Chapter 7 : Fine

12 7 2
                                    

Sensitif.

Sebenarnya aku adalah orang yang mudah tersinggung. Mendengar Jake berkata tentang apa yang kulakukan pertama kali di tempat ini, rasanya aku ingin marah. Tapi, itu bahkan bukan salahnya.

Aku berusaha menahan malu. "T-tapi tetap saja. Itu tidak membuktikan apa pun."

"Aku tidak memaksamu untuk mempercayai ini. Aku hanya ingin mengatakannya. Aku juga berharap kau bukan Emmaline Schmidt yang sama, karena aku tidak ingin lepas dari rasa bersalahku. Hanya itu ... hukuman yang bisa aku ambil," ungkap Jake.

Mendengar Jake dengan suara lemah itu, aku termenung, dan membiarkan waktu berlalu begitu saja. Penyesalan satu-satunya yang pernah kurasakan adalah tidak cukup belajar untuk tes masuk universitas. Aku tidak bisa memahami perasaan Jake.

Di tengah itu, tanganku tiba-tiba bergerak mengusap pipi. Itu basah, dan aku cukup terkejut. Aku bahkan tidak merasa sedih atau tertekan. Jadi kenapa aku menangis?

"Kau baik-baik saja?"

Aku beralih menatap Jake. Sekarang rasanya campur aduk. Ini menjadi tak nyaman karena aku tak mengerti apa alasanku meneteskan air mata. Ini ... seperti luka yang tiba-tiba muncul tanpa sadar ketika tergores.

Apa itu benar, bahwa aku adalah kelahiran kembali?

"Uhuk!"

Suara batuk Jake membuatku menoleh. Yang terjadi di restoran terjadi lagi. Pria ini terbatuk-batuk tanpa henti. Aku pun mengambilkan air dan memberikan itu kepadanya.

"Minumlah."

Jake pun minum, lalu hening.

"Aku telah melewatkan kudaku kemarin," ujarnya tiba-tiba.

"Ha? Apa?"

"Saat, seseorang yang dihukum kembali mendapatkan tubuhnya, memang ada kuda sembrani yang akan menjemput. Tapi hanya satu, kuda sembrani kami sendiri. Jika melewatkannya, tidak akan ada kesempatan lain untuk pulang."

"J-jadi.."

"Meski melewatkannya, hukumanku tetap dihapus. Karena itu aku kembali bisa merasakan lapar, dan ... bebas ... meninggalkan tempat ini."

"Jadi maksudmu kau akan tinggal lagi di sini mulai sekarang?"

Jake hanya tersenyum. "Ah, ya, utangku."

Tangan Jake bergerak ke pundak, kemudian ke punggung. Dia seperti mengambil sesuatu di sana; sehelai bulu berwarna perak yang cukup besar.

"Kupikir ini cukup untuk mengganti uangmu." Jake mengulurkan bulu itu, dan aku menerimanya. "Itu perak asli. Setiap dari kami memilikinya sebagai identitas dan pena."

"Tapi ini bulu berwarna perak, bukan perak berbentuk bulu. Apa bisa dijual?"

"Tentu. Oh, dan ...." Jake merogoh saku jaket, lalu mengeluarkan benda seperti logam yang memiliki permata berwarna pink. "Ini ... mirip dengan jepit rambut Emmaline."

Itu benda dari toko barang antik.

Karena Jake mengulurkannya, aku pun menerima jepit itu. "Apa tidak masalah aku memilikinya? Kenapa kau tidak menyimpannya sendiri?"

"Simpankan untukku."

"Hng?"

"Aku sekarat."

"Apa?!"

Aku seketika membelalak, apalagi ketika Jake mulai menutup mata dan membungkuk sambil memegang dada kirinya. Aku pun menaruh bulu dan jepit, lalu bergeser dan memegangi kedua bahunya.

"Jake," panggilku sedikit gemetar. Jake pun kembali duduk tegak. "Kau sakit? Dadamu sakit?"

Tidak mungkin. Jake tidak mungkin tahu tentang keadaannya sekarat atau tidak. Itu mustahil! Setiap orang tidak tahu tentang kematiannya. Jake tidak sekarat. Dia hanya sakit. Aku yakin.

Jake & The LakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang