Sudah dua puluh menit, Seele menunggu Exell yang masih belum selesai dengan urusannya, pasalnya ini sudah jam sembilan malam. Seele tidak terlalu terbiasa keluar malam apalagi dengan seorang pria.
“Masih lama kak?” Tanya Seele memecahkan keheningan.
“Oh, astaga aku lupa ada kamu, maaf.” kata kata itu sukses membuat Seele terkejut. Ada orang yang seperti ini rupanya di dunia. Bisa-bisanya dia lupa dengan keberadaannya.
“Iya, sebenarnya apa yang kak Exell pikirkan sih?.”
Exell hanya menggelengkan kepalanya, tanda dia tidak memikirkan apapun. Seele menghela nafas mengerti, agak susah berkomunikasi dengan pria ini.
“Jadi, kenapa paman Tony mencari ku?” Tanya Seele lagi.
“Tidak tau, bapak ku tidak bilang apa-apa.”
Akhirnya urusan Exell dengan tukang fotocopy selesai, dia menenteng sebuah makalah.
“Itu apa kak?”
“Tugas kuliah.”
“Kak Exell kuliah jurusan apa?”
“Sistem informasi.”
“Wah keren, kampus mana Kak?”
“Mau kuliah disana?”
“Kalau ada jurusan arsitektur.”
“Aku carikan informasi dulu.”
Seele mengangguk pelan, kurang setengah tahun dia lulus SMA. Tidak buruk juga mencari-cari informasi kampus.
“Lulus mu masih lama?” Tanya Exell.
“Tidak lama lagi.”
Exell mengangguk mengerti, lalu keheningan menyapa kedua makhluk itu. Mereka berjalan menuju ke rumah Tony, yang jaraknya itu sebenarnya tidak jauh dari rumah Seele, tapi karena Exell memutar jalan rasanya jadi lama.
“Bintangnya bagus, tadi aku lihat kamu sedang mengamati bintang. Apa yang kamu pikirkan saat melihat bintang-bintang di langit?” Tanya Exell, sepertinya pria itu tidak benar-benar pendiam.
“Rasi bintang, aku menghitungnya.”
“Oh, bagus, kurang kerjaan.”
Baik Seele maupun Exell tertawa kecil, selera humor kedua manusia itu memang aneh.
“Kamu jadi agak tinggi ya, dulu kamu sekecil amboa, seingat ku.” Kata Exell sambil terus berjalan.
“Kak Exell juga makin tinggi, seperti Giraffa camelopardalis. Kebanyakan makan betis ya? atau kebanyakan makan daun di pohon?”
“Kok tau, stalker ya.”
“Yang intelejen kan Kak Exell, kok nuduh aku.”
Mereka berdua tertawa bersama, mereka terlihat seperti kakak beradik memang. Akhirnya setelah bermenit-menit menempuh perjalanan, mereka tiba di rumah Tony.
“Sebenarnya kalian lama sekali, ngapain aja?” Kata ibu Exell yang terlihat khawatir.
“Fotocopy bu, tapi aku lupa kalau bawa Seele, aku kebanyakan ngobrol sama yang jaga di warung.”
“Bisa-bisanya kamu lupa, bawa anak orang.” Ibu Exell dengan sedikit marah, karena khawatir ia pun sedikit memukul pantat Exell.
“Sakit Mak.”
“Ya, habisnya kamu, keluar malam-malam sama anak gadis orang!.”
“Tapi kan Bapak yang nyuruh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Seele Vollerei
Teen Fiction[Original world] Seele vollerei gadis muda yang bercita-cita menjadi seorang arsitektur hebat seperti ayahnya, akankah dia dapat menggapai cita-citanya bersama teman-temannya dan berdamai dengan masa lalu yang suram serta ibu tirinya?