Eps 6. Nostalgia Mahidevran

21 14 2
                                    

Ibrahim (dalam hati): "Saya Ibrahim Pargali, direkrut dan dikonversi pada usia 10 tahun. Bagaimana rasanya untuk diubah...? Apa yang Anda konversi dari? Apakah mungkin untuk kembali, atau mungkin ini takdir...? Hanya waktu yang akan memberitahu."

Dia memperhatikan sekeliling istana, mempertanyakan apakah tempat asalnya masih sama, apakah hatinya masih sejalan dengan masa lalunya, atau apakah dia telah berubah sepenuhnya.

Ibrahim (dalam hati): "Apakah saya masih sama dengan tempat, bahasa, dan agama saya yang dulu...? Apakah hati saya masih menjadi kompas yang benar...? Bisakah saya menemukan jalan kembali...?"

Dia melanjutkan langkahnya, tetapi di dalam hatinya masih dipenuhi dengan keraguan dan kebingungan akan identitas dan perubahan yang telah dia alami.

Gerakan Ibrahim adalah gerakan yang tenang dan mantap, tetapi ekspresinya mencerminkan kegelisahan dan pertanyaan yang tak terjawab tentang jati dirinya.

Sultan Suleiman berdiri di depan cermin, memperhatikan dirinya sendiri dengan penuh perhatian. Pelayannya, dengan hati-hati dan serius, membantu mengenakan pakaiannya dan merapikan setiap lipatan dengan teliti. Gerakan mereka terampil dan efisien, mencerminkan keahlian dan dedikasi dalam melengkapi penampilan sang Sultan.

Setelah selesai mengenakan pakaiannya, Sultan Suleiman mendekati Ibrahim yang menunggu di dekat pintu. Ekspresinya penuh dengan keanggunan dan kebijaksanaan, tetapi juga terpancar rasa kebersamaan dan kepercayaan terhadap Ibrahim.

Sultan Suleiman: "Pertama, kita berhenti dan mendapatkan restu dari Valide."

Dia menatap Ibrahim dengan serius, menunjukkan pentingnya langkah yang akan mereka ambil. Ibrahim mengangguk, menunjukkan pengertian dan kesiapannya.

Ibrahim membukakan pintu untuk Sultan Suleiman dengan gerakan yang tenang dan hormat, mencerminkan kesetiaannya dan ketaatannya pada Sultan.

Di dalam kamar, suasana yang tadinya riuh rendah dengan obrolan yang gembira segera berubah menjadi hening saat Daye Hatun dan Sumbul Aga tiba. Semua budak wanita berbaris dengan hormat saat kedua petugas istana tersebut berbicara.

Daye Hatun dengan tegas mengingatkan mereka untuk menjaga sikap dan memberi penekanan pada pentingnya pendidikan mereka. Sumbul Aga menambahkan ancaman dan janji, memastikan bahwa mereka memahami pentingnya menjadi anggun dan berpengetahuan.

Sumbul Aga, dengan sikap yang sedikit menakutkan, menyampaikan ancaman akan neraka jahanam, sementara Nigar Kalfa tersenyum puas saat melihat bahwa Alexsandra patuh.

Daye Hatun mendekati Alexsandra dengan tegas dan menanyakan apakah dia memahami instruksi tersebut. Alexsandra menatapnya dengan mantap dan mengangguk, menunjukkan kesiapannya untuk patuh.

Ketika Daye Hatun pergi, ekspresi lega terpancar dari wajah Nigar Kalfa, sementara Alexsandra tetap tenang namun di dalam hatinya mungkin masih ada kegelisahan akan masa depannya di istana.

Di ruangan khusus Valide, suasana terasa agak khawatir hingga tiba-tiba Sultan Suleiman masuk. Valide Sultan membalikkan badan dan tersenyum lebar menyambut kedatangan putranya. Sultan Suleiman, dengan penuh hormat, mendekati ibunya dan mencium tangannya.

Sultan Suleiman:"Valide saya, saya tidak bisa bekerja tanpa restu Anda."

Valide Sultan: "Oh, singa saya, Suleiman saya."

Valide Sultan memeluk erat anaknya, menunjukkan kasih sayangnya yang mendalam.

Kemudian, Valide Sultan bertanya tentang kedatangan Mahidevran dan cucunya dengan tatapan penuh harap. Sultan Suleiman menjawab dengan senyum, memberikan kepastian bahwa mereka sedang dalam perjalanan dan akan segera tiba, menyiratkan kegembiraan atas kedatangan mereka.

Ekspresi wajah Sultan Suleiman penuh dengan kehangatan dan antusiasme menyambut kedatangan anggota keluarganya yang lain.

Di hutan yang rimbun, para prajurit berkuda dengan gagahnya, membentuk barisan di sekitar kereta istana. Di posisi tengah, sebuah kereta istana melintas, membawa Mahidevran dan Mustafa, istri dan anak dari Sultan Sulaiman.

Para prajurit Mereka menunjukkan kedisiplinan dan keanggunan saat mereka memperhatikan kedatangan kereta istana, siap untuk melindungi dan mengawal dengan setia.

Kereta istana Melintas dengan anggun, dihiasi dengan kemegahan dan keanggunan, mencerminkan kedudukan yang tinggi dan kehormatan yang dimiliki Mahidevran dan Mustafa sebagai bagian dari keluarga Sultan.

Suasana Terhormat dan penuh kehormatan, ditandai dengan kehadiran kereta istana yang megah dan pengawalan yang kuat dari para prajurit yang gagah berani.

Mahidevran, dalam kereta istana, melihat pemandangan hutan yang berlalu di luar jendela, namun pikirannya melayang jauh ke masa lalu, mengingat momen-momen manis bersama Sultan Sulaiman. Dalam lamunan yang indah itu, dia teringat saat mereka berdua berbagi momen intim di Istana Manisa.

Saat Mahidevran menyentuh pundak Sultan Sulaiman dan mencium keningnya: Gerakan lembut dan penuh kasih, menunjukkan kedekatan dan rasa sayang yang mereka miliki.

Saat Sultan Sulaiman memangku Mahidevran: Ekspresi lembut dan penuh cinta, dengan senyuman bahagia yang memenuhi wajahnya, menunjukkan rasa hangat dan keintiman dalam hubungan mereka.

Saat Mahidevran bertanya tentang wanita tercantik di dunia:"Ekspresi lembut dan penuh kepercayaan, dengan senyuman yang menggambarkan betapa dia terpesona oleh kecantikan Mahidevran, serta rasa cinta dan kebanggaan Sultan Sulaiman pada istrinya."

Saat mereka melanjutkan ciuman: Ekspresi penuh gairah dan keintiman, dengan mata yang terkunci satu sama lain, menunjukkan hubungan yang penuh cinta dan kehangatan.

Meskipun hayalan itu berakhir, ekspresi Mahidevran masih mencerminkan nostalgia dan kebahagiaan dari kenangan yang mereka bagi bersama.

Mustafa kecil bertanya tentang kedatangan mereka:"Dengan wajah yang penuh kegembiraan, Mustafa kecil memandang ibunya dengan mata berbinar. Dia melihat ke depan dengan antisipasi dan keingintahuan yang besar, sambil menunggu dengan penuh harapan jawaban dari ibunya."

Mahidevran menjelaskan tentang kedatangan mereka:" Mahidevran tersenyum lembut sambil mengelus rambut Mustafa dengan penuh kasih sayang. Ekspresinya menunjukkan kelembutan dan ketenangan, dengan tatapan yang penuh perhatian pada anaknya. Dia berbicara dengan suara yang lembut dan menenangkan, memberikan jawaban yang meyakinkan untuk menghibur dan merangsang rasa ingin tahu anaknya."

Mustafa bertanya tentang istana baru:" Mustafa kecil mengangguk dengan antusiasme, wajahnya berseri-seri menyambut kabar tentang perjalanan mereka. Dia menunjukkan kegembiraan dan keingintahuan yang besar, dengan senyuman yang memancar kegembiraan atas petualangan baru yang akan mereka hadapi."

Mahidevran menjawab pertanyaan Mustafa:"Dengan raut wajah yang penuh kebanggaan, Mahidevran mengangkat wajah Mustafa dan menatapnya dengan penuh kasih sayang. Dia berbicara dengan suara yang penuh kebanggaan dan kekaguman, menjelaskan tentang kebesaran dan keindahan istana baru mereka dengan rasa bangga yang besar. Ekspresinya memancarkan kegembiraan dan kebanggaan atas perjalanan yang akan mereka jalani, sambil merangkul Mustafa dengan penuh kasih sayang."

Scene Di dalam istana, semua budak berkumpul dan berbaris. Nigar Kalfa berjalan melewati barisan tersebut, sementara Alexsandra berada di antara mereka.

Nigar Kalfa " (menjelaskan kepada barisan) Bagian atas adalah tempat favorit semua selir. Jika Sultan Suleiman menyukaimu, kamu akan tinggal di sana. Itu adalah "jalan emas". Tetapi hanya mereka yang berperilaku bijak dan baik yang dapat mengambil jalan itu.

Alexsandra "(bertanya dengan rasa ingin tahu) Apa artinya...?"

Nigar Kalfa " Jika Sultan menyukaimu, kamu akan diperlakukan istimewa. Tetapi itu hanya untuk mereka yang berperilaku baik."

Alexsandra mendengarkan penjelasan dari Nigar Kalfa, kemudian Nigar Kalfa meninggalkannya dan melanjutkan pemeriksaan barisan. Alexsandra melambaikan tangannya ke salah satu selir favorit Sultan Suleiman, tetapi mendapat respon acuh dan sikap dingin dari selir tersebut, yang mengacuhkannya dan bahkan memalingkan wajahnya.

Menikahi Seorang SultanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang