukan tindakan konyol seperti ini? Ini tidak lucu Riana. Kau bahkan menyakiti 2 hati sekaligus".
"Jangan salahkan aku Bella. Aku menyayangi Catherine. Sungguh aku hanya ingin melihat Catherine bahagia".
"Kau ingin melihat Catherine bahagia tapi justru Rafa lah yang menderita karena tindakanmu ini Riana. Aku bahkan tidak mempercayainya kamu bisa melakukan hal sebodoh ini".
Sahabatku sendiri menyalahkan tindakan yang aku ambil. Benarkah aku menyakiti 2 hati sekaligus? Benarkah Rafa menderita dengan ini semua? Maafkan aku Rafa aku tidak bermaksud seperti itu. Sungguh.
"Aku yakin aku bisa berbagi dengan Catherine. Aku yakin Rafa bisa berlaku adil kepada kami berdua".
"Jika dirimu bisa berbagi kebahagiaan dengan Catherine, kau tidak akan menangis Riana. Percayalah tak ada satu manusia pun didunia ini yang bisa berlaku adil. Apalagi Rafa?"
Jika memang akhirnya Rafa mencintai Catherine, aku akan berusaha mengalah untuknya. Setidaknya Rafa bersama perempuan yang sangat aku sayangi.
"Jangan menyudutkan aku Bella, lantas aku harus bagaimana?"
"Apa kamu bahagia dengan semua ini Riana?"
"Ya, aku bahagia. Sangat bahagia Bella".
Aku ragu saat menjawabnya, maafkan aku Bella aku harus berbohong untuk ini. Percayalah aku tidak mengerti dengan apa yang aku lakukan ini.
"Kau tidak bahagia Riana, matamu tidak bisa berbohong. Lepaskan Rafa untuk Catherine Riana, cepat atau lambat Rafa akan mencintai Catherine".
Cukup. Semua ini terlalu menyudutkanku. Aku sangat mencintai Rafa. Aku tidak bisa melepaskannya sekalipun itu untuk Catherine. Haruskah aku mengalah lagi? Jujur saja, aku sangat menyesal telah melakukan hal ini. Maafkan aku Rafa, aku telah membuatmu menderita. Maafkan aku.
"Apa tidak ada pilihan lain? Aku sangat mencintai Rafa. Aku tidak bisa melepaskannya. Bantu aku Bella. Aku bahkan tidak mengerti apa yang sedang aku rasakan. Semuanya seperti mati rasa".
"Bertahanlah jika kuatmu masih Rafa perdulikan. Tapi berhentilah jika kamu sudah tidak sanggup lagi Riana. Tidak ada perempuan yang sanggup berbagi kebahagiaannya dengan perempuan yang lain. Ikuti kata hatimu Riana".
Hatiku masih sanggup bertahan dengan ini semua. Tapi logikaku tidak bisa membiarkan Catherine bersama Rafa. Ini sangatlah rumit. Aku sadar banyak hati yang tersakiti oleh permintaanku. Tidak hanya hatiku. Tapi juga hati Catherine dan Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedih Tak Berujung
RomanceEsok, jika keinginan untuk membuka hati sudah datang. Aku ingin jatuh hati pada caramu berfikir, pada caramu meramu hari depan, bukan sekedar perhatian-perhatian yang tanpa diingatkan pun aku lakukan.