Bab 3

2 0 0
                                    

Keesokan paginya hari pertama setelah ritual itu terlaksana. Alex dengan pulasnya masih tertidur sampai pukul 10.00 pagi. Alex, yang baru saja menyelesaikan tradisi kedewasaan yang dilakukan sangat lama sampai tadi malam.

Kemarin, setelah ritual itu tiba-tiba Alex pingsan dan saat dicek ternyata dia mengalami kelelahan secara fisik dan mental akhirnya untuk istirahat di rumah dengan tidur.

"Pak Bambang, Apakah ini tidak apa-apa Pak sampai Alex pingsan seperti ini? Karena ini seperti sesuatu yang berbeda Pak dari apa yang biasanya. Apakah anakan akan bisa menjalani kehidupannya kelak, karena yang saya tahu dulu ada anak yang hampir sama dengan anak saya dan ternyata dia meninggal dalam berapa tahun kedepannya. Apakah bisa Pak?" Pak Sandi ayah dari Alex menanyakan Nasib anaknya yang hampir mati karena melawan tekanan itu.

"Itu aman saja pak, memang begitu. Saya tahu ini memang berbahaya bagi anak pak sandi, tetapi ini harus dijalankan pak. Karena ini sebagai amanah dari yang atas. Bahwa anak pak sandi harus menjalani kehidupan ini. Dia juga Harus melihat bagaimana realita yang sebenarnya Pak. Karena, saya lihat anak bapak ini terlalu ... apalah gitu jadinya Biarkanlah dia mendewasakan dirinya sendiri mulai dari sekarang." jawab Pak Bambang untuk memberitahukan yang sebenarnya.

Pak sandi setelah mendengar itu merasa pasrah dan menerima kondisi dan apa yang harus dijalani oleh Alex kedepannya. Karena masa depannya kelak akan menentukan masa depan kehidupan bagi dunia kelak.

"Jadi bagaimana dari kami pak jikalau Seandainya ada terjadi apa-apa dan apa yang kami harus siap siap pak jika masa itu terjadi pak?" Pertanyaan dari Bu Fenti ibunda dari Alex.

"Saran saya Bu untuk terus ibadah saja agar kuat mental nanti. juga untuk mulai biasakan untuk tidak menjadi insan yang munafik antara satu dengan lainnya." Pesan dari pak Bambang untuk kedua orang tua dari Alex. Karena yang jelas "topeng" dari mereka terutama Alex akan berpengaruh kedepannya.

Setelah Alex dipindahkan ke dalam kamarnya,

[NITIKARYA] Topeng Realitas : Munirul AswadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang