11

1.1K 220 80
                                    

"Karin," Ino menyenggol pelan siku temannya, kelopak matanya menyipit mencoba fokus pada objek di salah satu gazebo. "Itu Naruto bukan sih?"

Karin celingukkan. "Mana?" tanyanya.

"Itu yang duduk di gazebo nomer lima dari kiri."

Karin membenarkan tata letak framenya, tatapannya terlihat fokus. "Iya, tumben dia sendirian saja, Sasukenya mana?"

Ino mengedikkan bahunya sebagai respon. "Kita samperin gak, kan Sakura ngebet minta dideketin sama si jamet."

"Gaslah, mumpung sepi," ujar Karin lantas berlalu.

Keduanya melangkah bersisian dengan seragam sekolah yang masih melekat pada tubuh masing-masing hingga tiba di sekitar si target yang terdengar melantunkan pelan ayat-ayat suci Al Qur'an.

"Hapalan lo?"

Karin menjadi pertama yang menyapa, sementara Ino memilih diam guna menjadi pendengar yang baik saat ini.

Naruto menoleh sembari menutup Qur'an ditangannya. "Karin, tumben lo, gak ada Sasuke di sini."

"Emang harus ada Sasuke baru boleh negur elo?"

"Lha, biasanya emang gitu kan," ujar Naruto dengan dengusan pelan.

"Kali ini bukan tentang Sasuke," Karin menarik napasnya sejenak. "Lo tahu anak baru yang kemarin pindah?"

Naruto mengangguk kecil. "Tahu, kenapa emang?" tanyanya penasaran.

"Menurut lo cantik gak dia?" sergah Ino tiba-tiba.

Karin menyenggol pelan lengan Ino, rubynya menyipit sejenak menatap tajam temannya kala menangkap tingkah Naruto yang menoleh ke sekitar dengan pandangan awas.

"Tunggu ada apa ini, kenapa tiba-tiba?" tanya Naruto curiga, pandangannya kini beredar pada tiap sudut atap gazebo. "Kalian pasang kamera tersembunyi di sini?"

Gelengan samar Karin berikan. "Gaklah, ngapain pasang kamera tersembunyi, lo pikir acara prank tv?"

Senyum canggung Ino ulas pada bibirnya. "Kita cuma ngadain survei kecil-kecilan sih, jadi jawab saja, menurut lo Sakura cantik gak?"

"Jadi namanya bener Sakura?" Naruto menyilangkan kedua tangannya di depan dada kala mendapat tatapan tajam dari kedua lawan bicaranya. "Gue tahu gara-gara ribut pas sahur kemarin, temen-temen pada bilang namanya Sakura."

"Oke, balik ke pertanyaan awal," tuntut Ino tak sabar.

"Menurut gue ini ya ..." Kening Naruto berkerut berusaha menginggat wajah asing yang sempat ia temui dari jarak dekat beberapa kali. "Cantiklah, cantik banget malahan, mana ada santriwati yang cantiknya kek si Sakura itu," ujarnya mantap.

Pertanyaan gamblang dari Naruto agaknya menyulut emosi Ino, gadis itu terlihat cemberut dengan kedua alis yang menukik tajam.

"Santai, lo tadi yang nanya menurut gue kan," Naruto menggaruk pelan belakang kepalanya. "Persepsi orang beda-beda, bisa jadi dia biasa saja di mata orang lain," sambungnya cukup bijak.

Karin mengangguk. "Cukup sebagai bekal keyakinan gue," gumam Karin namun masih bisa ditangkap gendang telinga Naruto.

"Keyakinan apa?"

"Keyakinan kalau dia emang cantik," Karin berdeham pelan. "Btw Nar, nanti sore pas pasar takjil buka, lo sibuk gak?"

"Gak sih, paling gue cuma keliling cari jajan, kenapa?" Lagi, kening Naruto berkerut, kali ini terlihat lebih dalam kala menangkap lawan bicaranya saling berdiskusi lewat mata batin, memangnya bisa seperti itu. "Sumpah Rin, lo mau ngapain sih sebenernya, mencurigakan tahu."

SekociTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang