Let it hurt,
until it can't hurt you anymore.*
Selama hampir lima belas tahun menjadi seorang tunangan seorang Alexandra Gweneth Arietedjo, Karagan tahu jelas bahwa kelemahan perempuan itu hanyalah satu; adiknya.
Hanrietta.
Walaupun sebenarnya, Karagan tahu persis bahwa manusia di dunia ini hidup penuh dengan kekurangan. Meski tidak terlihat sekalipun, ada masa dimana Karagan mulai menyadari bahwa Gweneth adalah sosok paling rapuh yang ingin dia jaga, dia dekap setiap waktunya.
Seperti saat ini, ketika kedua netranya menangkap punggung mungil milik Gweneth yang tampak rapuh. Gadis itu tengah duduk di balkon kamarnya dengan baju tidur yang cukup tipis, tampak tenang dan tidak teganggu dengan angin malam yang terasa menusuk kulitnya sekalipun.
"You'll get cold, Lex."
Karagan menyelimuti seluruh tubuh mungil Gweneth dengan selimut hitam, membuat gadis itu menoleh, memandang Karagan dengan pandangan datar.
"Kamu rindu?"
"Apa?"
Karagan menunjuk salah satu foto bayi mungil di dalam album yang tengah Gweneth pangku. "Do you miss seeing Rie being little?" Tanya Karagan, membuat Gweneth menunduk, memandang foto Hanrietta saat adiknya itu masih berusia delapan bulan. Saat masa-masa dimana adiknya itu masih sangatlah kecil, namun mampu mendatangkan kebahagiaan besar untuk sosok Gweneth dan kedua orangtuanya.
Terkadang, Gweneth bertanya-tanya,
Bagaimana bisa bayi sekecil dan semungil itu mendatangkan begitu banyak kebahagiaan dan berkat untuk keluarganya?
Untuk hidupnya.
"Kamu tahu tidak, Kar?"
"Sejak adikku lahir ke dunia ini, aku selalu merasa paling bahagia ketika aku melihat Rie. Aku juga kadang bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang adik membawa begitu banyak kebahagiaan untukku?"
"Dari sana, aku mulai menyimpulkan kalau adikku adalah sosok penuh cinta, dia di lahirkan di dunia ini karena Tuhan mau dia menjadi berkat dan sumber kebahagiaan untuk orang-orang disekitarnya."
Gweneth mengukir senyuman lembut, membuat Karagan termenung di posisinya, memandang gadis itu yang tengah menunduk, masih memandang foto Hanrietta saat adiknya itu masih bayi. Selama ini, Gweneth hampir tidak pernah tersenyum. Karagan tahu jelas seberapa jarang senyuman itu bisa terlihat ketika gadis itu tengah bersamanya. Namun perlahan-lahan, Karan bisa merasakan pandangan Gweneth yang mulai berubah.
Gweneth memandang foto adiknya dengan tatapan penuh luka, dan Karagan bisa merasakan bahwa setiap bersamanya, gadis itu selalu takut untuk sekedar lepas kendali, untuk melepaskan dan menunjukan semua luka, emosi dan kesedihan yang dia rasakan.
"But I guess I'm wrong about that."
"Which part do you thought that you're wrong, Lex?"
"All of it. Aku selalu bicara bahwa dia adalah sumber kebahagiaan orang lain, semua orang pasti akan menyayangi dia. Tapi aku salah. And It's all my fault."
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSEAT
RomanceGweneth mencintai sang pemeran utama, Karagan. Ketika kenyataanya dia hanyalah seorang pemeran pendukung di hidup laki-laki itu. Karena di kisah ini, pemeran utama laki-laki mencintai sang pemeran utama perempuan. Saat kisah mereka telah usai, pemb...