Kabar buruk

94 9 0
                                        

Maaf jika ada persamaan dalam, karakter, tokoh, alur, dll. Karena cerita ini murni bikinan saya sendiri dan murni imajinasi saya.

Wajib follow author dulu sebelum membaca, ya! storyzaaa

Selamat membaca semua!!!





Hari ini adalah hari ketiga Akira dan Adnan di Semarang, dan mereka masih sibuk mengurus perpindahan kuliah Akira.

Jam alarm milik Akira berbunyi, menunjukkan pukul 03.00 dini hari.

"Eugh," keluh Akira sambil mengerjapkan matanya.

"Mas Adnan, bangun sholat tahajjud," ucapnya sambil menepuk-nepuk pipi Adnan. Namun, Adnan tak kunjung bangun.

"Aku biarin dulu deh sampai dia nyium baru aku bangun," batin Adnan, berusaha tetap berpura-pura tidur.

"Hemmm, sepertinya mas Adnan ini sudah bangun tapi pura-pura tidur?" pikir Akira, merasa penasaran. Ia pun memutuskan untuk melakukan sesuatu.

Akira turun dari kasurnya dan masuk ke kamar mandi. Ia mengambil air di tangannya dan memberi percikan air ke wajah Adnan.

"Mas Adnan, jangan pura-pura tidur ya," oceh Akira sambil tersenyum nakal.

"Sayang, mas maunya dicium, bukan disiram air," balas Adnan sambil membuka matanya, akhirnya bangun dari tidurnya.

Cup!

Akira mencium sekilas kening Adnan, dan senyuman lebar langsung menghiasi wajah Adnan. Ia tak bisa menahan rasa bahagianya saat melihat Akira di sampingnya.

"Sudahkan? Ayo sana mas, wudhu. Akira masih haid," perintah Akira dengan nada manja.

Adnan mengangguk, mengerti bahwa mereka perlu mempersiapkan diri untuk sholat. Tanpa menunggu lama, ia berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu.

Sementara itu, Akira duduk di tepi tempat tidur, menunggu Adnan dengan penuh harap agar sholat tahajjud mereka kali ini dapat berjalan lancar dan penuh berkah. Suasana hening di malam itu membuatnya merasa tenang dan bersyukur bisa berbagi momen seperti ini bersama suaminya.

*****

"Abi, Arfan tadi malam pulang tidak, bi?" tanya Umi Arumi dengan cemas.

"Sepertinya pulang, Mi. Coba dilihat di kamar," jawab Kyai Hasan, mencoba menenangkan.

Umi bergegas menuju kamar Arfan, tetapi ketika ia membuka pintu, kamar itu kosong. "Abi, Arfan tidak ada di kamarnya," ujarnya dengan nada khawatir.

"Coba Abi telepon Arfan, Mi," kata Kyai Hasan, berusaha berpikir positif. Ia segera mengangkat telepon dan menelpon Arfan, tetapi nomor yang dipanggil tidak aktif.

"Abi, perasaan umi nggak enak," lirih Umi, gelisah.

"Umi, jangan berprasangka buruk," jawab Kyai Hasan, meskipun di dalam hatinya juga merasakan hal yang sama. Ia berusaha tetap positif dan berharap Arfan baik-baik saja.

"Sebentar, Bi. Umi mau tanya Adiba dulu," lanjut Umi sebelum beranjak menghampiri Adiba di kamarnya.

"Adiba, ini Umi sayang," panggil Umi Arumi. Adiba yang sudah bangun untuk sholat tahajjud segera membuka pintu.

"Iya, Umi. Ada apa?" tanyanya.

"Adiba lihat Kak Arfan tidak? Soalnya tadi malam pergi, tetapi di kamar tidak ada," tanya Umi dengan nada khawatir.

My sweet heart [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang