5. Menyesal dan minta maaf

667 42 3
                                    

Kamar itu begitu gelap bahkan sinar bulan pun tidak bisa masuk kedalam kamarnya, pemuda berkulit tan duduk di kursi dekat jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar itu begitu gelap bahkan sinar bulan pun tidak bisa masuk kedalam kamarnya, pemuda berkulit tan duduk di kursi dekat jendela. Matanya sembab dan bengkak. Hafsa menangis setelah menegur Naufal dengan intonasi seperti tadi di ruang tamu,jujur ia tak sengaja. Semua di luar kendalinya.

"Maafin Abang dek"lirihnya. Menatap layar ponselnya yang menampilkan dua anak lelaki tersenyum lebar. Ia mengusap layar ponselnya tersenyum tipis kala mengingat moment nya bersama Naufal.

(lock screen Hafsa)

Foto itu ia ambil saat Naufal merengek ingin ikut dengannya kumpul di basecamp, padahal Jenan sudah melarang tapi namanya juga Naufal apapun harus di turuti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Foto itu ia ambil saat Naufal merengek ingin ikut dengannya kumpul di basecamp, padahal Jenan sudah melarang tapi namanya juga Naufal apapun harus di turuti.

Ia ingat gimana anak itu merengek ingin foto sambil tersenyum lebar,kalo Naufal sih bisa aja. Tapi ini Hafsa, anggota nya pun tau segimana datarnya ia jika sedang kumpul. Namun,semua hancur ketika Naufal memintanya untuk foto bersama. Anggota nya tercengang melihat ketuanya tersenyum begitu lebar mungkin lalat bisa masuk kedalam mulutnya.

Hafsa menghela napas beranjak dari kursi nya lalu keluar dari kamar, tujuannya adalah kamar sang adik.

Ceklek..

Hafsa mengerut kan kening melihat kamar adiknya masih terang,Hafsa tau adiknya itu tak mungkin tidur dalam keadaan terang seperti ini.

Langkahnya membawa nya menuju  sosok yang terbungkus selimut,ada yang aneh. Selimut itu bergerak serta ada suara isakan.

Sreet

"Adek..?"

tak ada jawaban kecuali suara isakan .

"Adek.. "panggil Hafsa lembut. Ia menarik Naufal menghadap kearahnya,Hafsa meringis melihat mata adiknya begitu bengkak. Sudah pasti anak itu menangis terlalu lama.

"Maafin abang dek"ia peluk tubuh yang lebih kecil darinya,mengecup surai si bungsu sembari mengugumam kan kata maaf.

Hafsa menyesal. Harusnya ia bisa menahan agar tak lepas kendali. Tapi,dia juga manusia biasa yang bisa lepas kendali kapan saja.

"Aabang.. j-jangan marah"lirih Naufal bahkan suara anak itu terdengar serak.

"Gak! Abang gak marah adek . Jangan takut sama abang, jangan takut!"Naufal mengeratkan pelukannya. Panik attack abangnya kambuh.

"Nana gak takut sama abang! Abang jangan nangis .."

"J-jangan takut.. a-ab-abang minta maaf. M-ma"

"Abangg!!"pekik Naufal tubuh Hafsa melemah di pelukan nya. Ia panik,menepuk pipi Hafsa berharap pemuda itu bangun namun nihil.

"A-ab-abang bangun hngg a-akh"Naufal meremas dadanya kala sakit menyerang kembali.

Naufal menggeleng mencoba kuat,ia tidak boleh kambuh. Abangnya butuh pertolongan.

"Sshh.. s-sa-sakit hhh m-mas Jenan ka Rey.. t-tolong"

Pelukan pada tubuh Hafsa terlepas,Naufal meringkuk sakitnya sungguh luar biasa. Ia menangis karena tak bisa membantu abangnya yang butuh pertolongan sementara ia pun juga membutuhkan itu.

"Abang m-maaf ..."

"Ka n- Ka Nana!!"suara teriakan itu terakhir di dengar Nana sebelum kegelapan menyerangnya.

*****

Matanya terbuka dan mengerjap berapa kali karena sinar lampu yang terlalu terang, inderanya mencium bau obatan di ruangan serba putih ini. Ia tau dimana sekarang ia berada,rumah sakit.

Pandangan nya mengedar,mencoba mencari seseorang didalam sana. Ia tersenyum di bibir pucat itu kala melihat dua orang tertidur di sofa dengan berpelukan.

"Dasar! Hobinya berantem tapi kalo tidur malah pelukan"kekeh nya.

Ceklek..

Pintu terbuka dokter tampan datang dengan senyum yang teramat manis.

"Ka Rey!"

"Adek kakak sudah bangun,ada yang sakit hmm?"

"Gak ada kakak,abang gimana?"ia baru ingat kemarin malam abangnya pingsan karena panik attack.

"Abang udah baikan bahkan udah bisa kayang di rumah sakit"Naufal tertawa kecil kakaknya ini ada ada saja.

Pintu kembali terbuka itu Hafsa yang datang di bantu Jenan.

"Abang.."

"Adek maaf"

"Udah abang . Jangan nangis lagi"Naufal mengusap pipi Hafsa. Ia mana bisa marah sama Hafsa.

"Apa ini?main pelukan. Aldi juga mau"bocah yang paling tinggi terbangun dan ikut gabung meskipun nyawanya masih belum terkumpul,tapi ia tak mau melewatkan waktu itu.

Di susul Leo yang masih garuk-garuk pantat serta mengelap iler nya,ikut bergabung tak peduli ocehan Aldi yang mengatakan ia bau jigong.

"Mulai lagi"batin Jenan.

***

Bersambung...

Jarang update karena sibuk 😭

Thanks yg udah mampir

Thanks yg udah mampir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Four Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang