2

988 211 54
                                    

"Sakura, ayo ke asrama," Hanare mengambil tas ransel yang terggeletak mengenaskan. "Kamu butuh istirahat kan?"

"Diam kau," Telunjuk Sakura menekan keras bahu kiri Hanare. "Gara-gara kau aku terdampar di tempat antah berantah ini."

Sakura menghembuskan napas kasarnya. Niat hati ingin kabur tapi perbekalan seperti ponsel atau uang sepeserpun tak ada dalam genggamannya. Sementara Hanare menatap bingung sang pimpinan yayasan.

Madara hanya mengusap jenggotnya berusaha mencari jalan tengah. Kelopak matanya berkedip cepat kala menyorot presensi sang istri yang mendekat perlahan. Benar, serahkan segalanya pada si paling ahli, Halimah Kaguya, istri tercintanya.

"Lho, anak gadis siapa ini, cantik banget?"

Sakura menoleh sembari mengusap kasar permukaan wajahnya. Alunan suara lembut itu berhasil menenangkan sejenak deru napasnya yang memburu. Giok hijaunya menangkap presensi wanita paruh baya dengan mukenah putih yang membungkus kepala hingga menjuntai disekitar betis. Perpaduan antara wajah teduhnya yang bersinar membuat Sakura terpukau tanpa berkeedip.

"Nenek pake skincare apa?"

"Skincare?" Kaguya melirik Hanare, dan wanita itu terlihat menepuk sekitar wajah. "Ikut ke rumah nenek yuk, nanti nenek kasih tahu skincarenya."

"Gak mau, aku mau pulang."

Tak kehabisan akal, Kaguya mengelus surai merah muda Sakura. "Rambut kamu halus sekali, boleh dong kasih tahu nenek pake shampo apa?"

Sejenak Sakura tersipu namun bergegas mengatur air mukanya. "Gak boleh, ini rahasia negara."

Kaguya mengulas senyum tipis. "Kalau gitu cerita sama nenek, bagaimana gadis secantik kamu bisa sampai sini?"

Pujian itu membuat Sakura melambung, ia gigit kecil bibirnya agar tak nampak senyum bodoh di wajahnya.

Kruk. Kruk. Kruk.

Dan alarm nyaring yang dibunyikan lambungnya berhasil membuat Sakura menunduk malu. Sial, ia lupa belum makan apapun sedari pagi. Sementara Madara yang memungut koper hitam di depannya berusaha menahan tawa agar tak menyinggung siapapun.

"Ayo ke rumah nenek, kita makan siang sambil cerita-cerita, mau?" tawar Kaguya.

Sakura menimang sejenak sebelum mengangguk singkat. Pikirnya daripada harus bersama Hanare atau kakek reyot itu mending dengan nenek glowing ini. Dengan gurat judesnya, segera ia ambil alih koper dan tas ranselnya dari tangan-tangan asing yang sok baik. Tas ransel ia dudukkan di atas koper lantas menarik perlahan gaggangnya mengikuti jejak si nenek glowing.

Kepergian mereka tak hanya menarik atensi para santri dan santriwati. Sosok yang sedari tadi mengamati dari tangga utama menuju pelataran masjid agaknya juga sedikit penasaran.

"Nenek lo kok kenal?" celetuk Naruto.

Sasuke melirik malas lantas kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda.

"Jangan-jangan bakal istrinya kakak lo yang di Ibu Kota itu?"

Hembusan napas kasar akhirnya lolos dari hidung Sasuke. "Bisa diem gak sih, perasaan dari tadi ngoceh terus," ketusnya.

"Kok sewot, gue kan cuma nanya."

"Bodo Nar."

"Gue laporin ke Mbah Madara, mampus lo Sas."

"Diem."

Tawa kecil mengalun renyah dari bibir Naruto. Tanpa permisi ia sampirkan sajadahnya pada pundak Sasuke. "Nitip tempat bro, gue ambil wudhu dulu."

SekociTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang